Share

BAB 4

Aira segera keluar dan menemui pria itu yang ternyata adalah petugas dari kantor pengadilan agama.

"Ibu Aira yahh?" tanya petugas tersebut.

"Iyah, ada apa yaah Pak?"

"Maaf bu, ini ada surat untuk ibu. Tolong di baca dan segera di tandatangani, biar saya bisa membawanya kembali."

Aira yang segera tahu apa isi dari surat itu, memutuskan tidak ingin membacanya lagi, ia segera menandatangani surat-surat itu, dan mengembalikannya.

"Terimakasih pak, ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Aira seperti tidak peduli dengan apa yang baru saja ia lakukan, yang membuat petugas itu merasa sedikit bingung dan tidak percaya.

"Tidak bu, makasih yah! Saya permisi!!" Ucap petugas itu yang seketika merasa kasihan pada Aira, namun tidak dapat melakukan apa-apa.

Sebab dia sudah mendengar dari bisik-bisik tetangga disekitar situ bahwa, Aira baru kehilangan putrinya dan yang ia lakukan saat ini, adalah mengantarkan surat cerai, yang sudah pasti akan membuat wanita itu semakin terpuruk.

"Iyah Pak, sama-sama!" ucap Aira yang segera berbalik dan masuk kedalam rumah.

Gelap malam mulai menyelimuti tempat itu, para tetangga yang beberapa hari ini menemani Aira telah kembali ke rumah mereka masing-masing.

Aira yang sejak siang berusaha tegar dan menahan rasa sakit atas perlakuan Ivan yang begitu menyiksa dirinya dengan perceraian yang harus ia terima di hari ketiga paska kepergian putrinya, kini tak sanggup lagi dibendungnya. Tubuhnya luruh ke lantai, karena tungkai kakinya tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya.

Tangannya terangkat mengusap buliran bening yang mengalir menuruni wajah pucatnya." Tega kamu Mas, apa salahku?" Aira menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak." Bahkan kau tidak mengantar anak kita ke tempat peristirahatan terakhirnya. Apa salah kami mas? Kayla pasti sangat sedih melihatmu seperti ini."

"Bahkan, kau menceraikanku dengan begitu mudahnya. Tanpa sepatah katapun kau membuangku begitu saja, Mas! mulai hari ini, kau asing bagiku, kita gak pernah saling kenal. Aku telah menguburmu bersama Kayla yang kau sia-siakan dan janin tidak berdosa yang sudah Tuhan ambil lebih dulu, sebelum aku menyadarinya." Aira memeluk lututnya erat-erat, "aku benci kamu Mas! Aku akan mencari keadilan untuk Kayla putriku. Selama ini kalian menyembunyikan sebab penderitaan anakku, aku akan mencari tahu, hal jahat apa yang sudah ibu dan adikmu lakukan padanya, hingga Kaylaku pergi dengan membawa rasa sakitnya."

Aira menumpahkan semua rasa sakit dan kecewanya dalam tangis pilu yang sudah ia tahan seharian ini.

Namun tiba-tiba ia bangkit, dan berjalan gontai menuju cermin, ia menatap dirinya yang begitu menyedihkan.

"Putrimu pergi, karena kamu seperti ini Aira, kamu lemah, kamu tidak berguna!" Sambil menyisir rambutnya yang panjang, ia terus memotivasi dirinya agar lebih kuat lagi.

Hal pertama yang harus ia lakukan adalah mencari pekerjaan, mengingat dirinya saat ini adalah seorang janda, ia tidak mungkin berharap pada Ivan lagi. Setelah itu, baru ia akan menjalankan rencana balas dendamnya.

Seketika kekuatan itu muncul. Kekuatan untuk membalas dendam kematian putrinya, dan pengkhianatan Ivan terhadap dirinya.

***

Tokk-tok-tokk--

Terdengar Ketokan yang lebih kepada gedoran di pintu rumahnya. Aira berusaha bangkit dari tempat tidurnya, tubuh yang lemah disertai beban pikiran yang menindihnya, membuatnya tertatih-tatih menuju pintu sembari melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 08.00 pagi.

'Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini?' pikir Aira.

Setelah ia membuka pintu, terlihat beberapa pria bertubuh tinggi tegap dengan tampilan bak preman pasar sedang menatapnya.

"Selamat pagi, apa ini benar rumahnya Ivan Putra Pradana?" tanya seseorang yang lebih seperti ketua.

"Ia, saya is ...." Ucapannya terjeda, kala mengingat statusnya saat ini yang bukan lagi istri Ivan."Ada apa yah pak?" Aira segera mengalihkannya dengan balik bertanya.

"Tolong lihat surat-surat ini bu!" Ucap sang ketua sembari menyodorkan dua lembar kertas ke arah Aira. "Rumah ini beserta seluruh isinya, akan kami sita." Tambahnya.

Degg...

Aira memegang kertas itu dengan tangan bergetar, jelas tertulis di sana bahwa dengan sadar Ivan selaku pemilik rumah telah menyerahkan rumah ini beserta isinya kepada pihak perusahaan sebagai ganti pinjaman dana sebesar 3 Milyar yang tidak mampu ia lunasi.

Aira tersenyum dan kemudian tertawa, ia tidak menyangka Ivan melakukan semua ini tanpa sepengetahuan dirinya.

Beberapa pria itu merasa bingung, dengan pemandangan yang sedang mereka lihat ini.

Betapa tidak, Aira terus saja tertawa."Mas, uang sebanyak itu kamu kemanakan saat Kayla sakit, Mas?" gumam Aira yang kemudian meneteskan airmata.

"Maaf Bu, tolong dibaca baik-baik, apa yang tertulis disana!" ujar pria ketua itu lagi. Aira segera mengangguk dan kembali menatap lembar-lembar kertas di tangannya.

Aira yang melanjutkan baca tertegun, menemukan tanda tangannya di setiap helai kertas itu. Belum lagi ia menetralisir rasa kagetnya, ia sudah disambut lagi dengan hal yang membuatnya tidak habis pikir dan terpukul kala membaca lembaran itu.

Bagaimana tidak, disana tertulis dengan jelas, pernyataan yang telah dibubuhi tanda tangan dirinya, bahwa ia bersedia mengabdi sebagai ART selama setahun penuh tanpa gaji.

"Apa arti semua ini pak?" Aira berusaha meraih dinding rumahnya untuk sekedar bersandar dan menenangkan pikirannya.

"Semua yang tertera disitu sudah jelas dan lengkap dengan tanda tangan ibu kan? Jadi apa yang harus aku jelaskan lagi." Ujar pria yang sejak tadi sudah menyadari, bahwa semua lembaran ini mesti dibuat tanpa sepengetahuan Aira, namun ia hanya ingin menunaikan tugasnya, sehingga tidak dapat melakukan apa-apa.

'Mas Ivan, tega kamu Mas. Kamu naru tanda tangan aku disemua lembaran ini, tanpa sepengetahuan diriku. Jahat kamu Mas!' batin Aira.

"Dek, tanda tangan kamu kok gini? Simpel amat, ini mudah ditiru orang loh dek!" Ivan tersenyum merasa gemas dengan tanda tangan Aira yang lebih mirip paraf atau tanda centang benar, yang biasanya dibubuhi guru disekolah saat memeriksa PR anak-anak murid.

"Ini gampang banget ditiru, ntar ada penipuan, mereka niru tanda tangan kamu, malah kamu yang kualat, mereka malah senang." Ujar Ivan sembari menatap surat nikah milik mereka yang baru saja mereka terima.

"Aku gak tahu, Mas. Bagusnya gimana deh, ajarin dong!" Ucap Aira sembari mencari-cari dimana ia sudah meletakkan penanya. "oh ini ketemu! Ini Mas, ajarin aku bagaimana cara ngebuat tanda tangan yang bagus, biar gak mudah ditiru orang." Pinta Aira pada pria yang baru sebulan menikahinya.

Aira tersenyum, tatkala ingatan itu harus kembali mengisi kepalanya. Bagaimana Ivan tidak dapat melakukan hal ini. Tanda tangan Aira selama ini adalah tanda tangan yang diajarkan Ivan sesuai dengan inisial nama Aira.

"Kamu yang ngajarin aku, dan sekarang kamu yang nipu aku mas!" gumam Aira yang merasakan sakit atas pengkhianatan bertubi-tubi yang Ivan berikan padanya.

"Mana janjimu dihadapan Tuhan, untuk selalu setia dan mencintai hingga maut memisahkan. Kamu pembohong Mas, Kamu hempaskan aku hanya demi harta kekayaan Selena. Kau buang aku bahkan anak-anakmu demi harta dan wanita. Aku ampuni kamu Mas, biar Tuhan yang ngebalas semua ini." Gumam Aira dengan airmata yang terus saja berlinang.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan nya, Aira segera mengusap air matanya.

"Pak, kalau boleh tahu Ivan ada dimana yah, apa hari ini dia ngantor?" Tanya Aira ingin mencari tahu keberadaan Ivan saat ini.

"Oh, Pak Ivan udah di pecat, karena perkara ini. Cuma dia, gak di proses lebih lanjut karena udah bersedia, nyerahin rumahnya plush istrinya untuk menjadi ART dirumah Tuan'RK, seminggu sebelum dipecat." Terang pria yang sejak tadi terus menjawab setiap pertanyaan Aira. Sepertinya, dia yang bertanggung jawab penuh akan hal ini.

RK adalah nama dari CEO Perusahaan tempat Ivan bekerja. Aira pun telah mengetahui, bahwa boss dari mantan suaminya itu bukanlah orang yang ramah. Pria dingin dan misterius, Serta kejam dalam memberikan sanksi pada karyawannya yang melakukan kesalahan.

Bahkan tidak ada yang benar-benar tahu, apa kepanjangan dari inisial namanya itu. Semua orang hanya mengenalnya dengan RK tanpa tahu apa kepanjangannya.

Telah beberapa kali Ivan pulang dengan cerita pilu, teman-temannya yang dipecat dengan tidak hormat karena telah melanggar aturan dan ada banyak alasan lagi. Bagi RK sang CEO, disiplin number one, mengingat perusahaan mereka bergerak dibidang jasa.

Dan inilah sanksi yang diberikan untuk Ivan. Aira yang harus menanggung semuanya.

Aira berfikir sejenak, "Aku harus tinggal dimana? Aku harus jadi ART gratis lalu gimana dapatin duit untuk nyari tempat tinggal yang baru." Gumam Aira.

Namun seperti mengetahui kegelisahan hati Aira,"Bu, ibu gak usah mikirin tempat tinggal, ibu kan kerjanya di rumah Pak RK, nanti ibu tinggalnya di sana. Yah memang tanpa di bayar sih, tapi setidaknya untuk tempat tinggal dan makan udah terjamin kok." Terang pria itu lagi, berusaha menghapus kegelisahan hati Aira, karena sejak tadi hingga saat ini dia telah memahami posisi Aira.

"Iyah pak, makasih yah! Kalau begitu, tunggu sebentar. Saya mau ambil pakian saya dan anak saya. Gak lama kok!" ucap Aira setelah mengembalikan lembar-lembar surat tadi.

"Ibu, ada anak yah?" Tanya pria itu kaget.

"Anak saya baru dimakamkan dua hari yang lalu pak! Saya cuma ingin mengambil beberapa potong bajunya untuk dibawa sebagai kenang-kenangan. Tunggu sebentar yah pak!" Aira pun berlalu dan menghilang dibalik pintu.

Betapa kagetnya pria itu, ia tidak menyangka pekerjaannya hari ini membuat hatinya terasa perih kala membayangkan betapa malang nasib yang menimpa Aira.

"Bagaimana jadinya diriku ini, jika wanita ini adalah susan putriku?!" Lirih pria berusia sekitar 40 tahunan itu, merasa prihatin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status