Share

4. Penangkapan Petugas Kepolisian

Pemuda pertama menyerang Bagas paling depan.

Bug!

Pemuda penyerang terjerembab ke depan, Bagas melewati orang pertama seperti angin dan tak terlihat. Tangan kananya berputar dan menghantam bagian belakang leher pemuda pertama. Dua orang menyerang bersamaan. Bagas melesat lebih dulu dan menghancurkan kedua perut mereka bersamaan.

Bug!

AAAAHH!

Tiga orang tumbang.

[Semua kemampuan anda sebagai Assassin pembunuh diaktifkan]

Wooosh! Wooosh! Wooossh!

Bug! Bug! Brak! Brush!

Semua mata tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Bagas melewati semua penyerangnya dan menjatuhkan mereka. Ini seperti dalam film k****u atau bahkan seorang pembunuh. Bagas bergerak bagaikan angin dan menghancurkan para penyerang tersebut. Tersisa satu orang, Natan. Bagas berjalan menatap Natan dengan jarak satu meter.

Mereka saling berpandangan.

”Sial!” teriak Natan, dia berlatih beladiri dan kemampuan kakinya sangat lentur dan baik, kakinya refleks berputar dan mengarah ke kepala Bagas. Mata Bagas melihat pergerakan cepat itu.

”Itu tidak cukup menjatuhkanku, Bajingan!”

Crak!

Bagas mengarahkan sikunya dengan cepat dan menahan kaki Natan. Suara seperti patah terdengar dan Natan terjatuh ke belakang. Dia kesakitan dan memegang kakinya yang terasa sakit.

Bagas melihat Natan yang kesakitan, dan semua kejahatan Natan terbayang bagi James karena Bagas mendapatkan penyiksaan terus-menerus dari Natan.

Bug!

Tendangan yang sangat kuat menghempaskan Natan. Tubuh Natan terhempas dan pada akhirnya bergulingan di lantai lapangan itu. Lebih dari empat puluh siswa, semua kesakitan dan Bagas satu-satunya yang masih berdiri dengan tegak di sana. Semua orang melihat hal itu, termasuk para guru di lantai atas.

Gila!

”Hebat! Hebat, Bagas!” teriak Dandi, dia mendekat ke Bagas. Dandi tak percaya dan melihat satu-persatu semua murid nakal itu, dihancurkan! Di belakangnya, Nadia kaget dan tak mengira. Sosok yang diceritakan ayahnya selalu mendapatkan perundungan dan selalu dihina di keluarganya. Kini, dia menghajar para berandalan sekolah itu.

”Jika kalian masih ingin hidup lebih lama, jangan pernah ganggu aku maupun Nadia. Jika aku tahu itu, aku akan menghancurkan hidup kalian!”

Para siswa itu  mundur tak percaya dengan apa yang mereka alami. Sosok Bagas yang kini menjelma bagaikan iblis atau ahli bela diri.

Bagas berbalik dan pergi bersama Dandi, melewati Nadia.

”Mereka tidak akan berani mengganggumu lagi, Nadia. Jadi, tenanglah!”

Bagas melewati Nadia dan pergi ke tempat lain.

”Bagas, mau ke mana kamu?” tanya Dandi mengikuti Bagas.

”Makan, aku lapar!”

”Aku ikut!”

***

Bagas masih di kelas, dia santai bersama Dandi yang kini bercerita penuh ceria. Para pengganggu di sekolah dan di kelas sudah dihancurkan. Bahkan, para pembully di kelas mereka kini terdiam dan tertunduk, tidak berani menampakkan wajah mereka.

Biasanya, mereka berlagak dan mengganggu siapapun. Kini, mereka bahkan seperti ayam yang tak berani berkokok setelah bertemu singa di depannya.

”Mampus mereka semua!” kata Dandi senang.

Bagas pun tersenyum. Namun, Bagas tahu bahwa hal ini tidak akan berjalan mudah. Dia sudah mampu memprediksi, sebentar lagi akan ada bagian kedua dari semua yang sudah dilakukannya.

”Mana siswa nakal bernama Bagas!”

Benar saja!

Beberapa lelaki kekar datang, mereka memakai pakaian polisi. Empat orang yang masuk begitu saja tanpa permisi. Bahkan, sang guru yang baru datang ketakutan melihat hal itu.

”Kalian tidak bisa masuk sembarangan di kelas sekolah. Ini bukan tempat para penjahat! Ini adalah tempat pendidikan,” kata guru wanita itu.

”Kami tidak punya waktu menjelaskan. Di sini, ada penjahat yang harus kami tangkap.”

Dan, Bagas yang disebutkan empat petugas itu. Bagas pun diminta bu guru untuk maju. Bu Guru hanya tahu, pasti itu semua karena perkelahian saat jam istirahat sebelumnya. Banyak murid yang terluka karena dikalahkan seorang diri oleh Bagas.

Bagas berdiri dan maju ke depan, semua ketakutan di dalam kelas itu.

”Ikut kami!” kata salah satu petugas.

”Aku tidak bersalah!”

”Lancang!”

Mereka bergerak dan langsung memegang Bagas. Bu Guru tidak bisa berbuat apapun.

”Mana surat tugas kalian dalam penangkapan ini?” tanya Bagas tanpa ada ketakutan di wajahnya.

”Bocah berandal! Kamu berani melawan petugas!”

Salah seorang petugas sudah mulai tak sabar dan memegang kedua tangan Bagas dan memaksa di belakang. Bagas diam saja ketika dia didorong ke dinding, kelas ramai dan bahkan di depan kelas juga sangat ramai. Para siswa yang sebelumnya dihajar Bagas, mereka tersenyum. Mereka berpikir, uang adalah pemenangnya!

Bagas tetap tenang, dia tak mau mengambil jalan terlalu frontal. Dia harus membuat perhitungan yang matang, dalam sehari dia sudah membuat keributan terlalu banyak. Jalan sudah dibentang, hanya tinggal menunggu waktu saja.

”Ikut kami, anak nakal!”

Bagas dipaksa empat orang keluar kelas, Nadia dan Dandi khawatir.

Di depan kelas, Bagas didorong terus. Mereka berjalan di lorong kelas, semua siswa melihat hal itu. Kali ini, mereka semua berpikir bahwa Bagas pasti akan dihancurkan. Petugas-petugas itu pasti bayaran dari orangtua Natan. Mudah bagi mereka dengan memiliki uang.

”Cepat!”

Salah satu petugas masih saja medorong tubuh Bagas yang sudah menurut.

”Berhenti!”

Sebuah suara berlari dari kerumunan para siswa. Siswa yang menepi di dinding dan seorang lelaki tegap berlari dengan cepat. Dia memakai jas, dan mendekat ke arah Bagas yang dicekal empat petugas.

”Inspektur Jodi!” empat petugas kebingungan, mereka tak menyangka ada inspektur Jodi di sana. Mereka menjalankan tugas itu hanya dengan bayaran dan tidak memiliki surat tugas. Kenapa bisa begini? Apakah inspektur tahu sesuatu? Dia adalah polisi paling bersih di kantor kepolisian.

”Lepaskan dia!”

Empat petugas terdiam.

”Lepaskan dia!” tegas Jodi.

Empat petugas tak berani lagi, mereka melepaskan Bagas. Mereka jauh pangkatnya di bawah dengan Inspektur Jodi. Jodi meminta mereka pulang dan akan memberikan mereka sanksi nanti. Hal itu karena, Jodi tahu bahwa empat petugas itu tak memiliki surat tugas.

”Jadi, maaf semuanya. Ini salah paham!” kata Inspektur Jodi menjelaskan.

Semuanya pun bubar dan tersisa Bagas dan Inspektur Jodi di lorong itu. Beberapa siswa dan guru masih ada agak jauh dari sana.

”Seseorang  melindungimu, kamu harus lebih hati-hati mulai sekarang. Dunia ini kejam, pemuda!”

”Terima kasih Pak Inspektur.”

”Siapa namamu?” tanya Jodi.

”Bagas, Inspektur!”

Jodi pun pamitan dan harus menjalankan tugas lainnya. dia berjalan meninggalkan Bagas, saat berjalan dia hanya berpikir satu hal. Dia datang karena telepon tiba-tiba dari asasin yang selama ini telah membunuh banyak orang. Asasin paling terkenal dan sulit dilacak keberadaannya, Shadow Eagle. Pembunuh itu secara khusus melindungi anak sekolah bernama Bagas yang merupakan keturunan dari Mahmud, salah satu orang terkaya di kota itu.

Imbalannya, informasi apapun soal organisasi Dark Head. Shadow Eagle hanya  mengatakan, dia ingin menghancurkan organisasi itu. Jadi, apakah ada perselisihan di antara para pembunuh?

Dan, kenapa Shadow Eagle melindungi Bagas? Apa ada hubungan khusus di antara keduanya?

Dan, dari itu semua. Bagas tersenyum di lorong sekolah itu.

Rencana akan segera dimulai.

Sekarang, ada satu orang yang harus dihubunginya. Seseorang yang merupakan junior yang pernah dilatih secara khusus oleh James waktu bersama di Dark Head.

Rencana penghancuran dan balas dendam, akan dimulai.

[Waktu anda terpakai 2 hari, sisa waktu kesempatan anda di dunia 58 hari]

Dan ..., itu sudah cukup. Senyuman Bagas, dan dia melangkah santai meninggalkan tempat itu. Nadia melihat ke arah perginya Bagas, Nadia yakin Bagas telah berubah dengan cepat!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status