Share

2 || Tamu penting

Penulis: Veara Mart
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-07 15:44:27

Pagi hari yang cerah menyambut Audrey dan anak-anak panti dengan sinar matahari yang hangat. Namun, suasana di panti asuhan terasa sedikit berbeda dari biasanya. Audrey dan anak-anak lainnya mengerutkan kening heran saat melihat para wanita paruh baya—ibu, nenek, dan pengurus panti—sibuk memasak makanan dan membersihkan seluruh area panti.

“Ada apa, ya? Kenapa semua pada sibuk banget pagi-pagi begini?” tanya Audrey sambil melirik ke arah dapur dan area panti yang tampak lebih sibuk dari biasanya.

Beberapa anak panti lainnya tampak penasaran dan kebingungan, saling bertanya satu sama lain. Meskipun suasana pagi yang cerah dan biasa saja, aktivitas yang tidak biasa ini menimbulkan rasa ingin tahu di antara mereka.

Nenek Sri, yang melihat Audrey berdiri di dekat dapur dengan tatapan heran, segera menghampirinya dan memanggilnya.

"Nak Audi, nenek minta tolong belikan santan dan beberapa bahan lainnya, ya? Lebih cepat, ya, nak. Hati-hati jalannya." Ujar Nenek Sri sambil menyerahkan kertas belanja dan beberapa lembar uang.

Audrey mengangguk dan menerima kertas serta uang tersebut. Dengan cepat, ia menoleh kepada Salsa yang masih berdiri di sampingnya. "Salsa, ayo bantu Kakak belanja. Kita harus segera kembali."

Salsa mengangguk dan mengikuti Audrey. Mereka berdua segera meninggalkan panti asuhan untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan, dengan Salsa membantu membawa barang-barang belanjaan yang mereka ambil nanti.

Setelah beberapa jam berbelanja, Audrey dan Salsa akhirnya kembali ke panti dengan membawa banyak barang. Karena barang belanjaan mereka terlalu banyak, keduanya memutuskan untuk memesan taksi online daripada naik angkutan umum. Sesampainya di panti, Salsa menghela napas berat dan segera membaringkan tubuhnya di sofa kecil di ruang tamu.

“Kakak, ayo kita tidur. Sasa capek banget!” keluh Salsa sambil memejamkan mata, merasa kelelahan setelah seharian berbelanja.

Audrey terkekeh mendengar keluhan adiknya. "Kita harus bantu yang lain dulu, Salsa. Ayo, kita bagian membersihkan halaman depan. Di sana banyak daun yang berjatuhan." ucap Audrey sambil menggulung lengan bajunya.

Mata Salsa melebar. "Loh, Kak! Sasa beneran capek, loh." keluhnya lagi, meski tetap beranjak dari sofa dan mengikuti langkah kakaknya dengan sedikit enggan.

Di bawah terik matahari yang menyengat, Audrey dan Salsa sibuk menyapu halaman depan panti. Keringat bercucuran di wajah mereka, tapi tak satu pun dari mereka mengeluh. Salsa akhirnya menyerah dan duduk di atas tanah tanpa peduli pada bajunya yang kotor, sementara Audrey terus bekerja.

Setelah beberapa menit kemudian, latat iru terlihat lebih bersih juga lebih sejuk dengan hawa panas yang semakin terasa.

“Ini, minumnya pelan-pelan aja.” kata Audrey sambil menyerahkan segelas es teh dingin kepada Salsa. Gadis itu menerima minuman tersebut dengan senyum lebar dan segera meneguknya. Rasanya begitu menyegarkan di tengah cuaca panas.

Setelah meminum separuh es tehnya, Salsa menatap Audrey dengan penuh rasa ingin tahu. "Emang siapa sih, Kak, tamu yang akan datang? Kayaknya yang datang itu kayak pemilik panti aja." celetuknya sambil mengerutkan dahi, penasaran dengan persiapan besar-besaran yang dilakukan di panti hari itu.

Audrey tersenyum tipis dan menggelengkan kepala, "Kakak juga belum tahu pasti. Tapi Bunda bilang tamunya penting, jadi kita harus pastikan semuanya bersih dan rapi." Audrey menatap halaman yang mulai tampak lebih rapi, meski lelah mulai terasa di kakinya.

Tiba-tiba, terlihat Ibu Ningsih datang datang dari dalam panti tergopoh-gopoh menghampiri mereka. “Ayo, kalian cepat mandi dan ganti pakaian. Tamunya akan segera sampai.” Ujarnya sambil menarik pelan bahu Audrey dan Salsa secara bersamaan.

Salsa merengut kecil. “Aduh, iya Bu. Ini kita masuk kok.” Gerutunya dengan nada bercanda sambil menarik tangan Audrey menuju kamar mereka.

Sambil menatap cermin besar setelah membersihkan diri, Salsa mendengus, “Awas aja ya, Kak, kalau tamunya gak penting. Capek-capek cuma buat ini!” sembur Salsa dengan nada setengah bercanda.

Audrey tertawa pelan sambil menyisir rambutnya. “Idih, kayak kamu berani aja ngomong begitu ke Ibu.” Balas Audrey, masih dengan senyuman di wajahnya.

Salsa tiba-tiba berseru. “Eh, Kak! Rambutnya digerai aja, jangan diikat.”

Audrey mengerutkan kening, ragu sejenak. “Tapi panas loh, Sa. Nanti juga pasti gerah.” Jawabnya sambil menatap Salsa melalui pantulan cermin kecil di depan mereka.

Salsa menggeleng dengan penuh semangat, “Biarin, Kak! Biar kelihatan lebih cantik. Siapa tahu tamunya penting banget!” ujar Salsa sambil tersenyum penuh harapan, meski Audrey hanya tersenyum geli mendengarnya.

Audrey tampak berpikir sejenak sebelum mengiyakan, "Hmm, gimana ya... yaudah deh, untuk hari ini aja." Katanya akhirnya, membuat Salsa terlihat begitu bahagia karena keinginannya dituruti oleh sang kakak.

“Eh, ayo Kak! Sepertinya tamunya sudah tiba.” Ajak Salsa dengan penuh semangat saat mendengar suara mesin mobil berhenti di depan panti. Audrey yang ditarik oleh Salsa hanya bisa pasrah, menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah laku adiknya yang masih seperti anak kecil.

Sesampainya di ruang tamu, suasana terlihat ramai. Anak-anak panti memegang hadiah dari tamu mereka dengan wajah ceria. "Ayo, anak-anak, yang sudah mendapat hadiah segera ke halaman belakang, ya!" Seru Ibu Ningsih sambil menggiring anak-anak keluar dari ruang tamu.

Audrey dan Salsa pun berniat mengikuti jejak anak-anak lainnya, namun langkah mereka terhenti saat Bunda panti memanggil Audrey.

Audrey tersenyum kecil kepada adiknya, "Sasa duluan aja, nanti Kakak akan menyusul." Ucapnya dengan lembut, meskipun Salsa tampak keberatan.

"Baiklah." jawab Salsa akhirnya, meski dengan nada sedikit pasrah agar tidak membuat kegaduhan di depan tamu mereka.

Setelah memastikan Salsa sudah keluar dari ruang tamu, Audrey segera mendekati Bunda panti. "Ada apa, Bunda?" Bisik Audrey pelan, penuh rasa penasaran.

Bunda panti hanya tersenyum lembut dan menarik tangan Audrey pelan, memintanya untuk duduk di sampingnya.

"Audrey, ini ada pemilik panti asuhan ini. Ini Tuan Peter dan Nyonya Maudy, mereka merupakan pemilik dari panti asuhan ini." jelas bunda panti singkat.

Audrey segera mengulas senyum mulai memperkenalkan dirinya pada pasangan paruh baya itu. "Saya Audrey, umur 18 tahun. Tuan, nyonya." Sapa gadis itu dengan membungkukkan badannya menatap keduanya.

Bunda panti segera berucap saat tatapan Tuan Peter terarah padanya. "Ah iya, yang kemarin bunda ingin membicarakan sesuatu. Kamu akan dinikahkan dengan pemilik panti asuhan ini, Putra pertama mereka."

Audrey terdiam sejenak mendengar perkataan Bunda panti. Senyum yang tadi tergambar di wajahnya perlahan memudar. Ia menatap pasangan paruh baya, Tuan Peter dan Nyonya Maudy, yang kini memperhatikan dirinya dengan ramah, seolah menunggu respons. Kata-kata Bunda panti tadi masih berputar di benaknya, terasa begitu tiba-tiba dan mengagetkan.

“Kamu akan dinikahkan dengan putra pertama mereka.”

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    3 || Rencana pernikahan

    Audrey menelan ludah, merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Ia sama sekali tidak menduga bahwa pertemuan ini akan berakhir dengan kabar sebesar itu. Sambil berusaha tetap tenang, ia melirik ke arah Bunda panti yang tersenyum lembut, seolah-olah ini adalah hal yang sudah direncanakan sejak lama. "B-bunda, ini maksudnya...?" Audrey berusaha mencari klarifikasi, suaranya terdengar ragu. Bunda panti meraih tangan Audrey, menggenggamnya dengan hangat. "Iya, Nak. Ini keputusan yang sudah lama kami bicarakan. Keluarga mereka sangat baik, dan Bunda yakin ini akan menjadi keputusan yang terbaik untukmu." Audrey menunduk, mencoba mencerna semua ini. Ia tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah secepat ini, apalagi soal pernikahan dengan seseorang yang bahkan belum pernah ia temui. Dalam hatinya, masih ada rasa kekecewaan yang belum pulih setelah perselingkuhan Leo, dan sekarang ia dihadapkan pada kenyataan baru yang jauh lebih besar. Audrey menegakkan kepalanya dengan tegas,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    4 || H-1 Pernikahan

    Audrey menarik napas panjang, berusaha menyingkirkan semua bayangan tentang Leo yang mengusik pikirannya. Ucapan-ucapan menyakitkan dari mantan kekasihnya terus berputar di kepalanya, tetapi ia tahu, menangisi hal itu tidak akan mengubah apa pun. "Leo brengsek! Aku akan membuktikan kalau aku bisa lebih baik tanpamu." Gumam Audrey dengan suara pelan, menatap foto mereka berdua dalam pigura kecil yang dulu penuh kenangan manis. Sekarang, kenangan itu terasa pahit. Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Kak Audi? Kakak di dalam kah? Sasa mau masuk ya?" Suara riang Salsa terdengar dari luar pintu. Audrey buru-buru menghapus air mata yang tanpa sadar sudah mengalir, lalu berdiri di depan cermin, meraih bedak untuk menyamarkan wajahnya yang terlihat sembap. Saat Salsa masuk, gadis itu langsung mendengus. "Astaga, bedakan mulu, kak. Tamunya sudah pergi kok. Ayo kak, kita makan makanan yang masih ada." ajak Salsa dengan semangat, menarik lengan Audrey menuju ruang makan. Audrey ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    5 || Fitting baju

    Salsa berlari sekuat tenaga, namun mobil yang dinaiki pemuda itu sudah mulai menjauh. "Aduh, kenapa sih dia cepat sekali?" Keluh Salsa, sambil terus berlari hingga mobil itu menghilang dari pandangannya. Salsa terengah-engah, berhenti di pinggir jalan sambil mengatur napas. Ia memandang ke arah mobil yang semakin jauh, merasa kecewa dan kesal. Jepit bunga yang diambil oleh pemuda itu sangat berharga baginya, dan kehilangan itu membuatnya merasa frustasi. "Kakiku sakit lagi." Gumamnya menatap nanar kakinya yang terluka karena goresan bebatuan juga beberapa pasir. Dengan rasa kesal, Salsa kembali ke panti asuhan, dan langsung menuju kamar Audrey mengabaikan kakinya yang terluka. “Kak, ada yang aneh tadi. Sasa kehilangan jepit, dan ada seorang pemuda yang mengambilnya!” Ucap Salsa, mencoba menjelaskan dengan cepat kepada Audrey yang sedang bersiap-siap. Audrey mendengarkan dengan seksama, lalu mengernyitkan dahi. “Pemuda itu seperti apa? Apakah kamu mengenalnya? Kamu tidak terluka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    6 || Dia belum datang?

    Maudy kemudian menambahkan dengan nada yang penuh dukungan. "Bagaimana kalau kita ajak mereka makan malam bersama? Ini bisa menjadi kesempatan baik untuk mengenal satu sama lain lebih dekat." Audrey merasa lega mendengar respon positif dari Maudy. "Terima kasih, Mama. Itu akan sangat berarti bagi mereka." Benar, tidak semua orang seperti keluarga Leo. Dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat makanan yang ingin dikunjungi Audrey, membuat perjalanan sore itu terasa lebih berarti dan hangat. ^^^ Setelah beberapa saat mereka membeli makanan, akhirnya mobil memasuki pekarangan panti asuhan. Audrey turun diikuti Maudy juga sopir yang sibuk mengeluarkan barang-barang yang sudah mereka beli untuk anak panti. "Sepertinya mama tidak bisa makan malam bersama dengan kalian, Audi. Papa menelepon mama, jadi mama harus segera pulang." Jelas Maudy setelah mendapat telepon singkat dari sang suami. Audrey tampak kecewa mendengar hal itu. "Baiklah, Mama. Terima kasih untuk h

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    7 || 'Bagaimana perasaanmu?'

    Tatapan Audrey terus mencari, bertanya-tanya apakah ia akan segera bertemu pria yang akan menjadi suaminya. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pemikirannya, suara lembut dari Devan membuyarkan lamunannya. "Sudah sampai, Nak. Tetaplah tenang, semuanya akan baik-baik saja." Kepergian Devan, membuat kegugupan Audrey semakin meningkat. Hingga kedatangan sosok pria tampan yang mengenakan setelan pengantin. "Dia sangat tampan." Batin Audrey menatap sosok pria yang akan menjadi suaminya. Audrey menarik napas dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. Sosok pria tampan yang akan menjadi suaminya berdiri gagah di sampingnya, membuat kegugupan bercampur dengan kekaguman yang tak bisa ia tolak. "Apakah dia benar-benar orang yang tepat untukku?" Pikir Audrey, masih meraba perasaannya sendiri. Suara pembawa acara mulai terdengar, memecah keheningan saat mereka akan memulai prosesi. "Baiklah, karena kedua mempelai sudah hadir. Mari ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    8 || Kontrak Pernikahan

    "Sebentar, Nyonya." Nick terlihat menekan tombol yang berada dimeja sofa ruang tamu. Hingga kedatangan wanita paruh baya yang berlari mendekati mereka. "Selamat siang, Tuan Nick. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan yang memakai seragam maid dengan simbol berbentuk hewan dengan warna emas di dadanya. Nick hanya mengangguk. "Ini adalah istri dari Tuan Elang, Nyonya Audrey. Mulai saat ini dia akan menjadi Nyonya rumah ini, kau paham Gret?" Jelas Nick pada Grett- Kepala pelayan dimansion Elang.Pelayan yang dipanggil Grett itu mengangguk sopan. "Selamat datang, Nyonya di mansion ini. Mari saya antarkan ke kamar anda." "Terima kasih, Grett." jawab Audrey dengan suara lembut, meski dalam hatinya masih merasa canggung berada di lingkungan baru ini.Grett segera memimpin jalan menuju lift mansion yang tampak elegan. Setiap sudut rumah ini memancarkan kemewahan, namun juga memberi perasaan dingin dan jauh dari kehangatan. Setelah bebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    9|| Kemarahan Elang

    Elang tetap tenang, meskipun sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak ingin membahas masalah ini lebih lama. "Tidak ada ruang untuk menolak, Audrey. Ini soal kesepakatan antara kau dan aku, yang wajib kita lakukan." Audrey terdiam sejenak, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Tidak ada jalan keluar dari situasi ini, dan meskipun hatinya menolak, ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. "Baiklah." Jawaban Audrey membuat Elang segera memberi bulpoint agar gadis itu segera bertanda tangan. "Sekarang kau boleh pergi." Usir Elang dengan mengibas-ngibaskan tangannya lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Audrey segera keluar tanpa berucap apapun dengan tangan memegang dokumen itu. Audrey berjeringkit terkejut, saat baru saja membuka pintu. Sosok pelayan yang tadinya mengantarnya ternyata menunggunya. "Maafkan saya, Nyonya." Ucap pelayan itu saat tidak sengaja mengejutkan majikannya. Audrey tersenyum. "Tidak masalah, boleh antarkan aku ke kamar?" Pinta Audrey yang j

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    10 || Gaya rambut baru

    Para pelayan dengan sigap langsung membersihkan meja, merasa malu terpergok majikan, bahwa mereka tengah mengintip. Juga tidak adanya, Grett yang biasa memarahi mereka. Audrey masih terdiam di tempatnya, mencoba memahami kemarahan Elang yang tiba-tiba meledak. Pikirannya berkecamuk, merasa bingung dan terluka. "Kenapa dia begitu marah hanya karena aku menyiram bunga?" batinnya, berusaha menenangkan diri. Air matanya mulai menetes, namun segera dihapus dengan cepat, tidak ingin terlihat rapuh di hadapan para pelayan. Setelah meja makan dibersihkan, Audrey berjalan perlahan ke kamarnya, mencoba menenangkan diri dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. “Ada apa dengan taman itu? Apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?” pikirnya. Di dalam kamar, Audrey mencoba menenangkan perasaannya. "Aku harus mencari tahu kenapa dia begitu marah. Aku tidak bisa terus-terusan hidup dalam kebingungan seperti ini." gumamnya pada diri sendiri. Tiba-tiba saja ketukan di pintu membuat Audrey seger

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    56

    Nick masih berada di Inggris, sibuk menyelidiki siapa dalang di balik penyerangan terhadap Elang. Setelah beberapa hari menelusuri jejak, dia akhirnya mendapat petunjuk yang signifikan. Sambil menatap layar komputer di depannya, dia mengangkat telepon dan menekan nomor Elang."Saya sudah menemukan di mana mereka, Tuan," lapor Nick dengan nada tegas.Elang, yang sedang duduk di ruang kerjanya di Indonesia, mendengarkan sambil menatap dokumen di tangannya. Ia berdehem, namun tidak segera menanggapi.“Baik,” jawab Elang singkat. Tanpa memperpanjang percakapan, dia mematikan sambungan telepon dan kembali mencoba fokus pada dokumen yang perlu diselesaikannya. Tapi pikirannya terus saja berputar soal tato yang dilihatnya pada penyerangnya beberapa hari lalu. Hal itu terasa mengganggu, seolah ada potongan puzzle yang hilang dalam ingatannya.Elang menundukkan kepala, bergumam pada dirinya sendiri, "Tidak, El... Itu tidak mungkin benar." Frustrasi mu

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    55

    Keesokan harinya, Audrey merasa canggung untuk bertemu dengan Elang. Insiden semalam masih membekas di benaknya, dan dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Agar tidak harus berhadapan dengan Elang, Audrey memutuskan untuk turun ke meja makan terlambat. Ketika ia akhirnya sampai di ruang makan, ia disambut oleh Grett yang memberi kabar. "Tuan Elang memutuskan untuk sarapan di kamarnya, Nyonya," kata Grett dengan sopan. Audrey menghela napas lega mendengar itu. Ia merasa terhindar dari percakapan yang mungkin canggung dan tidak menyenangkan. "Baiklah, terima kasih Grett," jawabnya singkat, berusaha menyembunyikan perasaan lega yang kini melandanya. Setelah sarapan, Audrey segera berangkat ke sekolah bersama Mia. Di sepanjang perjalanan, Mia tidak banyak berbicara, membiarkan Audrey berkutat dengan pikirannya sendiri. Ketika sampai di sekolah, Audrey terlihat lebih tenang, setidaknya untuk sementara. Dia merasa lebih nyaman kare

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    54

    Nick duduk di kursi depan meja Elang, berusaha keras menahan keingintahuannya. Ia selalu patuh pada Elang, tetapi kali ini, rasa ingin tahunya mendominasi. Kenapa Elang membiarkan kedua pria yang menyerangnya pergi begitu saja? Pikirannya berkecamuk, tetapi ia tahu bahwa menanyakan terlalu banyak hal pada Elang sering kali tidak membuahkan hasil. Elang adalah tipe orang yang menjaga banyak rahasia.Elang, yang tengah memeriksa dokumen di meja kerjanya, sepertinya menyadari Nick sedang memendam sesuatu. Tanpa mengangkat pandangan dari berkas di tangannya, ia berbicara dengan nada tenang namun tajam."Tanyakan saja, Nick. Kalau ada yang ingin kau tanyakan."Nick terkejut. Elang memang selalu bisa membaca suasana hati orang di sekitarnya. Ia menggelengkan kepala, tapi akhirnya memutuskan untuk jujur."Aku hanya merasa heran, Tuan. Kenapa Anda membebaskan mereka?" Nick bertanya dengan suara rendah, mencoba meredam rasa penasarannya.Elan

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    53

    Pagi itu, Audrey bangun lebih awal dari biasanya, Biasanya, dia suka tidur sedikit lebih lama dan menikmati momen-momen tenang sebelum beraktivitas, tetapi kali ini, dia ingin bertemu dengan Elang sebelum suaminya pergi bekerja, Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, terutama tentang sikap Elang yang belakangan ini berubah dingin, la berharap bisa berbicara, meluruskan kesalahpahaman, dan mencari solusi bersama,Setelah cepat-cepat merapikan diri, Audrey melangkah ke ruang makan dengan penuh harap, Namun, sesampainya di sana, Grett sudah menunggunya dengan raut wajah yang agak muram,"Maaf, Nyonya," Grett berkata dengan lembut, Tuan Elang berangkat ke luar negeri tadi malam, Beliau sekarang sudah berada di Inggris."Audrey terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Grett, Ke Inggris?" tanyanya, suaranya terdengar serak dan pelan, Kecewa, tentu saja, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya,Benar, Nyonya, Tuan pergi mendadak untuk urusan

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    52

    Pagi itu, Audrey bangun dengan perasaan resah. Sikap Elang yang aneh sejak kemarin terus membebani pikirannya. Ia tahu bahwa sesuatu tidak beres, tapi Elang tidak memberinya kesempatan untuk bertanya atau bahkan berdiskusi. Audrey memutuskan bahwa pagi ini, saat sarapan, dia akan mencoba bertanya pada Elang tentang sikapnya yang tiba-tiba dingin.Saat Audrey turun menuruni tangga menuju ruang makan, dia melihat Elang sudah duduk di meja, menyantap sarapannya. Ini membuatnya bingung. Audrey melihat ke jam di pergelangan tangannya—masih pukul enam kurang. Elang biasanya sarapan bersamanya setelah jam enam."Kenapa Kak Elang sarapan duluan? Tumben sekali," gumam Audrey, heran.Mia yang sudah menunggu Audrey di ujung tangga menghampirinya. "Mia, apakah Kak Elang terburu-buru hari ini?" tanya Audrey, berharap ada penjelasan dari Mia.Mia menggeleng, tampak bingung. "Saya tidak tahu, Nyonya. Beliau tidak mengatakan apa-apa."Audrey mengang

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    51

    Audrey menghela napas panjang, menatap tumpukan buku dan catatan yang berserakan di meja. Pagi ini dia benar-benar tenggelam dalam pelajaran di sekolah. Setelah bel istirahat kedua berbunyi, belum ada waktu untuk bersantai. Bahkan sepulang sekolah pun dia masih harus bekerja kelompok di rumah Dea. Ia benar-benar tenggelam dalam kesibukan hingga lupa mengabari Elang. Yang dia ingat, ia hanya menyuruh Mia untuk mengabari Nick, berharap informasi itu sampai pada Elang. Tapi sepertinya ia terlalu sibuk untuk peduli lebih jauh.Di rumah Dea. Audrey, Mia, Dini, dan Dea bekerja dengan serius. Tugas kelompok yang diberikan guru sangatlah rumit, dan mereka berempat harus berkolaborasi agar bisa menyelesaikannya dengan baik. Waktu sudah sore ketika Audrey akhirnya merasa sedikit lelah. Ia pun berinisiatif untuk membeli es krim keliling yang lewat di depan rumah Dea.“Aku keluar dulu ya, mau beli es krim,” ucap Audrey sambil berjalan keluar rumah Dea seorang diri.

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    50

    Setelah beberapa video selesai dibuat, Melani segera duduk di depan laptopnya dan mulai mengedit hasil rekaman. Audrey, yang penasaran dengan proses editing, duduk di samping Melani, mengamati setiap langkah dengan penuh perhatian. Ia ingin belajar bagaimana Melani mengolah video dan menjadikannya konten yang menarik untuk diposting di media sosial.“Jadi ini langkah pertama, potong bagian yang nggak penting dulu, biar videonya nggak terlalu panjang dan bertele-tele,” jelas Melani sambil menarik garis timeline di layar, memotong adegan yang tidak diperlukan. Audrey hanya mengangguk-angguk, berusaha memahami.Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar tamu. Audrey segera bangkit dan berjalan menuju pintu, membukanya perlahan. Di balik pintu, Grett berdiri dengan senyum sopan sambil membawa nampan yang penuh dengan camilan.“Makan sore untuk Nyonya dan Nona Melani,” ujar Grett dengan tenang.Melani, yang sedang fokus mengedit, melirik sejenak d

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    49

    Keesokan harinya, Audrey sedang menikmati waktu santainya di akhir pekan. Hawa pagi terasa segar, dengan sinar matahari lembut yang masuk melalui jendela kamarnya. Dia berbaring di sofa, membiarkan dirinya tenggelam dalam suasana damai, menikmati ketenangan tanpa ada tugas sekolah yang mendesak. Namun, kedamaian itu tiba-tiba terganggu oleh suara bel pintu. Audrey melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu depan. Di sana, berdiri Melani dengan senyum cerah dan kedua tangannya penuh dengan kantong besar. Di dalamnya tampak berbagai jenis makanan, terutama seafood segar, dan beberapa perlengkapan kamera serta tripod. Audrey menatap Melani dengan heran. "Mel, kamu bawa banyak makanan, ada acara apa?" tanyanya sambil membantu Melani membawa barang-barang ke dalam. Melani, yang tetap ceria seperti biasanya, tertawa ringan. "Aku punya ide hebat! Kita akan bikin konten mukbang seafood hari ini, lalu aku posting di media sosial. Foll

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    48. Menikmati malam

    Sepulang sekolah, Audrey langsung mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga kasual dan memulai sesi jogging sore di sekitar halaman mansion. Langit senja tampak indah, memberikan suasana yang menenangkan. Langkah-langkah kecilnya berirama, seiring dengan detak jantung yang semakin cepat. Setelah berlari beberapa putaran, ia memutuskan untuk berhenti dan kembali ke kamar. Setelah membersihkan diri, Audrey merebahkan tubuhnya di sofa empuk di dalam kamarnya. Tubuhnya yang lelah terasa segar setelah mandi, namun ia tetap merasakan sedikit keletihan. Dengan malas, tangannya meraih ponsel di atas meja samping, membuka sosial media sekadar untuk membuang waktu. Tak ada yang menarik, hanya foto-foto dan video biasa dari teman-temannya. Hatinya masih terbayang kejadian di sekolah tadi, terutama hasil ujiannya yang membuatnya bahagia. Tak terasa, waktu makan malam tiba. Audrey turun ke ruang makan, di mana Elang sudah duduk d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status