Share

Keputusan akhir Suci

Setelah video bukti kekejaman Bagas diperlihatkan, suasana di rumah tersebut semakin tegang. Farida dan Bagas tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang begitu nyata di depan mata mereka. Mereka terdiam, tak bisa berkata apa-apa.

Suci tetap merasa takut, tetapi dengan Tantri di sisinya, ia merasa lebih kuat. Tantri, dengan tegas, berkata kepada mereka, "Saya datang ke sini, tidak untuk menghancurkan keluarga Anda, tapi untuk melindungi Suci dari kekerasan yang telah ia alami selama ini. Kami berharap Anda bisa memahami seriusnya situasi ini."

Bagas mencoba mempertahankan dirinya, "Ini semua hanya salah paham. Suci pasti memanipulasi video ini untuk merusak reputasi saya. Saya tidak pernah melakukan kekerasan terhadap istri saya."

"Saya memiliki bukti yang kuat dan saksi yang telah melihat kekerasan ini terjadi. Saya juga akan membawa kasus ini ke pihak berwenang jika perlu. Yang kita inginkan adalah keamanan dan keadilan bagi Suci," jawab Tantri dengan tenang dan penuh wibawa.

Farida yang masih shock mencoba meredakan situasi. Ia berpikir keras tentang bagaimana cara menyelamatkan anaknya dari masalah ini. Farida tidak ingin anaknya viral karena masalah KDRT. Karena jika itu terjadi pekerjaan Bagas sebagai pegawai negeri terancam. 

"Mungkin kita bisa bicarakan masalah ini dengan tenang. Alangkah baiknya kita duduk bersama dan mencari solusi," ajak Farida.

Akhirnya mereka berempat duduk bersama. Mereka diskusi untuk mencari solusi.

"Mbak Tantri, apakah Anda bisa tidak ikut campur lebih jauh dalam urusan keluarga kami? Kami akan menyelesaikan masalah ini dengan Suci secara kekeluargaan. Dan tentang video, tidak perlu diperpanjang lagi. Bagas dan saya ingin Anda menghapusnya. Kami berjanji tidak akan menyakiti Suci lagi," kata Farida.

"Maaf Bu, tugas saya hanya mendampingi saja. Semua keputusan ada di tangan Suci. Saya tahu kapasitas saya sebagai apa disini," balas Tantri. "Bagaimana Suci kelanjutannya. Apa yang ingin kamu lakukan."

Suci menarik nafas dalam-dalam. Dan menjawabnya dengan mantab. "Aku sudah tidak ingin menjadi bagian dari keluarga ini lagi. Aku ingin mengakhiri penderitaanku selama ini. Karena mengorbankan diriku disini, tidak akan membuat mereka menggapku sebagai keluarga. Jadi percuma aku bertahan," Ia menahan tangisannya. Agar terlihat kuat di depan semua orang.

"Apa? Penderitaan? Memangnya apa yang kami lakukan padamu disini. Kamu ngomong seperti kami selalu menyiksamu saja. Lagi pula apa yang kamu korbankan buat keluarga. Semua kebutuhan aku yang memenuhi. Kau berhutang nyawa padaku. Karena selama ini aku yang memberimu dan anakmu makan," Bagas mengambil gilirannya berbicara dan langsung mematahkan semua argumen Suci.

"Ha? Hutang. Sejak kapan memberikan nafkah istri dihitung hutang? Bukankah itu kewajiban. Dan jika dihitung-hitung, lebih banyak orang tua yang memberi uang untuk keluarga ini daripada yang darimu berikan. Apakah kamu sudah lupa, Mas?"

"Tutup mulutmu Suci. Jangan bicara seperti itu pada anakku. Kamu memang istri tak bermoral. Kau itu seharusnya bersyukur punya Suami pegawai negeri. Jangan sok cantik kamu. Diluar sana banyak wanita cantik yang antri untuk menjadi istri anakku." Lagi-lagi Farida membela anaknya. Padahal sudah jelas jika Bagas lah yang bersalah.

Tantri mencoba menjaga ketenangan dalam situasi yang semakin memanas. "Kita semua perlu tenang. Mari kita cari jalan keluar yang baik untuk semua orang, untuk Suci dan terutama untuk Fajar karena dia masih anak-anak."

Tantri merasa perlu untuk memberi kesempatan pada Suci untuk berbicara lebih lanjut. "Suci, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Bicarakan dengan jujur, kita akan dengarkan."

Suci menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan mantap, "Saya ingin mengakhiri hubungan ini dengan mas Bagas. Saya juga ingin hak asuh anak-anak dibicarakan secara adil di pengadilan. Dan saya ingin mengambil semua milik saya yang sah."

Keputusan Suci membuat Farida dan Bagas tercengang. Rupanya Suci sudah  tidak percaya mereka lagi. Ia menolak perdamaian yang diajukan oleh Bagas dan Farida. Bahkan Ia sudah tidak ingin tinggal bersama mereka lagi. 

Suci ingin mengakhiri hubungannya dengan Bagas. Dan mengambil semua miliknya. Suci telah merencanakan untuk mendapatkan perlindungan hukum agar dia dan anaknya bisa memulai hidup baru tanpa rasa takut.

Tentu saja Bagas marah besar mendengar keputusan Suci. Ia takut jika Suci akan menyebarkan video itu. Jadi ia mencoba untuk mengancam Suci. 

"Suci, jangan berpikir kamu bisa meninggalkan saya dengan mudah. Jika kamu berani pergi, kamu harus keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun. Dan kamu tahu, hak asuh Fajar juga akan menjadi hakku." Ujar Bagas dengan nada tinggi.

Suci merasa ketakutan oleh ancaman Bagas, tetapi Tantri dengan tegas menanggapi ancaman tersebut. "Bagas, kami akan pastikan hak-hak Suci dan anaknya dilindungi. Ancaman tidak akan mengubah keputusannya."

Suci, semakin mantap dengan keputusannya, berkata, "Saya tidak takut. Saya ingin anak saya tumbuh dalam lingkungan yang aman dan damai."

"Oh begitu. Kalau begitu keluar dari rumah ini. Dan kembalikan semua barang yang sudah kuberikan untukmu. Aku tidak ikhlas kau membawanya."

Mendengar perkataan Bagas, Tantri sangat geram. Ia heran bagaimana mungkin ada seorang suami mau mengambil barang yang sudah ia berikan ke istrinya. Tapi tantri menahan emosinya itu. 

Sedangkan Suci sedang sibuk melepaskan perhiasan yang menempel di tubuhnya dan menaruhnya di atas meja.

"Ini mas ku kembalikan semua. Aku akan pergi. Tapi aku pasti kembali untuk mengambil rumah ini. Aku pergi dulu." Pamit Suci. 

"Tunggu, aku bilang semua yang kuberikan. Kenapa cuma perhiasan ini saja?"

"Maksudku apa?"

"Buka semua bajumu. Bukankah baju itu aku yang membelinya dengan uangku."

"Pak Bagas, tolong jangan keterlaluan ya. Saya bisa mengganti semua biaya pakaian yang dikenakan Suci. Sebutkan nominalnya. Saya akan bayar cash." Kata Tantri yang sudah mulai tersulut emosi.

"Aku tidak minta uangmu. Aku ingin pakaian yang melekat ditubuh Suci."

"Keterlaluan." 

"Sudahlah Tan, nggak apa-apa. Aku akan mengembalikannya."

"Tapi Suci. Jangan lakukan itu."

Suci hanya tersenyum ke arah Tantri. Kemudian ia segera tanggalkan pakaian yang ia kenakan. Mulai dari atasan dan bawahannya. Dan ia melemparnya ke depan Bagas.

Tapi Bagas masih belum puas. Ia ingin Suci juga melepaskan semua pakaian dalamnya. "Aku bilang semua. Jangan sisakan sehelai benangpun."

Melihat Bagas yang sudah melewati batas, Tantri ingin memberinya pelajaran. Tapi dicegah oleh Suci, "jangan Tan biarkan aku selesai ini. Setelah ini aku akan bebas dari semua penderitaan ini."

Tantri hanya terdiam. Tapi air matanya menetes. Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Saat Suci mulai melepas pakaian dalamnya, Tantri hanya bisa menunduk. Ia tak kuasa melihat kejadian menjijikan di depannya. Tapi hatinya tak henti-henti mengutuk Bagas yang sangat keji dan tidak punya perasaan. 

"Suci, hentikan!" Teriak Anita dari atas tangga. Ia menjatuhkan kopernya ke lantai karena terkejut. Tapi Anita terlambat. Suci sudah melepas semuanya. 

Anita kemudian mengambil selimut dari dalam kopernya. Dan ia berlari menuju Suci. Kemudian dengan cekatan ia membungkus tubuh Suci dengan selimut. 

"Suci, pergilah dari neraka ini. Pakailah ini. Selimut ini aku membelinya dengan uang hasil kerjaku. Jadi jangan takut memakainya. Aku tahu aku tak pantas untuk meminta maaf atas semua yang sudah aku lakukan padamu. Tapi aku mohon, jangan mengutukku. Aku tak sanggup menghadapi karma ini." Kata Anita diiringi dengan Isak tangis.

"Terimakasih Anita. Tapi ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Suci dengan penuh perhatian.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status