Share

Bab 585

Author: Emilia Sebastian
"Ka ... kamu lagi bohongi aku?" tanya Kama dengan ragu.

Kahar terkekeh. Ada ketidakrelaan yang terpancar di matanya. "Aku justru berharap ini cuma kebohongan belaka. Sayangnya, ini kenyataan."

Kama mengernyit dan bertanya dengan bingung, "Kenapa?"

Kahar menjawab dengan acuh tak acuh, "Gara-gara Syakia."

Kerutan di kening Kahar makin dalam. "Apa hubungannya ini dengan Syakia?"

"Tentu saja ada. Gimanapun, dialah yang memaksaku untuk akhiri pertunangan dengan Cempaka," ujar Kahar dengan geram. Dia ingin sekali bergegas naik gunung dan menyerbu Kuil Bulani untuk menghajar Syakia demi melampiaskan kebenciannya.

"Nggak mungkin." Kama berujar tanpa ragu, "Jangan coba-coba bohongi aku. Dengan hubungan antara Syakia dan Cempaka, kecuali Cempaka sendiri yang mau akhiri pertunangan ini, Syakia nggak mungkin melakukannya."

Ucapan Kama memang tepat. Berhubung begitu akurat, ekspresi Kahar pun menjadi makin muram. Memang Cempaka yang ingin mengakhirinya, tetapi ....

"Kalau bukan karena Syakia, mana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 585

    "Ka ... kamu lagi bohongi aku?" tanya Kama dengan ragu.Kahar terkekeh. Ada ketidakrelaan yang terpancar di matanya. "Aku justru berharap ini cuma kebohongan belaka. Sayangnya, ini kenyataan." Kama mengernyit dan bertanya dengan bingung, "Kenapa?"Kahar menjawab dengan acuh tak acuh, "Gara-gara Syakia."Kerutan di kening Kahar makin dalam. "Apa hubungannya ini dengan Syakia?""Tentu saja ada. Gimanapun, dialah yang memaksaku untuk akhiri pertunangan dengan Cempaka," ujar Kahar dengan geram. Dia ingin sekali bergegas naik gunung dan menyerbu Kuil Bulani untuk menghajar Syakia demi melampiaskan kebenciannya."Nggak mungkin." Kama berujar tanpa ragu, "Jangan coba-coba bohongi aku. Dengan hubungan antara Syakia dan Cempaka, kecuali Cempaka sendiri yang mau akhiri pertunangan ini, Syakia nggak mungkin melakukannya."Ucapan Kama memang tepat. Berhubung begitu akurat, ekspresi Kahar pun menjadi makin muram. Memang Cempaka yang ingin mengakhirinya, tetapi ...."Kalau bukan karena Syakia, mana

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 584 

    "Apa katamu?" Kama yang seharian tinggal di kaki Gunung Selatan dan bekerja di desa pun terbelalak begitu mendengar ucapan Kahar. Dia menyahut dengan tidak percaya, "Apa yang terjadi dengan Kak Abista? Kenapa dia tiba-tiba jatuh sakit dan bahkan sakit parah?"Abista jelas-jelas sehat saja, bagaimana mungkin dia hampir mati? Tunggu! Kama tiba-tiba teringat terakhir kali dia bertemu Abista di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Saat itu, raut wajah Abista memang sangat buruk, seperti sedang sakit. Jadi, apakah Abista sudah sakit dari saat itu sehingga dia terlihat begitu menakutkan?"Cepat ngomong! Kak Abista sakit apa?" tanya Kama dengan cemas sambil menarik kerah baju Kahar. Dia langsung mengabaikan Ayu. "Aku juga nggak tahu!" Kahar buru-buru menjawab, "Ayah nggak kasih tahu kami dari awal. Cuma Ayah dan Tabib Iwan yang tahu keadaan Kak Abista yang sebenarnya. Kak Kama, kalau mau tahu, tanya saja pada Ayah atau Tabib Iwan." Namun, Kahar tahu bahwa Kama pasti tidak akan bertanya pad

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 583

    Setelah mendengar ucapan itu, Kama melirik Ayu. Tatapan segalak itu pun membuat Ayu takut, juga makin marah.Ini semua salah Syakia. Jika bukan karena Syakia, Kama tidak mungkin berubah menjadi seperti ini! Perlu diketahui bahwa Kama yang dulu sama sekali tidak berani bersikap seperti ini terhadap Ayu. Setiap Kama berani meninggikan suaranya sedikit saja, Kama akan langsung terkejut dan bersikap patuh begitu Ayu memasang tatapan sedih.Sekarang, bidaknya yang begitu patuh dan berguna sudah menjadi milik Syakia. Wajar saja Ayu merasa marah. Dia menggertakkan giginya dengan pelan, lalu terlihat secercah cahaya melintasi matanya. Namun, tidak apa-apa. Ayu merasa kali ini juga merupakan kesempatannya. Jika bisa memenangkan kembali Kama, dia bisa mendapatkan kembali bidaknya yang berguna ini. Meskipun gagal memenangkan Kama kembali, bukankah dia memiliki sesuatu yang lebih berguna?Gara-gara Abista, Ayu tidak lagi berani menggunakan bunga-bunga itu di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 582

    Jika itu dulu, Kahar pasti akan langsung pergi tanpa ragu. Namun, dia tidak bisa berbuat begitu sekarang. Selain tidak bisa pergi, dia dan Ayu juga harus menebalkan muka untuk lanjut tinggal di tempat ini. Jika tugas kali ini gagal, ayah mereka mungkin benar-benar tidak akan memberi mereka kesempatan lagi. Jadi, baik itu demi dirinya sendiri atau Ayu, dia harus bersabar.Kahar akhirnya menggertakkan giginya dan menekan amarahnya. Setelah mengendalikan emosinya, dia berbicara lagi, "Maaf, Kak Kama. Aku yang nggak sopan tadi. Kamu ... jangan marah padaku, ya."Melihat Kahar yang seperti itu, Ayu juga tersadar. Dia mengatupkan bibir dan ikut menunduk seperti Kahar sambil berujar, "Kak Kama, ini bukan salah Kak Kahar. Ayu yang terlalu manja. Tapi Ayu bisa memakannya kok!"Untuk membuktikannya, Ayu bahkan menekan rasa jijiknya dan menggigit kue itu dengan mata tertutup. Akibatnya, gigitan ini hampir membuat giginya copot. Kue ini benar-benar terlalu keras!Ayu hampir menangis karena giginya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 581

    "Suara ini ...."Begitu mendengar suara di luar, Kama langsung mengernyit. Kenapa mereka ada di sini?"Tok, tok, tok!""Kak Kama? Kak Kama! Kak Kama, cepat buka pintunya!""Sudahlah, Kak Kama. Aku tahu kamu masih belum tidur. Lampu di rumahmu masih menyala. Cepat bukakan pintu untukku dan Ayu!"Kama tidak ingin membuka pintu, tetapi kedua orang di luar itu berisik sekali. Biasanya di waktu seperti ini, suasana sudah sepi. Kesunyian malam ini benar-benar sudah dihancurkan oleh mereka. Akhirnya, Kama pergi membukakan pintu bagi mereka."Krek."Begitu pintu terbuka, Kama berdiri di depan pintu dan menatap kedua orang di luar dengan tidak senang. "Buat apa kalian datang kemari malam-malam begini? Bukannya kalian seharusnya ada di rumah?""Sebentar, Kak Kama. Biarkan kami masuk dulu, ya. Kami capek sekali. Kalau lanjut berdiri lagi, kakiku bisa patah." Ayu dan Kahar langsung mendorong Kama ke samping, lalu masuk ke rumah seolah-olah itu adalah rumah mereka. "Hei, kalian ...." Sebelum sem

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 580

    Selain itu, Ayu juga dapat menghadapi Syakia secara terang-terangan. Ketika obat herbal di ladang obat sudah bisa dipanen, sudah waktunya baginya untuk menyelesaikan dendam baru dan lamanya dengan Syakia!Setelah berpikir begitu, Ayu tidak lagi begitu menolak hukuman untuk pergi mencari Kama. Sesuai dugaan, ayahnya tidak tega bersikap kejam padanya.Ayu merasa sangat bangga. Namun, dia jelas merasa gembira terlalu dini. Pada detik berikutnya, dia mendengar Damar berkata, "Oh iya, karena Kama nggak mengambil apa pun waktu keluar dari rumah, kalian juga nggak boleh mengambil apa pun. Kalian nggak usah berkemas lagi, langsung pergi saja.""Apa?" Ayu pun tercengang. "Kalau nggak berkemas, kami mana punya baju ganti? Memangnya kami juga nggak boleh bawa pakaian, Ayah?"Damar menyahut dengan kejam, "Benar, kalian nggak boleh bawa pakaian. Kalau ada masalah, kalian selesaikan saja sendiri. Kalau sudah paham apa yang kukatakan, jangan buang-buang waktu lagi. Keluar!"Ayu sangat marah, tetapi t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status