Share

Bab 2 ( Abian )

Author: Tri Afifah
last update Last Updated: 2023-03-29 14:13:14

Setelah kepergian orang tua Mas Akbar, aku memutuskan untuk kembali melakukan aktivitasku yang tadi sempat terhenti.

Pekerjaan yang aku lakukan baru selesai saat jarum jam bergerak ke angka sembilan tepat. Bersamaan itu juga, aku yang hendak menaiki tangga rumah menuju kamar, melihat pintu rumah yang terbuka. Ya, siapa lagi kalau bukan Mas Akbar. Karena hanya dialah yang memiliki kunci cadangan rumah ini.

Aku bergegas menaiki anak tangga, malas jika harus berdebat tentang apa dan kenapa dirinya tak pulang Semalam.

"Sayang…apakah kau di dalam kamar mandi?"

Aku tidak menjawab panggilan Mas Akbar. Lebih baik bergegas untuk membersihkan diriku dari pada harus menjawab pertanyaan Mas Akbar.

***

"Apa kau marah karena semalam aku tidak pulang, sayang?" Mas Akbar terlihat terduduk di pinggiran kasur sembari memandangi wajahku.

"Tidak Mas, aku juga minta maaf karena semalam ketiduran. Jadi, aku tidak sadar semalam kau tidak pulang. Pagi ini, aku juga bangun kesiangan jadi berfikir bahwa Mas Akbar sudah berangkat ke kantor."

Kedua sudut bibir Mas Akbar terlihat tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman.

"Alhamdulillah, kalau dirimu tidak berpikiran macam-macam, sayang. Kemarilah…"

Aku melangkahkan kakiku menuju ke tempat dimana Mas Akbar duduk.

"Aku ada urusan mendadak soal pekerjaan. Karena Bosku sedang ada kencan buta, itulah sebabnya aku yang menggantikan beliau bekerja. Maafkan aku yang tidak memberikan dirimu kabar."

Aku hanya mengulas senyum sebisaku. Menahan rasa sesak di dada yang terasa semakin menggerogoti rasa sabar dalam jiwa.

"Sudah makan, Mas?"

"Belum. Sudah masak?" Mas Akbar mengelus lembut rambutku.

"Sudah, tapi aku ingin kita makan di luar Mas. Semalam, di grup Keluarga ada yang menanyakan keberadaan kita. Ada yang mengatakan bahwa hubungan kita sudah tidak seharmonis dulu. Menyebalkan, sekali Mas!"

Mas Akbar tampak gelisah.

"Kenapa tidak keluar saja dari grup mereka, sayang?"

Keningku berkerut mendengar Pernyataan Mas Akbar. dulu, aku sempat menolak untuk tidak masuk ke dalam grup tersebut. Tapi, Mas Akbarlah yang bersikeras agar aku bisa lebih dekat dengan keluarganya. Tapi, lihatlah sekarang. Mas Akbar memberikan ide agar aku keluar dari grup tersebut.

"Sudahlah Mas, tidak perlu dibahas. Aku akan bersiap-siap, kita berangkat satu jam lagi."

***

Aku dan Mas Akbar memilih untuk pergi ke Balikpapan super Blok, sebuah Mall terbesar di salah satu kota Balikpapan. Setelah Mas Akbar memarkirkan mobilnya di halaman parkiran yang terdapat di lantai paling bawah, aku dan Mas Akbar masuk melalui pintu yang sama di parkiran.

Kami disambut oleh berbagai macam permainan anak-anak.

"Mau makan di mana, sayang?"

Aku berpikir sejenak sembari memperhatikan para pengunjung Mall.

"Solaria?"

Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang tertutup oleh Hijab.

"Sudah lama, ya sayang?"

Aku mengangguk mengiyakan.

'kita sudah lama tidak jalan berdua seperti ini mas. karena kau lebih mementingkan wanita lain ketimbang istrimu sendiri.' Batinku.

Bagaimana bisa Mas Akbar begitu santai? Sepertinya tawaran yang diberikan oleh mertuaku pagi ini harus aku terima. Aku butuh bantuan agar semua rencana yang ada di kepalaku terlaksana dengan baik.

Saat Aku dan Mas Akbar akan memasuki Lift yang akan mempermudah jalan kami menuju ke lantai tiga, seorang wanita cantik dengan memakai rok sebatas lutut, ikut masuk ke dalam. Sebenarnya aku tidak terlalu suka naik lift, lebih tepatnya aku lebih menyukai menaiki Eskalator.

Saat tangan Mas Akbar akan menekan nomor di lantai tiga, wanita bertubuh seksi itu juga menekan tombol tersebut. Aku dapat melihat dengan jelas jari keduanya bersentuhan.

Anehnya, wanita itu sama sekali tidak terkejut. Justru, Ia mengangguk dan tersenyum pada Mas Akbar. Padahal, jika aku yang berada di posisinya, aku pastikan diriku akan sedikit terkejut dan menarik tanganku menjauh. Namun,wanita itu terkesan tidak Masalah dengan sentuhannya dengan Mas Akbar.

Aku sengaja menarik tubuh Mas Akbar agar mensejajarkan dirinya denganku. entah mengapa, aku tidak suka dengan gelagat wanita itu.

Setelah Lift berhenti, kami keluar dari lift dan berjalan menuju ke restoran yang akan kami tuju.

Aku melihat dari ekor mataku, saat ini wanita itu juga tengah berjalan di belakang tubuhku dan Mas Akbar. Menyebalkan sekali. Seperti penguntit saja.

***

Seorang pria dengan postur tubuh tinggi, serta memiliki wajah yang tampak angkuh, terlihat sedang duduk santai di teras rumahnya. Ia sedang menikmati hari liburnya.

"Maaf, Tuan. Ada sedikit kabar buruk soal Nona Mawar."

Alis pria berhidung mancung tersebut naik satu, menunggu kelanjutan perkataan sang pria bernama Aslan.

"Sepertinya Suaminya selingkuh."

"Terus awasi tentang gerak-gerik Akbar. Aku tahu Mawar bukanlah wanita yang bodoh. Kita lihat apa yang nanti akan dilakukannya. Kalau memang Ia butuh bantuanku, dengan senang hati aku akan membantunya."

"Tapi, Tuan…"

"Aku paling membenci kata 'tapi'." Pria itu menatap wajah Aslan dengan pandangan mata siap untuk menghancurkan lawan bicaranya.

"Maaf, Tuan Abian . Tapi sepertinya tadi pagi Keluarganya Akbar datang menemui Nona Mawar. Sepertinya pihak Akbar sebagian sudah mengetahui perihal perselingkuhan ini."

Abian mengusap wajah kasar dengan tangannya. Apabila Mawar mendapatkan dukungan dari keluarga suaminya, akan ada hal yang bisa membuat Mawar kembali lagi pada suaminya itu.

Abian harus memikirkan cara agar Mawar mau mengikuti langkahnya agar segera menceraikan suaminya itu. Abian sudah terlalu lama menunggu untuk bisa menjadikan Mawar sebagai pendampingnya. Kalau dulu Ia harus ditolak keluarga Mawar karena harta yang dimilikinya tidak sebanyak yang dimiliki oleh Akbar, kali ini hal itu bukanlah suatu hal yang harus Dikhawatirkan.

"Dimana Sekarang Mawar?"

"Ada di solaria, BSB."

"Sendirian?"

Aslan menggeleng cepat.

"Tidak Tuan. Nona Mawar bersama dengan suaminya."

Abian membuang nafas kasar. Kekesalan tiba-tiba saja merasuk memasuki seluruh persendian ototnya, membuat tubuhnya terasa panas mendengar Aslan berkata Mawar bersama dengan Suami. Ya, Suami Mawar, pujaan hatinya.

Yang ada di kepalanya saat ini adalah bagaimana caranya agar Ia bisa masuk kembali kedalam kehidupan Mawar tanpa dicurigai oleh wanita itu.

Mawar adalah wanita yang pintar, pasti Ia bisa membaca suasana yang sedang terjadi disekitarnya. Abian tidak menginginkan sebuah kata penolakan. Tapi, Ia juga tetap harus berhati-hati dengan keluarga Akbar.

Yang Abian ketahui adalah, keluarga Akbar merupakan salah satu pemilik stasiun televisi lokal. Sedangkan Akbar memilih untuk menjadi seorang pria yang bekerja di perusahaan orang lain. Aneh bukan?

Ini adalah salah satu dari sekian banyak kejanggalan dalam diri suami Mawar. Pria itu tidak tertarik sedikitpun pada hal yang dimiliki oleh keluarganya.

'kita lihat saja, sampai mana Akbar bisa bertahan dengan dua wanita di sisinya. aku bersumpah akan memberikan pelajaran pada pria brengsek yang telah mengkhianati Mawar.' Batin Abian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Talis Saikmat
... Kren..alur certrax ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 177 ( Sebuah Akhir)

    Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 176 ( Ditangkapnya Sandoro)

    Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 175 ( Rahasia dibalik Rahasia)

    Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 174 ( Lebih Baik Dicintai daripada Mencintai)

    "Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 173 ( Tuduhan Yang Sama)

    "Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 172 ( Luka Lama Bersemi kembali)

    Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status