"Selamat pagi, Dek! Gimana kabarmu?" Sapaan yang sudah sejak lama, tidak Aira dengar, kini terdengar lagi, dan menghancurkan mood Aira yang sedang bagus sejak bangun tadi. Ia terperangah menatap sosok yang begitu Ia benci sampai-sampai, rasanya haram baginya hanya untuk sekedar menjawab sapaan itu.Aira hanya terdiam dan menatap tajam pria berparas tampan, tinggi tegap dengan senyuman yang menjadi candu bagi Aira kala itu. Namun, saat ini senyuman itu bagaikan sampah yang sudah Ia bersihkan dari hidupnya dan tidak ingin memungutnya kembali.Seketika, bayangan masa lalu saat Ivan mengabaikannya hingga kepergian kedua anaknya kini merajai pikirannya. Tanpa ekspresi, hanya wajah datar yang Aira tunjukkan. Gejolak amarah, benci, kesedihan dan kekecewaan membaur menjadi satu didalam pikirannya, membuat Aira hanya mampu menatapnya datar.Ya, Dia adalah Ivan Putra Pradana, mantan suaminya yang telah berkhianat dan menghancurkan hidupnya. Kini Ia kembali hanya membawa luka yang telah dengan
Ivan tersentak kaget, "Tantri, Ibu kenapa?" panik Ivan. "Aku gak tahu kak, tadi pas masuk kamar, ibu udah jatuh dilantai, entah kenapa kak, aku takut!" ucap Tantri dengan suara bergetar karena ketakutan."Ya udah, jangan panik, tenang! Kamu bisa gak bawa ibu kesini? ke rumah sakit Hermina, kakak tunggu!" "Gak bisa kak, gimana cara ngangkatnya. Aku tunggu kakak yah, cepetan kesini, aku takut!" suara Tantri terdengar bergetar dan sesegukan."Ya udah, tunggu kakak." Ivan segera memutuskan panggilan teleponnya dan bergegas menuju parkiran mobil. Dijalan, handphonenya berdering, tanpa melihat siapa yang menelepon Ivan langsung menjawab. "Tunggu kakak dek, kakak lagi dijalan ke rumah ini. Jangan biarkan ibu sendirian, temani terus ibu!""Mas, kamu dimana? Kenapa gak pulang semalaman? Terus ibu siapa?" tanya suara dari seberang sana, yang ternyata adalah tunangannya, Selena."Ohh, kamu Sel! Ibu lagi jatuh pingsan, barusan Tantri telepon, ini Mas lagi buru-buru, nanti kita ngobrol lagi ya
"Ke-kenapa ... kamu bisa ada disini?" panik Selena."Bukan urusanmu! sebaiknya kamu berbaring sekarang dan nikmati hadiah yang akan aku berikan untukmu!" Ucap pria itu dengan nada dingin.Selena semakin gelisah, namun saat dia ingin berjalan keluar kamar, tiba-tiba,"Aghhhh ...," lirih Selena yang kemudian terduduk di atas ranjang karena rasa pusing yang saat ini tengah Ia rasakan.Sekujur tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya lagi. Airmatanya mulai menetes, "Apa yang kau berikan padaku Vin?""Ssssttt ... Diam dan nikmatin!" bisik Pria bernama Vincent itu, Selena bergidik ngeri dibuatnya."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Selena lagi."Balas Dendam!" Jawaban singkat Vincent itu saja sudah dapat menjelaskan semuanya. Sebab Selena tahu, kesalahan apa yang sudah dibuatnya hingga Vincent mantan kekasihnya itu begitu membencinya.Tatapan Vincent, sorot mata tajam yang penuh kebencian begitu nampak di kedua manik berwarna cokelat itu, sehingga membuat Selena ketakutan."Ayahmu, ingin kau m
Dia adalah RK. Entah mengapa, melihat Selena diperlakukan demikian, ada kesenangan tersendiri yang Ia rasakan. Bukan tentang Pembalasan Aira, namun trauma masa lalu yang melekat erat di kedalaman hatinya, membuat dirinya begitu bersemangat melakukan semua ini.Seringaian yang terpampang jelas di wajah dinginnya, menunjukkan betapa Ia menikmati tontonannya ini.Setelah Vincent, beberapa pria yang sudah menunggu giliran pun mengambil bagian mereka. selena di buat tak berdaya. Dua jam berlalu, tanpa istirahat membuat Selena akhirnya kelelahan dan tak mampu lagi. Namun, para pria itu tidak menghentikan aktivitas mereka, mereka terus melakukannya bahkan disaat Selena sudah tak sadarkan diri.Hal ini, akhirnya berdampak buruk bagi janin yang ada di dalam perut Selena. Setelah selesai bersenang-senang. Vincent menelpon seseorang, "Halo, kami sudah selesai. Wanita ini, sepertinya mengalami pendarahan, cepat datang dan bawa dia. Aku tidak ingin dia mati disini.""Lima menit lagi anak buahh ku
Suara yang membuat Aira tercekat, tidak dapat membalas. Pikirannya serasa tertarik ke beberapa bulan yang lalu, saat Kayla Putrinya masih hidup.**"Good morning mami!""Good morning sayang! Ehh... Anak mami yang cantik sudah bangun yahh?!" ucap Aira Sembari memeluk erat buah hatinya, dan mengecup gemas pipi gembul milik putri kecilnya itu."Semalam ila mimpi!" ucap gadis kecil itu seraya menundukkan kepalanya."Ila mimpi apa dehh, coba ceritakan ke mami!" "Ila mimpi, ada ibu peri datang dan bawa ila ninggalin Mami," matanya mulai berkaca-kaca."Terus?" Aira yang penasaran, ingin mendengar mimpi seperti apa yang membuat pagi anaknya dipenuhi kesedihan."Ibu perinya bercahaya terang sekali, Dia pegang tangan ila dan, bawa ila pergi ninggalin mami sendirian. Mami nangis, gak mau pisah sama ila!" gadis kecil itu mulai terisak."Kok ila nangis? Itu cuma mimpi, ila sama mami, gak akan pernah berpisah, gak akan pernah!" "Ila takut, ila gak mau mami sedih, ila sayang sama mami!" **"Aii
Selepas itu RK masih saja memperhatikan Aira dari spion tengah, membuat Aira menjadi salah tingkah di buatnya.'Dasar perempuan, tidak dipenuhi keinginannya sedih, dipenuhi pun tetap sedih, minta di genjot apa gimana!' batin RK seraya menyunggingkan senyum manisnya yang membuat ukiran menawan dikedua pipinya terlihat jelas.Aira yang tak sengaja melihat senyuman itu menjadi takut, karena pikiran negatifnya tentang RK yang begitu mendominasi di setiap momen."Idihh Papa genit, senyum-senyum sendiri!" celoteh Brian. RK dibuat terdiam dengan wajah yang memanas karena malu perkataan anaknya di dengar oleh Aira."Pah, Papa belum bilang, Kayla ini siapa? Dan masih jauh yaa rumahnya?" Tanya Brian, saat RK mulai memasuki kompleks pemakaman."Nanti ajah, jadi orang jangan kepoan, ntar bisa pingsan!" canda RK menanggapi putra kesayangannya yang tidak henti-hentinya berbicara sejak berada didalam mobil ayahnya.Brian mencebik dan memalingkan wajah kearah luar jendela mobil, "Ehh ... Papa, ini ka
Sementara Ivan pusing memikirkan Aira, ditempat lain Selena yang shock karena kejadian pemerk*saan yang dirinya alami mulai pulih dari sakitnya. Namun sayang, dia masih belum mengingat siapa dirinya."Ehh, si teteh sudah bangun?" suara itu yang sudah beberapa hari ini akrab di telinga Selena."Sudah Bu!" jawab Selena singkat."Gimana teh, sudah bisa ingat?" tanya wanita paruh baya yang sudah beberapa hari ini Setia menjaga dan mengurus Selena. Mulai saat ditemukan, di rawat dirumah sakit hingga pulang ke rumah pagi tadi."Ingat apa yah Bu?" Selena mengernyitkan keningnya, tidak memahami arah pertanyaan wanita paruh baya tersebut."Eta saha namina, dimana bumi teh?" Mendengar pertanyaan itu, Selena semakin bingung."Maksud ibu, teteh namanya siapa, rumahnya dimana?" timpal seorang pria muda yang kebetulan lewat depan pintu kamar yang ditempati Selena.Dia adalah anak satu-satunya dari Bapak dan Ibu Subari, pasangan tua yang sudah berbaik hati menolong dan menampung Selena di rumah sed
Ivan terperangah mendengar hal itu. "Maaf, maksudnya gimana? Saya tidak paham!" tanya Ivan ingin memastikan apa yang Ia dengar."Jadi gini bang, selama ini, teteh hilang ingatan! Dan selama itu juga kami tidak pernah tahu siapa namanya dan siapa sebenarnya dirinya." Usman menjeda perkataannya.Setelah terdiam sejenak, Usman lanjut bertanya, "Abang tadi bilang, namanya siapa?" "Selena, dia tunangan saya, dan sedang mengandung, kalau sekarang kira-kira udah tiga bulan lebih." jelas Ivan."Nahh, ini yang saya mau bilang ...." Perkataannya terjeda karena sang ibu keluar dari kamar, dengan wajah sembab. Ketiga mereka, sontak menoleh dan menatap wanita paruh baya itu yang terlihat habis menangis."Ini ibu saya, Bang! nanti ibu ajah yang jelasinnya!" ujar Usman sembari memberi isyarat pada wanita tua itu, yang sudah mengambil tempat di sebelah suaminya.Bu'Subari segera menjelaskan sejak awal ditemukan hingga setengah jam yang lalu Selena di jemput oleh seseorang yang mengaku sebagai suami