Share

Bab 91

Penulis: Emilia Sebastian
Ayu berusaha memaksakan seulas senyum dan bertanya, “Kak Panji, kenapa kamu asal bicara?”

Namun, Ayu sebenarnya sedang mengumpat dalam hati. Dasar bajingan! Apa Panji benar-benar ingin membuat Syakia menjadi selirnya? Apa dia sudah gila? Apa pelajaran yang diterimanya sebelumnya masih belum cukup? Dulu, Panji jelas-jelas menyukai Ayu dan berjanji hanya akan menikahi Ayu seorang. Sekarang, dia ingin mendua?

“Benar, Nak. Jangan asal bicara. Kalau kamu ingin menikahi Ayu, kamu nggak boleh menikahi Syakia lagi. Kalau nggak, Ibu nggak akan setuju dan pamanmu juga nggak akan setuju!”

Ike segera melangkah maju dan menasihati Panji. Baru saja dia menyentuh Panji, Panji langsung mengiris kesakitan.

“Tunggu. Nak, kakimu kenapa? Siapa yang memukulmu?”

Sampai sekarang, Ike baru akhirnya menyadari ada yang aneh. Begitu melihat Panji yang tidak berhenti memegang kakinya, dia buru-buru memeriksa putranya dengan cemas.

Panji mendorong Ike dengan kesal. “Ibu, minggir dulu. Aku mau ngomong sama Syakia.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 613

    Namun, keraguan ini langsung sirna ketika Cempaka melihat Laras.Cempaka bangkit sambil menggertakkan gigi, lalu menatap Laras dengan dingin. "Kenapa? Karena tahu aku sudah kembali ke ibu kota, kamu nggak bisa diam lagi? Tapi, aku nggak nyangka kamu benar-benar mau aku mati. Sepertinya, kamu benar-benar membenciku." Sejak dulu, Cempaka tahu bahwa Laras selalu menyimpan permusuhan dan kebencian yang tak terjelaskan terhadapnya. Dia pikir itu karena dirinya pergi ke kediaman Keluarga Panjalu untuk memaki Laras dengan kasar, juga membuat semua orang di ibu kota tahu bahwa Laras tidak tahu berterima kasih dan mengkhianati temannya sehingga hidup Laras terpuruk lagi. Namun, itu sepertinya juga tidak masuk akal. Sebab, kebencian Laras memang dimulai setelah insiden itu, tetapi permusuhan Laras sudah ada sejak mereka pertama kali bertemu. Sampai sekarang, Cempaka masih belum bisa memahaminya. Namun, dia samar-samar mengerti bahwa itu pasti karena Syakia. "Cempaka, kenapa kamu kembali ke ib

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 612

    Kait besi itu menembus jendela kereta kuda dan mengait erat pada badan kereta. Ketika melihat keadaan ini, Cempaka pun terbelalak. "Gawat!"Pada saat yang bersamaan dengan miringnya kereta kuda, Cempaka melompat keluar."Nona, hati-hati!"Begitu Cempaka mendarat di lantai, dua pria bertopeng langsung menyerbu ke arahnya. Untungnya, Cempaka bereaksi cepat dan segera mengayunkan cambuknya tanpa ampun."Plak!" Suara cambuk yang nyaring ini segera memicu pertarungan.Memang ada 30 pria bertopeng yang mengikuti mereka. Mereka mengepung Cempaka dan para pengawalnya di hutan, lalu langsung mulai membantai orang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apalagi terhadap Cempaka, ada beberapa orang yang mengepung dan menyerangnya sekaligus. Jika para pengawal yang dibawanya bukan yang terbaik di antara yang terbaik, dan dia juga bisa melawan 3 orang sekaligus dengan kemampuannya sekarang, takutnya mereka sudah mati begitu pertarungan dimulai.Meskipun begitu, kelompok Cempaka juga tidak dapat bertah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 611

    Setelah salinan sutra hari ini dibawa pergi, Syakia yang entah kenapa merasa gelisah pun bekerja di ladang obat. Dia mengambil cangkul kecilnya dan menyiangi rumput dengan tenang. Dia mencoba meredam suasana hatinya yang kacau dengan cara ini. Bagaimanapun juga, inilah yang dilakukannya ketika suasana hatinya sedang buruk atau dia sedang gelisah. Setelah menyiangi rumput dan bercocok tanam, dia akan segera membaik.Hari ini, Syakia sudah hampir menyiangi semua rumput di gunung belakang. Namun, entah kenapa kegelisahan di hatinya masih belum bisa ditenangkan."Ada apa denganku?"Syakia berdiri dan menekan dadanya dengan cemas. Dia menatap ke bawah gunung. Setelah beberapa saat, dia baru mengambil tas dan cangkulnya, lalu bergumam. "Lupakan saja, sebaiknya aku pulang dulu hari ini."Setelah Syakia pulang dan menyiapkan makan malam, Cempaka juga pasti akan segera kembali. Dia selalu mengeluh lapar setiap kali pulang. Jika Syakia tidak menyiapkannya lebih awal, dia khawatir Cempaka akan m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 610

    "Hah? Kak Kahar, siapa yang nakut-nakuti kamu? Apa Ayu terlihat begitu menakutkan?"Ayu tiba-tiba memaksakan diri untuk tertawa dan menekan niat membunuh di matanya. Dia tidak boleh membunuh Kahar. Setidaknya bukan sekarang. Jika dia membunuh Kahar, ayahnya pasti akan mencurigainya.Akhir-akhir ini, ayahnya sudah sangat tidak puas terhadapnya. Jadi, meskipun ingin membunuh, dia juga harus mencari waktu yang tepat. Dia bahkan harus memanfaatkan sedikit nilai Kahar yang masih tersisa sebaik-baiknya. Jika sudah berpura-pura di depan Kahar begitu lama tetapi tidak mendapatkan apa-apa, bukankah dia akan sangat rugi?Setelah menenangkan diri, Ayu mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya yang berdarah. Dia menunjukkan ekspresi sedih seperti biasa dan. bertanya, "Apa Kak Kahar merasa Ayu sudah cacat, makanya Kakak nggak suka sama Ayu lagi?"“Mana mungkin! Nggak! Aku tentu saja nggak bermaksud begitu!”Awalnya, Kahar masih merasa takut saat melihat tatapan Ayu. Namun, ketika melihat Ayu menangi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 609

    "Kahar!"Suara Cempaka tiba-tiba meninggi. Dia memelototi Kahar, "Jangan pakai mulut busukmu itu untuk menyebut Kia-ku! Kia-ku 1.000 kali lebih baik dari kalian berdua! Dia nggak perlu ngomong apa-apa padaku karena aku suka memperlakukannya dengan baik. Aku mau kasih pelajaran bagi kalian yang berani menindasnya! Ingat, ini baru permulaan."Mata dingin Cempaka menyapu Ayu, lalu dia mencibir, "Lebih baik kamu sembunyi mulai sekarang. Aku sudah bilang, kalau kamu berani muncul di hadapanku, aku pasti akan menghajarmu! Di mana, kapan, dan sekeras apa pun aku menghajarmu, itu tergantung suasana hatiku saat itu."Hari ini, suasana hati Cempaka sangat buruk. Jadi, dia pun melampiaskannya pada wajah putri haram ini. Mengenai Kahar ...."Plak! Plak! Plak!"Tanpa sungkan, Cempaka dengan kuat mencambuk Kahar 3 kali lagi. Makin erat dia melindungi Ayu, makin kuat pula pukulan Cempaka. Bahkan cambukan terakhir juga membuat tulang lengannya gemertak. Tulangnya seharusnya sudah hancur.Saking kejamn

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 0608

    "Pfft!"Rasa sakit yang dibayangkan Ayu tak kunjung datang. Namun, malah terdengar tawa penuh ejekan yang tak kenal ampun."Hahahaha! Lihat tampang pengecutmu itu! Duh, lucu sekali!"Cempaka yang memegang cambuk berdiri 3 meter jauhnya. Sambil menunjuk Ayu, dia tertawa sampai tidak bisa berdiri tegak, seolah-olah telah melihat lelucon besar.Ayu yang baru menyadari bahwa dirinya telah ditipu begitu marah hingga wajahnya memerah. Dia tidak tahan lagi dan melangkah maju sambil berseru marah, "Dasar wanita jalang! Beraninya kamu membodohiku!""Plak!"Pada detik berikutnya, Cempaka berhenti tertawa mengayunkan cambuknya ke arah tubuh Ayu yang tidak terlindungi oleh Kahar. Tidak, lebih tepatnya, cambuk itu mengenai wajahnya. Sebab, cambukan ini sudah melukai separuh wajah Ayu dengan parah."Aaahhh!"Kali ini, jeritan Ayu bahkan terdengar oleh penduduk desa yang sedang bekerja keras ribuan meter jauhnya."Apa yang terjadi? Suara apa itu tadi?""Entahlah ...."Satu per satu penduduk desa meli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status