Share

Pembalasan Mantan Istri CEO
Pembalasan Mantan Istri CEO
Penulis: Fidia Haya

Bab 1

            “Lelet sekali sih buka pintunya. Pasti dari pagi kerjamu molor terus!” bentak Arka sambil menutup pintu mobil.

Arka tidak tahu. Berjam-jam Kumi Janitra terkantuk-kantuk di ruang tamu menunggu Arka pulang kerja. Sementara jam di dinding terus berdetak, beberapa detik lagi jarum jam menunjukkan ke angka 12. Wanita ayu itu berulang kali menguap menahan kantuk dan rasa lelah. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, kemudian merenggangkan kedua tangannya ke depan supaya dia tetap terjaga.

            Kumi tidak menjawab, dia mengikuti Arka yang langsung duduk di ruang makan. Dia lalu membukakan sepatu dan kaus kaki Arka, setelah itu menyiapkan makan malam untuknya.

            “Jangan sentuh! Biarkan tasku di situ!” bentak Arka saat melihat Kumi hendak memindahkannya.

            “Tapi aku mau makan berdua denganmu Mas! Aku belum makan, dan tasmu mau aku taruh di kamar. Tolong jangan marah-marah ini sudah tengah malam,” jawabnya dengan nada ketakutan.

            Arka melihat Kumi dengan sinis. “Kamu dari pagi punya banyak waktu untuk makan, kenapa kamu harus menunggu aku pulang. Aku capek! Tinggalkan aku sendirian.”

            “Apakah ada masalah di kantor, Mas?” tanya Kumi, dia masih bersikap lembut menghadapi Arka.

            Arka menggebrak meja makan. “Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri. Cerewet sekali mulutmu!!” Dia menuangkan soto ayam ke dalam piringnya. Mukanya seketika berubah jelek. “Apa ini?”

            “Soto ayam.”

            “Cepat bawa tanganmu kemari!” Arka langsung menarik tangan Kumi dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mangkuk.

            “Maaf Mas, aku tadi lupa memanaskannya. Sebentar kupanaskan lagi.” Sebenarnya ia tadi telah memanaskan soto ayam itu, tapi karena Arka pulang tengah malam, soto ayam itu kembali dingin.

            “Tidak usah! Aku sudah kehilangan selera makan!” katanya berapi-api.

            Kumi masih bersabar. “Berikan aku waktu 5 menit saja Mas Arka. Biarkan aku panaskan sotonya.”

            Tangan Arka menepis tangan Kumi yang hendak mengambil soto ayam di meja. “Apa telingamu budek? Kubilang tidak usah ya tidak usah! Aku sudah lelah bekerja, pulang larut malam! Sementara kamu hanya ibu rumah tangga, seharian kerjamu hanya duduk nonton sinetron dan tidak menyelamatkan dunia, kenapa sangat sulit sekali bagimu untuk menyiapkan makan malam yang enak buatku, heh?!! Ayo jawab?!! Arka memegang tubuh Kumi dan mengguncang-guncangkannya.

            Badan Kumi bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.

            Arka belum puas, ia melontarkan kata-kata keji lagi pada Kumi. “Apa kamu pernah berkaca? Apakah kamu tahu penampilanmu seperti apa? Apa kamu pikir aku tidak punya mata?!! Kamu itu baud an gendut seperti bab*! Sudah aku mau makan di luar saja!” Arka pergi sambil membanting pintu.

            Bantingan pintu membuat jantung Kumi kaget. Dia membereskan makanan Arka, lalu mencuci peralatan makannya dengan air mata berderai. Sakit sekali hatinya di caci maki seperti itu.

            Kumi memegang perutnya dan merasakan dibagian bawah perutnya mengeras. Sudah 3 minggu haidnya telat. Meski belum periksa ke dokter ia tahu ada mahluk mungil yang tengah bertumbuh di perutnya. “Kamu jangan sedih ya Nak. Kamu harus kuat, sebab Mama menyanyangimu, cinta,” gumamnya pelan, seraya mengusap lembut perutnya.

            Kumi mematikan lampu dan beranjak ke kamarnya, dia duduk di tepi jendela menatap bunga kamboja yang berguguran di samping rumah dengan kebuntuan pikiran yang menyergap semenjak tadi pagi.

            Kumi membaringkan tubuh ke pembaringan, ia mencoba memejamkan mata tapi rasa kantuknya sudah hilang dan berganti dengan kesedihan. Ingin rasanya ia memaki Tuhan kenapa dulu tak memberinya tanda-tanda tentang Arka sehingga ia bisa menolak perjodohan yang orang tuanya tawarkan.

            Andai ia tahu siapa Arka bathinnya tidak tersiksa begini.

Dua bulan lalu.

            Ayah Kumi – Sutomo adalah teman Papa Arka – Teguh saat mereka sama-sama mengenyam pendidikan di sebuah pesantren di Tuban. Setelah belasan tahun, mereka dipertemukan dalam sebuah reuni. Untuk mempererat pertemanan mereka pun berjanji akan menjodohkan Kumi dan Arka.

            Arka yang saat itu sedang bekerja di Singapura, tentu saja kaget dengan rencana perjodohan tersebut, sedangkan Kumi, walaupun hatinya gamang, ia tak berani melawan perintah ayahnya.

            “Arka itu hebat Nduk. Selain ganteng, pinter, dia juga kaya. Hidupmu bakalan nyaman sama dia nanti,” kata Bapaknya merayu Kumi.

            “Inggih Ayah,” sahut Kumi pelan. Dia menunduk menekuri sajadahnya.

Kumi baru bertemu dengan Arka saat perkawinan yang digelar sebulan setelah acara reuni.

Acara perkawinan dihadiri keluarga dekat saja. Setelah itu Arka membawanya honeymoon ke Karimun Jawa selama 3 hari.

Kumi memang belum pernah pacaran. Selepas kuliah ia sibuk bekerja. Gadis cantik itu membayangkan honeymoonnya seperti yang dilihatnya di film-film dimana sang suami akan memanjakan istri dengan makan malam romantis di pinggir pantai, kemudian stargazing sambil berbaring berdua di teras hotel.

Impian Kumi perlahan terkikis. Arka sangat dingin kepadanya. Jangankan berbicara, menatap saja lelaki itu tak pernah! Selama perjalanan ke Karimun Jawa Kumi tersiksa bathinnya.

Mereka tiba di Hotel Royal jam 2 siang, dan mendapatkan kamar dengan pemandangan laut. Sejenak pikiran Kumi teralihkan. Dia terkesima dengan keindahan laut dihadapannya. Setelah meletakkan kopornya, Arka langsung meninggalkan dia di kamar. Kumi menoleh ketika terdengar suara pintu terkunci.

Tapi Kumi terlalu takut untuk berbicara.

Malamnya, di tengah tidurnya, Kumi merasakan ada seorang yang menindihnya dengan kasar, dan kesakitan luar biasa di bawah selangkangannya. Kumi meronta. “Hentikan, hentikan!”

PLAK!

“Diam kau!!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
mas edy
mantap.. lanjutkan......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status