"Mesya pergi bersama pengasuhnya? Tapi siapa pengasuh Mesya?" Satria terus bertanya sendiri, lalu memutuskan meninggalkan rumah Aini, dirinya tiba-tiba ingin mampir sebentar ke rumahnya yangasoj berada di dalam satu kompleks dengan rumah Aini, Lama Satria tak datang ke rumah yang sudah kosong dan tak sempat lagi dia tenggok."Mungkin sebaiknya aku melihat ke rumah sebentar." Ucapnya dalam hati.Mobilnya lalu memutar, melewati taman dalam area perumahan yang selalu ramai dengan orang sekitar kompleks. Mata Satria tiba-tiba saja tertuju pada seorang gadis dengan rambut ikalnya berlari di tengah taman."Mesya!" Satria meyakini gadis kecil itu Mesya, di belakangnya ada seorang wanita muda mengikuti setiap langkah anak itu.Satria memutuskan mencari tempat parkir dan turun untuk menyapa keponakan nya itu. "Mesya!" Panggilnya dari jauh dan gadis itu tersenyum mengenali dirinya."Papa!" Teriaknya seperti biasa, panggilan yang selalu di dengar Satria setiap kali bertemu gadis kecil itu.Sat
Di malam sunyi yang dingin, angin berhembus membawa ancaman akan hilangnya nyawa dari raga. sebuah mobil berhenti di tepi tebing curam, suara ombak menghantam karang seakan memberi peringatan akan ancaman dan bahaya yang dia bisa berikan. Pintu mobil itu terbuka lebar dan keluarlah dua lelaki berjas hitam membawa paksa dua lelaki dengan kepala tertutup kain, mereka menyeretnya ke tepian tebing.Lelaki itu di paksa jongkok dengan tangan terikat dan sebentar kemudian penutup wajahnya di buka. Yuan menatap sayu tempat dirinya di bawa, setelah banyak penyiksaan dia dapat, Akhirnya dirinya terbang kembali ke negara asalnya.Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di sana, Tuan Lee turun bersama Zui yang juga berpakaian serba hitam dengan sarung tangan karet menutupi telapak tangan mereka semua."Jangan bunuh saya tuan Lee!" Ucap seorang lelaki di samping Yuan dengan memelas saat menyadari tebing ini adalah tempat di mana pengkhianat dalam kelompoknya mendapatkan hukuman terakhir."Sayangnya s
Menuju kota besar di jawa timur, Fandi duduk dengan gayanya di mobil, Sementara Kila terus berdandan di setiap pemberhentian. Hingga mereka tiba di sebuah hotel megah di tengah kota Surabaya, Kila bahkan berjingkrak senang saat melihat betapa mewahnya kamar tidur merek, wanita itu seperti baru saja keluar dari goa."Kau suka?" Fandi memeluk nya dari belakang dan Kila berbalik mencium bibir Fandi dengan hangat."Aku suka, sangat suka." Ucapnya lembut, memang begitulah wanita bila di berikan kemewahan, dia akan tunduk dan jadi penurut."Jika begitu nikmatilah sayang, aku harus bekerja sekarang, ada tugas yang harus aku selesaikan sekarang." Ucap Fandi sembari melepaskan pelukan wanitanya."Apa aku harus di sini sendirian?" Ucap Kila memajukan bibirnya dengan manja."Kau mau kemana? pergi jalan-jalan?""Ya, aku ingin ke mall di Sekitar sini, aku tak membawa banyak baju, jadi bisa kan aku sedikit berbelanja.""Baiklah, tunggu sebentar." Ucap Fandi lalu memberikan kartu keemasan milik Yuan
Menuju kota besar di jawa timur, Fandi duduk dengan gayanya di mobil, Sementara Kila terus berdandan di setiap pemberhentian. Hingga mereka tiba di sebuah hotel megah di tengah kota Surabaya, Kila bahkan berjingkrak senang saat melihat betapa mewahnya kamar tidur merek, wanita itu seperti baru saja keluar dari goa."Kau suka?" Fandi memeluk nya dari belakang dan Kila berbalik mencium bibir Fandi dengan hangat."Aku suka, sangat suka." Ucapnya lembut, memang begitulah wanita bila di berikan kemewahan, dia akan tunduk dan jadi penurut."Jika begitu nikmatilah sayang, aku harus bekerja sekarang, ada tugas yang harus aku selesaikan sekarang." Ucap Fandi sembari melepaskan pelukan wanitanya."Apa aku harus di sini sendirian?" Ucap Kila memajukan bibirnya dengan manja.y"Kau mau kemana? pergi jalan-jalan?""Ya, aku ingin ke mall di Sekitar sini, aku tak membawa banyak baju, jadi bisa kan aku sedikit berbelanja.""Baiklah, tunggu sebentar." Ucap Fandi lalu memberikan kartu keemasan milik Yu
Senyum Kila menghilang saat Zui menantangnya dengan kalimat tak enak, dirinya yang sudah merasa kaya dan mapan, tak ingin terhina walau hanya sedikit saja."Minta maaf padaku!" Ucap Kila meninggikan wajahnya.Zui tersenyum kecut melihat betapa besarnya nyali wanita di hadapannya ini."Untuk apa aku meminta maaf? Apa yang membuatmu rugi?""Untuk sikapmu padaku, aku di sini pembeli sama sepertimu, jadi sikapmu membuatku rugi!"Zui menatap rendah wanita di hadapannya itu, melihat barang-barang yang sederhana melekat di tubuhnya bahkan tak ada satupun belanjaan di tangan."pembeli? barang apa yang kamu beli?" Zui bertanya dengan nada mengejek, membuat Kila salah tingkah karenanya."Aku, aku sedang memilih, jadi em jadi ya belum dapat barangku!" Kila menjawab dengan kesal.Zui menatapnya dengan remeh. "Bilang saja kamu tak mampu membeli barang di sini!" Ucap Zui meremehkan Kila lagi dan lagi."Kurang ajar sekali ucapanmu, menyebalkan!"Kila yang merasa tak terima langsung saja menjauh dan
Senyum Kila menghilang saat Zui menantangnya dengan kalimat tak enak, dirinya yang sudah merasa kaya dan mapan, tak ingin terhina walau hanya sedikit saja."Minta maaf padaku!" Ucap Kila meninggikan wajahnya.Zui tersenyum kecut melihat betapa besarnya nyali wanita di hadapannya ini."Untuk apa aku meminta maaf? Apa yang membuatmu rugi?""Untuk sikapmu padaku, aku di sini pembeli sama sepertimu, jadi sikapmu membuatku rugi!"Zui menatap rendah wanita di hadapannya itu, melihat barang-barang yang sederhana melekat di tubuhnya bahkan tak ada satupun belanjaan di tangan."pembeli? barang apa yang kamu beli?" Zui bertanya dengan nada mengejek, membuat Kila salah tingkah karenanya."Aku, aku sedang memilih, jadi em jadi ya belum dapat barangku!" Kila menjawab dengan kesal.Zui menatapnya dengan remeh. "Bilang saja kamu tak mampu membeli barang di sini!" Ucap Zui meremehkan Kila lagi dan lagi."Kurang ajar sekali ucapanmu, menyebalkan!"Kila yang merasa tak terima langsung saja menjauh dan
Pagi ini Raya kekebun lebih petang, setelah memasak sarapan untuk Mitia, wanita itu bergegas mengambil sayuran pesanan tetangganya kemarin sore. Dari jauh Raya melihat Mutia duduk di teras belakang sendiri, Raya masih sibuk di kebun saat gadis itu bangun dan duduk melihat hamparan sayuran di kebun miliknya, bahkan wajahnya nampak berseri, sepertinya tidur Mutia semalam lebih baik dari malam-malam sebelumnya.Setelah di rasa apa yang dia cari cukup, Raya berjalan kembali ke rumahnya."Ada nasi goreng di meja belakang, Mutia mau makan sekarang atau nanti?" Raya bertanya, dia berdiri di sisi gadis kecil itu setelah mengambil beberapa batang sawi untuk di tumis siang ini."Nanti saja tante, Mutia belum terlalu lapar, tante bawa apa itu?" Mutia bertanya, apa isi keranjang di tangan Raya."Sawi, hari ini kita akan masak sawi saja." Ucap Raya lalu duduk di sebelah Mutia, dia tau gadis kecil itu ingin bicara sesuatu."Ada apa? katakan saja apa yang ingin Mutia katakan pada tante." Raya langsu
Sementara Sri dan Satria sedang bersiap menemui Mutia, mereka menitipkan Lala pada Arman dan segera menempuh perjalanan cukup panjang untuk menemui Mutia."Apa semua baik?" Satria bertanya pada Sri setelah mereka diam cukup lama di jalan."Ya semua baik, aku hanya terus berpikir apakah nanti Mutia akan sedih bila kita masih harus meninggalkan nya di sana.""Aku kira dia akan mengerti." Ucap Satria tenang, menggenggam tangan Sri dan terus melihta ke depan.Hingga mobil mereka memasuki pelataran rumah Raya, Satria menghela napas kecil sebelum turun dan membuka pintu untuk Sri.Sebum mereka masuk, Raya bahkan sudah keluar menyambut dua sahabat nya dengan senyum ramah."Bagaimana perjalanan kalian?" Tanya Raya memeluk pasangan suami istri itu bergantian."Baik, aku baik sayang, bagaimana denganmu?" Sri berbalik bertanya, mengusap lembut punggung sahabat kecilnya itu."Aku baik, Mutia juga baik-baik saja."Satria tersenyum melihat kembali wajah ramah sahabat kecilnya itu."Terimakasih suda