Share

Kisah Sri Kecil

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2022-08-21 20:19:05

Memiliki Bapak seperti Tuan Lee, tak pernah sedikitpun terlintas dalam imajinasi seorang yatim piatu sepertiku. Aku bahkan tak tau siapa dirinya, saat pertama kali kami bertemu dulu.

Saat duduk di bangku sekolah dasar. Aku berjualan pukis setelah selesai sekolah, uang hasil jualan biasa ku beli kan sesuatu yang begitu aku inginkan. Baju , sapatu atau apapun yang anak seusiaku inginkan.   

Sebagai anak panti, uang jajanku di jatah dan tak akan bisa bertambah meski kami terus merengek meminta. Bagi kami, memiliki uang lebih adalah sebuah kemewahan.

"Makan ini om" Kusodorkan dua pukis pada lelaki dengan Baju lusuhnya. Ia menatapmu sekilas dan melahap juga pukis itu tanpa jeda. Tangannya menegadah lagi. Kuberikan saja pukis terakhir di dalam Keranjang.

"Thankyou..." Hanya kata itu terucap. Dia lalu berdiri mendekati kran air di ujung taman kota. Menenggak dengan segarnya air yang keluar.

Aku yang hanya anak kecil sebatang kara, bahkan tak tau apa arti kalimat yang di ucapkan lelaki itu. Setelahnya aku sering memberinya pukis, satu bulan aku menjadi sangat dekat dengannya.

 Bapak tak mengerti bahasa indonesia saat kemari, dan aku tak faham bahasa inggris apalagi mandarin sepertinya. Kami berkomunikasi dengan bahasa isyarat hingga suatau hari,  lelaki itu menghilang dari hidup ku.

****

"Mei,kamu tau, Bapak kembali hanya karena ingin menjagamu. Jika sekarang ada lelaki yang justru menghancurkan hatimu, tak bolehkan orang tua sepertiku merasakan sakit dan terluka?"

Aku menatap lekat lelaki itu. Sungguh Bapak sudah melakukan banyak hal agar bisa merawat ku. Dan aku tak bisa mengabaikan nya begitu saja.

"Meili tak akan bercerai pak."

"Tak akan?" Bapak terkejut dengan kalimat yang terucap dari bibirku.

Aku menundukkan kepala. " Sebelum kuseret seluruh keluarganya kedalam penderitaan, Mei tak akan menceraikannya !" Tanganku mengepal kuat.

"Lakukan apa yang kau mau, asal bisa membuatmu merasa lebih baik." Bapak mengusap kepalaku perlahan. " Hentikan Mobilnya ! Mei, Bapak tunggu dirumah besar. Kau tau kan, terlalu berbahaya untukmu, berada satu mobil dengan Bapak." 

Bapak menutup pintu dan berjalan menyeberang. Sebentar kemudian  sebuah jeep Wrangler berhenti menjemput Bapak. Aku hanya dapat melihatnya menjauh. Begitulah caranya mencintai ku. Dulu aku tak pernah tau mengapa, namun setelah aku memiliki Lala, aku tau arti dari apa yang dilakukan bapak hanya untuk melindungi ku.

"Jadi kerumah besar Nyonya?"Arman bertanya padaku.

"Kerumahku di Karanganyar saja Man. Ada banyak barang Lala yang harus aku bawa."

Tak banyak bicara, Arman memerintahkan mobil itu ke rumahku di Karanganyar. Dua jam lebih perjalananku kesana. Hingga mobil berhenti tepat didepan rumah.

Aku  membuka pintu mobil. Tergambar jelas banyaknya kenangan yang terjadi disini. Kenangan indah dan bahagia bersama keluarga kecilku. Namun hari ini, segala yang kubilang indah, terasa begitu kontras dengan penghianatan yang di perbuat nahkoda kapal itu sendiri.

"Masuk Man, aku siapkan dulu keperluan putriku "

Arman mengikutiku dari belakang.

Kutinggalkan Arman di ruang tengah. Lalu aku berjalan masuk ke kamar Lala, mengambil koper besar milik putriku, aku memasukkan perlengkapan sekolahnya dan buku-buku favorit nya di meja belajar. Lala begitu senang membaca.

Kubawa juga selimut kumal kesayangannya di atas tempat tidur. Selimut yang menemani gadis kecilku sejak ia bayi, dan kini jadi selimut kesayangan yang tak pernah terganti. Aku masukkan selimut itu kedalam koper. Aku terpaku sejenak, saat melihat foto kami bertiga, tersenyum lebar dalam bingkai kecil di atas meja lampu Milik Lala. Sungguh tersayat hatiku mengingat apa yang terjadi pada Keluargaku kini.

Harus nya Lala tak perlu merasakan pahitnya masalah yang terjadi antara aku dan mas Fandi. Harusnya gadis kecil sepertinya cukup tau bahwa kami masih baik-baik saja.

Ku tutup foto yang tak lagi nyata itu. Segera kutarik barang Lala keluar dari kamarnya. Arman masih berdiri memandang foto kami di dinding rumah. 

Ah, terlalu banyak hal manis yang terbingkai di dinding rumah Ini.

"Masukkan koper ini kedalam mobil Man, aku mau ke kamar ku dulu." ku berikan Koper berwarna pink itu pada Arman, lalu beranjak masuk kedalam kamar ku sendiri.

Aku mengambil beberapa barang kesayanganku, dan sertifikat rumah yang ada didalam brankas. Aku duduk, menekan susunan angka tanggal lahir putriku untuk membuka kotak besi itu. Gagal ! Mas Fandi mengganti kodenya. Aku terdiam sejenak, memikirkan rangkaian angka apa yang mungkin mas Fandi pakai.

" 121285" Kuketik tanggal kelahiran mas Fandi sendiri, namun tetap tak bisa. Kucoba tanggal lain. Hari kelahiranku, hari pernikahan kami, hari ulang tahun ibu mas Fandi namun tetap tak bisa terbuka. Pasrah sudah aku. berdiri dengan perasaan kesal. 

Brak ! 

Ku tendang brankas itu dengan jengkel. Jika susunan angka yang di pakai bukan itu, lalu apa? Jangan-jangan tanggal lahir wanita murahan itu! 

Aku bergumam sendiri, mencoba menebak susunan angka apa yang mungkin di pakai mas Fandi sebagai kode. Haruskah aku membawa serta brankas ini juga?

Aku berjalan keluar menemui Arman yang masih berdiri mengamati foto- foto di dinding rumah. "Man, bisa bantu sebentar !" Aku mengajaknya masuk kedalam kamar. Arman berdiri di ambang pintu.

"Masuklah, aku ingin meminta pendapatmu."

Dia berjalan masuk dan berdiri di samping ku. "Ada apa  nyonya ?"

"Kau punya ide bagaimana membuka brankas ini? si cacing kremi itu sudah mengganti sandinya tanpa sepengetahuanku !"

Arman terdiam sebentar, mengamati besi kotak itu

Lalu dia mengambil sesuatu di antara sela pinggang nya.

Pistol ?

Mataku seolah lepas dari tempurungnya. Bisanya dia membawa pistol kedalam rumahku. Tanpa meminta pendapat, Arman mengarahkan senapan kecil itu ke arah brankas.

Dist... Dist...

Halus, tanpa suara, namun berhasil menghancurkan brankas yang tak seberapa kokohnya itu. Mas Fandi membelinya online dulu. Ternyata kualitas nya sangat buruk.

"Pistol apa itu man?"

"Pistol? Ah, Nyonya ini, ini hanyalah laser"

Laser? Ya Tuhan Sri, bodohnya dirimu. Anak Mavia macam apa aku ini, laser dan pistol saja aku tak tau bedanya !

" Aku tau, aku hanya menggodamu." Aku berusaha agar tak salah tingkah. Bergegas aku membuka brankas, dan segera mengambil semua isinya.

"Kenapa? Mau menertawakanku?" Aku berkacak pinggang menyadari Arman masih menatapmu dengan ledekannya.

Seketika wajahnya tertunduk. "Maaf Nyonya, saya tak berani" Ucapnya tegas.

Sekarang aku yang menahan tawa. "Bawa ini, ayo kita tinggalkan segera rumah ini. Jangan lupa untuk menjual dengan cepat rumah ini Man !" Kuserahkan map dan amplop penting itu pada Arman dan aku berjalan keluar.

"Siap nyonya" Arman mengikutiku dari belakang.

Saat du pintu depan, tiba-tiba mas Fandi masuk dan menatapku tajam.

"Sri ! Jadi benar kau berselingkuh ?

Selingkuh ? Sudah gilakah suamiku ini ? Dia yang menikah lagi, kenapa justru menuduh ku selingkuh !

" waras tidak otakmu mas? Ngaca saja sana. Kau memang sudah tak punya akal sehat !"

"Aku? Kau yang tak ada otak, bisanya membawa lelaki lain saat suamimu sedang tidak dirumah! "

Lelaki lain?

  Kutatap arah mata mas Fandi. Dia sedang melihat kearah Arman. 

Jadi dia kira Arman ini selingkuhan ku? Buta atau. bagaimana ini manusia. Bukanya tadi dia lihat Arman membuka kan ku pintu mobil.

"Ayo man, Kita pergi" Aku lewati saja mas Fandi tanpa perduli omong kosong nya. Namun lelaki itu justru menarikku ke tembok. Tatapan kami saling beradu.

"Lepaskan Nyonya ku !" Arman sudah mengacungkan pistol kearah Mas Fandi. Kali ini benar-benar pistol, bukan sekedar laser atau mainan.

Mas Fandi melirik dengan gemetar, bahkan aku melihat keringat menetes dari sela rambutnya.

"Lepaskan atau kau mati disini lelaki busuk!" Arman kembali mengancamnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Salfiana Nana
perempuan lemah tapi dijaga bodyguard
goodnovel comment avatar
Yanyan
smoga aja ujung cerita nya gak nanggung kaya dream net..
goodnovel comment avatar
Saleh Ondawaty
mantap thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Kumal   Kejujuran

    Jani mengambil foto di tangan Leon dan memperhatikan lebih jelas, gadis bermata abu itu memang nampak sanggat bahagia bersanding dengan seorang anak lelaki kecil dengan rambut menutup poninya."Ini_" Jani menghentikan kalimat nya dan menatap ke arah Leon."Ya, itu aku. Meski tak kamu ingat kita adalah sahabat kecil Jani..Kata Jani berkaca menatap ke arah Leon, memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki nan tampan itu dengan seksama."Benarkah itu dirimu? sahabat yang kadang hadir dalam mimpiku, aku selalu bertanya itu kisah siapa, sebab ta ada yang aku ingat dari masa lalu ku selain karena sepenggal kisah yang ku denggar dari bapak yang membesarkan ku."Jani berkata dalam hati, air mata nya turun tanpa sadar, membuat wajahnya yang putih merona kemerahan sekarang."Ada apa sayang?" "Sekarang aku tau kenapa kamu begitu baik padaku." Ucap nya lirih.Ya, selama ini Jani selalu merasa bersyukur sebab masih di beri hidup lebih lama, mengucap terimakasih pada Leon dalam hatinya sebab memberin

  • Pembalasan Istri Kumal   Cerita rahasia

    "Karena kamu tau segalanya Jani, kamu kehilangan ingatanmu saat mengalami kecelakaan setelah bertemu dengan Lenzia, itu pertemuan terakhirmu, sebab Lenzia menghilang setelahnya." Leon menjelaskan dengan gamblang"Jadi aku pernah bertemu dengan Lenzia?""Ya, dan Aini mencoba juga untuk membunuhmmu."Sri dan Jani sama-sama terkejut, menghadapi kenyataan yang teramat berat sekarang. ""Dan wanita tadi adalah Aini? ." Ucap Jani membuat Sri menatap nya serius."Kalian sudah bertemu Aini?""Iya, kami tak sengaja bertemu dengannya saat aku turun membeli minum, dia hampir membunuh Jani.""Dia terus menyebut ku Lusia.""Ya karena itu yang dia tau, dia hanya mengenal nama Lenzia Jani." Leon kembali menjelaskan dan membuat Jani semakin diam."Dimana kalian bertemu Aini?" Sri penasaran."Di minimarket tengah hutan.""Begitu? aku harus segera mencarinya." Sri berdiri, dia ingin bicara lebih banyak namun Sepertinya Aini jauh lebih Penting sekarang."Sepertinya aku harus permisi dulu, kami sudah lam

  • Pembalasan Istri Kumal   Kenyataan pahit

    Sri tersenyum menyetujui, dirinya memang harus mengatakan banyak hal pada Jani sekarang."Saya janji tidak akan memaksa, bila nona Lusia berkenan saya pergi, saya akan pergi." Ucap Sri jujur, dia tak ingin mengusik Lusia yang sedang sakit namun jika wanita itu meminta penjelasan, Sri tentu saja lebih senang mendengarnya."Baiklah, hanya sebentar saja, tanyakan saja apa yang ingin kamu dengar dan setelah itu istirahatlah."Jani tersenyum dan mengganggukkan kepala. "Terimakasih sayang, terimakasih." Ucap Jani dengan wajah merona, mereka lalu masuk ke dalam kamar Leon.Leon meletakkan Jani ke atas tempat tidur, Jani bersandar pada tempat tidur nya dan Leon menyelimuti wanita itu hingga menutupi sebagian tubuhnya yang putih. Sri duduk di sisi ranjang, melihat betapa Leon memperlakukan Jani dengan istimewa, dia yakin lelaki ini memang tulus mencintai Jani."Katakan segera yang ingin anda katakan." Leon bicara dengan tegas, tak ingin Janin terusik lebih lama lagi.Jani menyentuh lengan keka

  • Pembalasan Istri Kumal   Amarah

    "Wanita ini menyebutku Lusia, Leon." Ucap Jani pada Leon membuat Leon juga merasa tak tenang."Dia menyebut Lusia, Leon! Dia tau Lusia!!" Jani terdengar panik, memeluk Leon dalam ketakutan.Leon mendekap mendekap erat Jani, menatap menatap marah pada apa yanh baru saja Aini lakukan, dia tak mengenal Aini, namunn beraninya wanita otu bahkan menyakiti orang yang sangat dia lindungi."Bawa dia pergi!" Ucap Leon kesal, dia ingin membuat. perhitungan pada Aini, namun menenangkan Jani jauh lebih penting sekarang.Leon melihat Aini di bawa paksa pergi, sementara Jani yang ketakutan merosot terduduk di lantai pelataran, dia terus menatap Aini yang menjauh, tak dapat lagi berpikir biaik, Jani berharap semua yang di lalukan bisa membuat nya mengingat sesuatu."Kamu baik-baik saja sayangku?" Leon tertunduk, mendekap Jani penuh penyesalan."Harusnya aku tak meninggalkan mu sendirian. sayang." Ucapnya merutuki kebodohan nya sendiri.Jani menangis kencang, tangisan yang entah kenapa tiba-tiba saja

  • Pembalasan Istri Kumal   Ingatan itu kembali.

    "Jauhkan tanganmu, siapa kamu!" Jani berteriak histeris, tatapannya melihat ke arah dalam minimarket"Kenapa kamu cantik? Aku benci saat kamu cantik!'" Ucap Aini kesal, tangannya terus mencoba menyentuh wajah Jani."Kemari kami sialan!" Aini meremas kuat kerah baju Jani, membuat ia gemetar karena histeris."Tidak!.... tidak!" Ucapnya kencang dan sebuah ingatan masa lalu kembali muncul....Jani melihat wanita berparas mirip dirinya berlari letakutan dengan perut membesar, entah apa yang sudah di lalui hingga gaun putih yang di kenakan berlumur darah dan tanah, dinginya malam bukanlah musuh terbesarnya, dia lebih takut jika bayi dalam dekapan itu lepas dari pelukan. "Jangan mencoba lari Lusia!" Teriakan itu begitu nyaringo dan lantang terdengar.Lusia gemetar dalam tangis, berjongkok pada rimbunya dedaunan kecil dan ilalang, berharap diri nya tak di temukan."Lusia!" Teriakan itu kembali terdengar, tubuh kecil Lusia semakin gemetar."Sabarlah sayang, mama akan membawamu pulang, kita ak

  • Pembalasan Istri Kumal   pertemuan tak terduga

    "Aku ingin tau apa yang terjadi Leon, aku mohon katakan sesuatu." Ucapnya meminta, segala hal yang menimpanya begitu menyiksa dan membuat dirinya bertanya."Perlahan saja sayang, kita akan bicara nanti." Ucap Leon lalu membawa Jani masuk ke dalam mobil mereka.Meninggalkan rumah kosong yang serasa tak asing bagi jani, rumah yang sepertinya sangat dia kenal namun tak bisa di ingat lebih baik.Mobil Leon membelah malam sunyi, melewati hutan yang lebat dengan hanya satu, ldua penerangan minim, mereka hanya berdua saat datang dan pergi, menyisakan kesunyian nyata setiap kali tak ada suara di antara mereka."Kenapa diam?" Tanya Leon, ia masih Melihat Jani terdiam Menatap ke luar jendela."Rasanya aku pernah ada di sini." Ucapnya sembari melihat ke arah rumah kosong di sisi jalan.Leon berhenti mendadak, menatap ke arah rumah kosong di sisinkanan mereka, rumah tangga memang sejak lama tak di tempati, namun kenapa Jani merasa pernah ada di sana?"Kamu yakin pernah ada di sana?"Jani mengangg

  • Pembalasan Istri Kumal   Aini

    Aini menjerit di depan toko, dia takut sebab Fandi sudah meninggalkan dirinya sendiri di tempat asing, pegawai toko juga ketakutan sekarang, Aini bisa saja melukai orang karena tertekan. "Wanita murahan!" Tiba-tibsa saja kalimat itu keluar dari bibir Aini, dia teringat pernah menyebut nama itu begitu sering dulu.Aini terduduk di trotoar jalan, uang yang di genggamnya ia lepas begitu saja, ia menatap nanar ke jalan yang sepi, seakan dirinya bisa saja tenggelam dalam gelap.Aini mengingat betul dia pernah hidup mewah, namun entah kenapa sekarang semua hanya bergantung pada saat orang memberinya perhatian dan cinta. "Kenapa kamu pergi mas!" Aini menangis lagi, kali ini bayang wajah Arka suaminya tergambar jelas, lelaki itu bahkan telah damai sekarang.Aini begitu mengingat bagaimana Arka yang tak pernah berbuat jahat padanya dulu, masih menjadi lelaki yang menempati hatinya selain Satria. Dia bahkan rela menyingkirkan semua rintangan yang ada hanya untuk menempati ruang yang tak lagi

  • Pembalasan Istri Kumal   pelarian dari wanita masalalu

    Sementara Fandi dengan perasaan tak menentu memutuskan pulang ke Solo, dia tak ingin mendapat masalah dengan bertemu lelaki seperti tuan Cien. Bergegas dia berjalan ke kamar dan melihat Kila tertidur dengan baju terbuka."Ada apa Sayang?" Kila bertanya dengan cemas, melihat Fandi membuka lemari baju dan mengemasi barangnya."Ayo pulang sekarang." Ucapnya kesal terus di tanya namun Kila masih tak memahami situasi yang ada."Kenapa mendadak pulang?""Ya karena kita memang harus pulang Kila!" Ucap Fandi kesal. "Bantu aku berbenah dan jangan banyak tanya!" Ucapnya lagi lalu melanjutkan lagi menata pakaiannya.Dengan kesal Kila medekat, menarik kopernya juga ke depan lemari dan ikut memasukkan barang-barangnya."Padahal kita baru berapa hari di sini!" Ucapnya ketus."Kalau kau mau di sini terus, silahlan! aku mau pulang!" Ucap Fandi lagi dengan nada tinggi, dia benci sekali saat Kila merajuk tanpa alasan.Fandi menatap Kila dengan wajah tak suka."Harus nya kau malu bilang begitu, aku suda

  • Pembalasan Istri Kumal    Kenangan yang tersibak

    "Kau tau tempat ini?" Leon bertanya dengan alis terangkat.Jani menggelengkan kepalanya, meski merasa tak asing namun dirinya tak dapat mengenali lingkungan tempatnya barada sekarang."Aku tak tau, ada sesuatu di sini?" Jani berusaha mengingat, namun tak dapat menemukan serpihan cerita dari tempatnya berada sekarang."Ayo kita masuk, mungkin kamu akan menemukan jawabannya. " Ucap Leon membuka pintu mobil nya dan segera berjalan ke sisi yang lain."Ayo keluar." Ucap Leon lagi, menarik jemari kecil Jani keluar dari dalam mobil mereka."Aku tak mengerti." Jani masih mematung di tempat, takut bila Leon berbuat sesuatu yang mungkin membuat dirinya merasa kecewa."Kau hanya perlu mengikuti kata hatimu, tak ada yang perlu di mengerti Jani, aku tak akan pernah membuatmu merasa terluka, percayalah!" Ucap Leon meyakinkan wanita di hadapannya itu.Mata Jani keluar menelisik ke sekitar tempatnya berdiri, sebuah pelataran kecil dengan pohon mangga besar di dekat pagar rumah itu, membuat hati kecil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status