Share

BAB 5

Author: FlutterShy
last update Last Updated: 2024-02-25 16:39:05

Sebuah koper besar dan satunya lagi sedikit kecil telah teronggok didepan rumah. Pemiliknya sedang berpamitan dengan tetangga sekitar.

"Bu!" Aira tidak mampu melanjutkan kata-katanya kala menatap wajah Bu'Rita. Sosok yang selama ini banyak berjasa dalam kehidupannya.

Bu'Rita dahulu memiliki anak perempuan yang jika masih hidup, ia seumuran Aira. Namun, ia harus meninggal dalam sebuah kecelakaan. Oleh sebab itu, kehadiran Aira seperti mengganti tempat yang kosong itu.

Kini mereka harus berpisah dengan alasan yang Aira sembunyikan. Aira tidak ingin, para tetangga terus mengasihani dirinya yang terus saja ditimpa kemalangan. Hingga ia berdalih, akan pergi menenangkan diri di tempat dimana ia dibesarkan, yakni panti asuhan.

"Anak ibu kuat yah, salam untuk ibu panti. Jangan lupa main kesini, ibu kangen kalau lama gak ketemu." Suara bergetar, disertai tatapan sendu kedua mata tua itu, mampu meremukkan hati Aira. Sebab ia tahu, mereka mungkin tidak akan berjumpa dalam waktu yang lama.

"Iyah Bu, semoga secepatnya kita bisa jumpa lagi yah. Makasih, ibu sudah jadi ibu Aira selama ini, Aira sayang sama ibu."ujar Aira.

Mereka saling berpelukan, menumpahkan asa. Aira kemudian merenggangkan pelukannya,"Aira pergi bu, tolong jaga kesehatan ibu! Aira akan sering-sering nelpon ibu." Tangan tergenggam penuh harap Aira tidak akan pergi, namun Aira sudah mengambil keputusan, dirinya tidak mampu berbuat apa-apa lagi.

Tanpa wanita tua itu ketahui, kepergian Aira bukanlah keinginannya, namun sebuah keterpaksaan yang begitu menyakitkan hati. Aira yang malang, berusaha berbesar hati menerima takdirnya, meskipun sakit.

Aira kembali dan menatap pilu, rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan tentang Kaylanya, rumah yang dahulu penuh cinta, namun saat ini begitu penuh dengan air mata, sejak Ivan suaminya mulai menjalin kasih dengan wanita pilihan ibunya.

Bahkan semakin diperburuk dengan kepergian kayla putrinya, yang membuatnya semakin hancur. Namun, inilah takdir hidup yang sudah dilukiskan oleh Sang pencipta, dia harus menerimanya.

**

Saat ini mereka telah sampai didepan Mension yang berdiri gagah di tanah seluas kurang lebih 100 hektar. Ada banyak pohon-pohon cemara dan mapel bertebaran di sekitar Mension mewah itu.

Di bagian belakang Mension, terdapat taman, dan hutan kecil yang sengaja dibuat untuk menambar keasrian tempat itu.

Aira terpanah menatap rumah yang akan ia tinggali selama setahun kedepan. Pagar yang tinggi menjulang membatasi seluruh wilayah Mension ini dari dunia luar. Hingga siapa saja yang datang, harus memiliki tujuan yang jelas.

Dan saat ini, tujuan Aira jelas akan menjadi tahanan di Mension mewah ini. Syukur-syukur jika ia bisa mengunjungi makam Kayla, kalau tidak, yah entahlah. Pikir Aira saat melihat bangunan bak istana megah ini.

Pintu gerbang Mension itu terbuka dan kendaraan yang mereka tumpangi segera di bawa masuk. Dan diparkirkan di tempat parkiran yang sangat luas disamping mansion itu.

"Pak, aku habis ini harus ketemu siapa?" Tanya Aira yang sedikit resah. Sebab bangunan mewah ini sunyi sepi seperti tidak ada penghuninya.

"Aku yang akan mengantarkanmu pada kepala pelayan rumah ini." Jawab sang ketua, yang bertanggung jawab penuh membawa Aira ke sini.

Merekapun memasuki rumah itu, berniat mencari kepala pelayan di sana.

Disepanjang jalan yang mereka lewati, Aira tak henti-hentinya mengagumi setiap ruangan yang ada disana. Dengan interior design yang super mewah, dan tertata begitu rapi dan bersih.

'ampun dahh, gimana repotnya bersihin ini semua, tapi pas liat bersih kek gini juga kek senang banget sih.' batin Aira sembari terus melangkah.

"Selamat pagi Bu'Retno! Ini orangnya, yang mau gantiin Ina. Tugasku dah selesai, aku langsung balik, masih ada yang harus aku kerjakan." Ucap sang ketua.

Ia kemudian mendekati Bu'Retno dan membisikkan sesuatu, yang membuat Bu'Retno segera menganggukkan kepalanya dan berbalik menatap Aira. Aira yang memperhatikan hal itu, merasa sedikit tidak nyaman, namun ia hanya terdiam dan menanti apa yang harus ia lakukan setelah ini.

Setelah meletakkan bawaannya dikamar yang sudah disediakan, Bu'Retno mengajak Aira untuk berkeliling, untuk mendapatkan pengenalan lingkungan mansion sekaligus pekerjaan apa yang akan dikerjakan Aira mulai besok.

Aira bekerja menggantikan ina, menyiram dan merawat bunga-bunga yang konon katanya sangat disukai tuan RK karena itu semua merupakan peninggalan neneknya, yang telah wafat.

"Oh ya nak, tuan memiliki seorang putra, dia berumur tiga tahun. Selain itu ayahnya, Tuan'RK bukanlah pribadi yang ramah, jadi sebisa mungkin, jangan membuat masalah!" ujar Bu'Retno sembari menatap wajah Aira. Aira hanya mengangguk, tanda paham atas rentetan informasi yang ia terima dari Bu'Retno.

"Dan satu lagi, saat tuan'RK berada di rumah, dia tidak ingin berpapasan atau bertemu dengan siapapun, jadi tolong lakukan semua tugas-tugasmu dengan cepat, terutama jika berada di area yang akan dilewati tuan'RK. Maaf, mungkin terdengar aneh, tapi ini adalah peraturan rumah ini. Kau cukup mematuhinya dan semua akan baik-baik saja. Paham, yah?" Terang Bu'Retno.

"Paham Bu!" ucap Aira mengiyakan dengan cepat apa yang disampaikan oleh Bu'Retno, padahal dalam hatinya, ia tidak mengerti dan ingin tahu, sedingin apa tuan dalam rumah ini.

Mengapa ada aturan aneh seperti ini?

***

Pagi yang cerah, namun tidak dengan hati Aira. Semalam ia tidak dapat tidur dengan nyenyak karena memikirkan Kayla putrinya. Alhasil pagi ini, ia bangun dengan mata yang sedikit membengkak karena menangis semalam.

Namun itu tidak menyurutkan semangatnya untuk memulai hari baru. Terutama, karena pekerjaan yang diberikan padanya, merupakan salah satu yang digemari olehnya, yakni merawat bunga-bungaan dan tanaman lainnya di taman.

Hal ini merupakan kesukaan putrinya Kayla semasa hidupnya, jadi mereka sering menghabiskan waktu merawat tanaman di taman samping dan depan rumah mereka. Hal ini juga yang membuat Aira begitu bersemangat untuk melakukannya di pagi hari ini.

Ia menyiram bunga dan membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan di masing-masing pot tanaman tersebut, sembari tersenyum dan berbicara selayaknya, dia sedang bersama dengan Kayla putrinya.

Tersenyum dan berbicara sendiri, dibawah sorotan matahari pagi membuatnya terlihat seperti orang gila, namun ia tidak mempedulikan hal itu.

Ia terus melakukannya, tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari lantai dua mansion megah itu.

"Donny, siapa wanita yang sedang menyiram bunga disana, kenapa aku seperti mengenalnya!" Tanya seseorang dengan suara yang berat dan dalam, khas seorang pria. Pria itu adalah RK, sang Penguasa mension mewah itu.

Donny, ikut menengok ke arah yang ditujukan majikannya ini, namun iapun tidak mengenal siapa sosok itu.

Melihat ajudan pribadinya terkesan tidak mengenal wanita itu, ia memutuskan untuk tidak bertanya lagi. 

Namun,"Aku akan mencari tahu, Tuan!" pungkas Donny.

"hmm!" Hanya deheman yang diberikan pria dengan aura dingin mendominasi ini, sambil terus menatap Aira.

Namun setelah beberapa detik kemudian, 'Houu... Jadi itu kamu yahh?' batin RK dengan smirk diwajahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 88

    Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 87

    Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 86

    Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 85

    Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 84

    "Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 83

    Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status