Alex tidak tinggal diam, ia menyentuh sudut bibirnya yang berdarah, lalu maju membalas serangan Rudy. Kedua pria bertubuh tinggi itu bergulat di lantai, saling membalas pukulan sampai kelelahan.Seorang office boy yang masuk ke ruangan Alex untuk mengambil sampah terkejut. Ia segera berlari ke luar ruangan untuk meminta pertolongan.Tanpa memakan banyak waktu, petugas keamanan dan para karyawan masuk ke ruangan itu. Mereka terkejut melihat CEO perusahaan itu sedang terlibat perkelahian dengan calon kolega perusahaan itu.Alex dan Rudy duduk di lantai dengan nafas terengah-engah. Akibat pertengkaran itu, mereka kelelahan dan menderita beberapa luka ringan di wajah.Alex mengangkat tangannya dan memberi isyarat pada para karyawannya untuk mundur. Ia juga meminta semua karyawan itu keluar dari ruangan rapat itu. Dengan ragu semua karyawan meninggalkan Alex dan Rudy."Alex, apa yang kamu pikirkan tentang kakakku itu gak benar. Intan bukan wanita seperti itu," kata Rudy."Terserah kamu saj
"Bukan itu maksudku, Mbak. Aku melihat Mbak dan Darren bersedih setelah Alex memutuskan hubungan. Aku hanya berusaha memberi penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahu Alex sangat kecewa mengetahui bahwa Mbak berbohong. Aku hanya memberi tahu dia, apa alasan Mbak melakukannya," jawab Rudy sambil meraba wajahnya yang perih.Intan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Tapi bukan seperti itu caranya, Rud. Aku gak mau terlihat rapuh di depan siapapun. Kamu pasti tahu itu, kan? Aku sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini. Aku pasti bisa melewatinya, karena Intan yang sekarang bukanlah Intan yang dulu.""Maaf, Mbak." Lirih Rudy.Intan mengulurkan tangannya dan meraba wajah Rudy yang lebam."Sepertinya besok ak gak bisa ke kantor. Apa kata orang-orang kalau melihat wajahku seperti ini?" keluhnya."Kamu tenang saja, Rud. Jangan terlalu cemas padaku. Aku bisa menghadapi semua ini, aku yakin Darren juga anak yang tegar dan kuat. Sekarang kamu harus menyiapkan j
"Mas, tolong belikan aku makanan kesukaanku. Kamu tahu, kan? Pizza yang ada di mal tempat kita sering makan siang dulu," kata Silvy manja."Apa?! Kamu kan bisa memesan melalui aplikasi pesan antar makanan itu, aku lelah dan ingin cepat pulang ke rumah," jawab Tommy."Ayolah, Sayang, aku mau kamu yang membelinya. Aku juga mau menitip beberapa barang di supermarket.""Kamu merepotkan sekali! Minta saja asisten rumah tangga kita untuk membelinya!" Tommy mulai kesal."Pokoknya aku mau kamu yang membelinya, Mas! Kamu sudah janji akan memperhatikan aku dan menuruti semua permintaanku, bukan? Kalau aku meminta asisten rumah tangga membelinya, pasti akan semakin lama, Mas. Jalan ke arah mal itu macet jam seperti saat ini. Sedangkan kamu lebih mudah menuju ke mal itu, searah dengan jalan pulang kemari," celoteh Silvy.Tommy hanya bisa mendengus kesal mendengar permintaan istrinya. Ia tadinya ingin cepat pulang dan beristirahat, tetapi ternyata harus tertunda karena permintaan istrinya.'Dasar
"Besok malam ada undangan dari perusahaan Tommy untuk semua koleganya di kota ini. Kakek Nugraha akan datang dalam acara itu," kata Rudy pagi itu."Benarkah? Kakek akan datang dalam acara itu? Aku sangat merindukannya," gumam Intan."Mbak mau datang?""Iya, Rud. Aku ingin bertemu dengan kakek," jawab Intan."Mbak, tahan dirimu! Jangan sampai Mbak terbawa perasaan dan membahayakan rahasia kita lagi. Cukup Alex yang mengetahui rahasia kita. Aku bahkan gak yakin kalau Alex akan bisa menjaga rahasia kita selamanya." Rudy berusaha memperingatkan Intan."Mbak bisa hati-hati dan menjaga jarak dengan kakek, Rud. Mbak cuma mau melihat kakek. Dulu saat Mbak pergi dari rumah Tommy, kakek dalam kondisi sakit parah. Mbak bahkan gak yakin bisa kembali bertemu dengannya. Mbak janji, gak ada orang lain lagi yang akan tahu identitasku ini," kata Intan."Tapi di sana ada Alex dan Tommy, Mbak. Istri Tommy juga pasti akan datang. Menurutku ini terlalu berbahaya untuk kita. Aku saja yang datang untuk mewa
Rudy spontan menatap Intan, ada kepanikan di matanya karena ternyata Kakek Nugraha bisa menduga kalau Caroline sebenarnya adalah Intan. Caroline melihat ke sekelilingnya, beberapa orang yang berdiri di dekat mereka jelas melihat dan mendengar pembicaraan mereka. "Bukan, Kakek salah mengenali orang. Aku Caroline, bukan Intan." Intan mencoba tetap tenang menyembunyikan identitasnya."Itu tidak mungkin, aku jelas mengenal sorot mata dan sentuhan tangan Intan," jawab Kakek Nugraha.Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya. Rudy mulai menatap kakaknya dengan panik. Beruntungnya saat itu Tommy tidak berada di dekat mereka dan mendengar semuanya."Kakek mungkin terlalu lelah. Kita istirahat dulu, ya," bisik asisten pribadi kakek."Aku tidak lelah," tolak kakek.Carlo yang melihat situasi menjadi tidak nyaman akhirnya maju mendekati kakeknya."Kek, sebaiknya Kakek istirahat dulu. Percayakan sisa acaranya padaku dan Tommy. Ingat pesan dokter kalau Kakek tidak boleh terlalu lelah," b
"Sudah sadar?" Pertanyaan Rudy membuat Intan mengerjapkan matanya berulang kali. Ia meraba kepalanya yang terasa berat dan pusing."Aku dimana?" tanya Intan dengan parau."Di hotel. Mbak mabuk berat semalam, jadi aku memutuskan untuk membawa Mbak kemari. Aku gak mungkin membawa Mbak pulang dalam keadaan mabuk seperti itu. Ibu dan bapak pasti bingung, apalagi Darren," jawab Rudy sambil meletakkan ponselnya di meja."Ah, maafkan aku. Aku benar-benar gak sadar melakukannya, Rud." Intan baru bisa mendapatkan potongan ingatan dan kesadaran terakhirnya."Kenapa Mbak minum minuman beralkohol? Kita gak pernah menyentuh minuman itu sebelumnya," kata Rudy."Maaf, pikiran Mbak sangat kacau dan kalut. Mbak gak sengaja melakukannya. Entah apa yang ada di pikiranku semalam," jawab Intan."Mbak hampir saja membahayakan kita semua. Apa saja yang Mbak ucapkan saat mabuk? Bagaimana kalau Mbak mengatakan semua rahasia kita?" Intan menundukkan kepalanya, kali ini ia benar-benar merasa bersalah karena k
"Pak, ada beberapa pengaduan tentang produk kita dari masyarakat. Yang terbesar adalah adanya laporan mengenai keracunan massal di sebuah acara. Menurut informasi viral yang beredar di media sosial, orang-orang itu baru saja mengonsumsi produk perusahaan kita," kata sekretaris Tommy."Apa? Itu gak mungkin terjadi! Produk itu sudah diproduksi dan dijual selama bertahun-tahun, juga sudah ada ijin pemasaran dari instansi berwenang. Selama ini juga gak ada keluhan dari masyarakat atau pihak lain, kan?" tanya Tommy.Belum sempat mendapatkan jawaban dari sang sekretaris, Tommy terkejut dengan kedatangan seseorang yang masuk ke ruangannya secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu."Ada sesuatu yang gawat!" seru Carlo."Aku sudah tahu masalahnya, Carlo. Kita harus mengusut dan menyelidiki masalah ini. Aku rasa ada yang sengaja membuat citra perusahaan kita ini menjadi buruk," kata Tommy."Benar, dan yang lebih penting, kita harus mencegah agar berita ini gak sampai ke telinga kakek. Aku gak bisa
Sementara Pak Cahyadi menemui para wartawan dan perwakilan keluarga yang datang, Carlo dan Tommy hanya bisa terdiam di dalam ruangan kantor pabrik itu. Mereka terus berpikir dan berusaha mencari solusi dari masalah itu. Tiba-tiba ponsel Carlo berbunyi. Carlo segera menjawab panggilan telepon itu. Ternyata salah seorang anak buah Carlo menelepon untuk melaporkan hasil penyelidikan kasus itu."Halo, bagaimana hasil penyelidikan kalian?" tanya Carlo."Pak, kami menemukan sesuatu yang aneh dari kasus ini," jawab anak buah Carlo."Kalau begitu sekarang juga kalian ke pabrik! Saya dan Tommy menunggu di sini. Jangan terlalu menarik perhatian, karena di luar pabrik masih banyak orang dan wartawan. Mengerti?"Tanpa membuang waktu, anak buah Carlo datang ke pabrik untuk menyampaikan hasil penyelidikannya. Manajer sengaja mengarahkan anak buah Carlo itu melalui pintu bagian belakang pabrik."Bagaimana hasilnya? Apa yang kamu temukan?" tanya Tommy penasaran."Kami sudah menyelidiki panitia acara