Share

2. Aku adalah Bagas

James mendapatkan semua informasi tentang Bagas, tubuh yang sekarang menjadi tempatnya hidup.

[Transfer kehidupan Bagas didapatkan]

Jadi, James mendapatkan tubuh seorang pemuda yang masih bersekolah. Tak peduli apapun dengan tubuh itu, James tetap akan membalas dendam untuk dirinya. Namun, dia tahu bahwa dia sudah diberikan tubuh tersebut. Dia pun akan menggunakan identitas dari Bagas.

Mulai sekarang, dia akan menjadi Bagas!

Bagas menggunakan kemampuannya, dia memanjat goa itu ke atas. Baginya, itu adalah sesuatu yang mudah. Namun, dia sedikit kesulitan karena tubuh pemuda itu tidak pernah terlatih. James harus menyesuaikan dirinya dengan tubuh Bagas.

Hap!

Bagas melompat dan menaiki bebatuan, di bawah sana jurang yang dalam. Pengalaman James diterapkan. Dia pun mencapai atas dengan kemampuannya dan dapat keluar dari jurang. Saatnya untuk kembali, tapi langkah Bagas terhenti sejenak dan melihat ke arah jurang.

Ibu dari pemuda bernama Bagas! Tiba-tiba ada airmata yang menetes begitu saja.

James tahu, itu semua karena tubuh itu adalah milik Bagas.

Kini, dia Bagas! Semua yang pernah dialami Bagas, menjadi bagian dari James.

***

Rumah besar keluarga Mahmud.

”Dayang, apa semua sudah beres?” Romi menopang dagunya, melihat ke arah isterinya, Dayang. Mereka sedang di meja makan.

”Tentu saja, suamiku! Laporan diterima, dan mereka sudah menghabisi Bagas dan memastikan kematiannya di dalam jurang!” senyum Dayang terlihat licik.

”Bagus! Dengan begini, tidak ada yang tersisa dari Ayah untuk memberikan seluruh hartanya. Kita hanya perlu berbagi pada dua adik, dan aku yang tertua!”

Romi tahu, mereka saudara berempat. Kakaknya, ayah dari Bagas meninggal saat kecelakaan mobil. Tersisa; Romi anak kedua, Sinta, dan Evan. Untuk kedua adiknya, Romi bisa melakukan apapun untuk mendapatkan harta lebih banyak. Kini, semua penghalang sudah tidak ada. Pewaris terbanyak, pastilah Romi.

He.. he... he..

Romi tertawa kecil.

”Ayah! Aku pulang!” suara Rianti cukup keras dan masuk ke ruang besar tersebut.

Romi tersenyum melihat kedatangan putrinya, tapi segera matanya tak bisa berhenti melotot. Hal itu karena, di belakang Rianti, ada satu sosok yang ikut masuk beberapa meter dari Rianti. Lelaki itu adalah .... Bagas!

”Bagaimana ..., Bagas bisa pulang?”

”Oh, Bagas!” Rianti menengok ke belakang, melihat sekilas pada Bagas yang bajunya terlihat sangat kotor.

”Aku juga merasa mual saat masuk, Ayah. Lihat saja, dia seperti gembel! Tiba-tiba saja dia datang dan mengikutiku!” Rianti bergegas masuk ke dalam dan menuju ke kamarnya.

Bagas terlihat santai dan melihat ke arah Romi dan Dayang. Sedangkan, Romi dan Dayang terpaku di tempat duduknya.

”Bagaimana ... Kamu ...!” mata Dayang tak bisa berhenti melihat tubuh Bagas dari kepala hingga ke kaki. Dia seperti baru saja bermain tanah dan seluruh pakaiannya nampak kotor dan sobek.

”Tidak perlu heran, Paman dan Bibi! Aku baru saja pulang, tapi ingatlah. Api akan dibalas dengan api!”

James mencoba untuk menahan dirinya, dia harus mempersiapkan segalanya untuk membalaskan dendam pemuda bernama Bagas. Saat ini, James harus memaksimalkan waktu dengan kesempatan yang diberikan dan membalaskan dendam atas Bagas dan dirinya. Semau itu, butuh persiapan.

Dia adalah ahlinya, pembunuh paling tepat dan tidak terkalahkan.

”Apa maksudmu, Bedebah!” Romi berdiri dari duduknya, beberapa pelayan tampak kaget akan hal itu. Mereka yakin, akan ada penyiksaan lagi untuk Bagas. Semenjak kecil, setelah ayahnya, Arga meninggal. Bagas selalu mendapatkan perlakuan buruk bersama Ibunya. Kali ini, dia pasti akan disiksa kembali.

”Tenang Paman! Akan ada waktu yang tepat untuk membalas!”

”Anak sialan!”

Krak! Plak! Plak!

Romi mendorong kursi hingga terjatuh ke belakang, dia berjalan dengan cepat dan mengarahkan tangan kanannya yang besar ke arah pipi Bagas yang berdiri tenang.

Woooshh!

Tidak mungkin!

Para pelayan menutup mata mereka, mereka tak sanggung melihat tuan Bagas selalu disiksa, lagi dan lagi.

Tamparan kuat itu mengenai angin kosong, bahkan Bagas menghilang dari hadapan Romi.

”Dia ...!” suara Dayang, dia melihat ke arah masuk. Bagas berjalan santai memasuki areal ruang dalam dan menuju kamarnya.

Bagaimana bisa?

Romi memutar tubuhnya dan melihat punggung Bagas berjalan santai, itu seperti sebuah sihir dan bocah itu seperti menghilang.

”Tenang saja, Paman! Saatnya akan tiba untuk pembalasan!”

Mata Bagas menyamping dan memperhatikan Romi dan Dayang. Dia pun masuk dan menuju kamarnya. Hal itu membuat Romi terganggu jantungnya, berdetak tak karuan. Bocah yang selalu ketakutan itu! Dia berbeda!

”Suamiku! Suamiku!”

Romi terduduk kembali, dia mencoba mengatur napasnya. Dia kaget!

”Tenang Suamiku, ini pasti kesalahan. Aku akan menghubungi mereka! Mereka telah berani berbohong!”

Romi masih mengatur napasnya, dia hampir saja kena serangan jantung. Rencana mereka gagal total.

***

Mulai sekarang, semua akan berbeda!

[Waktu kesempatan hidup; 60 Hari]

Pesan mekanis muncul di depan Bagas. Dia segera membuka bajunya dan mandi. Mengganti baju dan dia tak punya banyak waktu. Dia menuju ke ruang kakeknya, Mahmud. Lelaki itu, adalah satu-satunya keluarganya yang tersisa sekarang. Ingatan tubuh Bagas, penyiksaan yang selalu diperoleh dan kakeknya yang menyayangi dirinya. Namun, sang kakek sakit dan hanya bisa berbaring.

Bagas tahu sekarang, sang kakek memang dibiarkan hidup karena dia belum membuat keputusan soal seluruh harta yang ditinggalkan. Jika meninggal tapi belum memberikan warisan harta, maka semua harta akan hangus dan disumbangkan.

Ngeeekkk!

Bagas membuka pintu, dua pelayan ada di dalam kamar megah kakeknya. Sang kakek, Mahmud membuka matanya. Dia sulit bergerak dan tangannya mengarah pada Bagas yang masuk ke kamarnya. Tangan Mahmud bergerak perlahan dan memberi kode Bagas untuk mendekat.

”Kakek sudah makan?” suara Bagas. James sudah mendapatkan semua data dari kehidupan Bagas, penyatuan jiwa itu juga merupakan andil dari Bagas. Dia harus menyelesaikan segalanya dengan waktu yang diberikan.

Anggukan kepala Mahmud, rambutnya yang putih dan airmatanya menetes. Mulut Mahmud bergerak tapi tak ada suara yang keluar.

Ding!

Pesan mekanis.

[Anugerah kehidupan, anda memiliki tiga permintaan selama masa kesempatan waktu. Anda bisa melakukan tiga permintaan]

Jadi ..., ini seperti buff di dalam game. Karena ini adalah permainan Bagas akan membuat keputusan.

”Menerima, satu permintaan. Sembuhkan kakek secara total!”

[Permintaan pertama dikabulkan]

[Menetralisir racun yang mematikan semua pergerakan tubuh]

Racun!

Woooshhh!

Brak!

Pintu didobrak!

”Apa yang kamu lakukan Bocah!” suara teriakan dari Romi dan dua pengawal. Mereka masuk karena mendapatkan kabar bahwa Bagas memasuki kamar ayahnya, Mahmud. Romi berteriak marah.

”Apa kamu ingin membunuh Kakekmu!” teriak Dayang lagi.

Bagas berdiri dan berbalik ke arah mereka.

”Aku sangat menyayangi Kakekku, untuk apa aku membunuhnya? Justru, aku curiga pada kalian kenapa marah padahal aku adalah cucu yang ingin melihat kakeknya,” suara tenang Bagas. Dia adalah seorang pembunuh yang sudah sangat lihat dengan semua kondisi.

”Usir bocah itu, bawa keluar cepat!” perintah Romi. Dua penjaga sigap, segera bergerak dan mencengkeram kedua bahu Bagas.

”Hentikan, Romi!”

Sebuah suara mengagetkan mereka semua, dua perawat bahkan tak percaya dan melotot melihat kakek Mahmud bangun dari tidur panjangnya. Dia duduk dan matanya menyala.

”Apa yang kamu lakukan pada cucuku!” teriak Mahmud tegas.

”Ayah! Ayah sudah bangun?”suara Romi kaget.

Mahmud menyibak selimut, dia bahkan bangkit dan berdiri dengan tegak. Meskipun, dia sudah tua, tubuhnya sedikit membungkuk.

Dua penjaga melepaskan bahu Bagas dan ketakutan.

”Jawab aku, apa yang kamu lakukan!” teriak Mahmud.

”Tidak Ayah! Tidak Ayah! Aku hanya mengkhawatirkan kesehatan Kakek! Kalau begitu, kami pamit dulu!”

Mereka segera pamit dan meninggalkan Mahmud dan Bagas. Dua perawat dimint pergi oleh Mahmud. Tersisa Mahmud dan Bagas.

”Apa yang sudah terjadi selama lima tahun ini, Bagas? Aku seperti mayat yang tak bisa bergerak,” Mahmud yang tua itu duduk di pinggir kamarnya.

Bagas ikut duduk di sebelah Kakeknya.

”Kakek telah diracuni. Semua karena mereka ingin harta Kakek. Kakek percaya atau tidak, tapi itu kenyataannya!”

Suara tegas Bagas, tanpa takut apapun. Waktunya tidak banyak, dia harus membalas semua orang yang menyakiti Bagas dan James.

Mahmud terdiam.

”Kamu bukan Cucuku, Bagas!”

Bagas menatap kakeknya tak percaya. Apakah kakeknya tahu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status