Ketika Darany sudah hampir berhasil menusuk tubuh Ryan dan Kakek Liong, kejadian yang tak terduga terjadi dengan begitu mendalam. Dalam sekejap, baju zirah yang sebelumnya tampak tak tergoyahkan, mendadak retak dan pecah berkeping-keping. Begitu juga dengan semua senjata bayangan yang sebelumnya begitu mematikan, kini hancur dan kembali menjadi bayangan-bayangan biasa.Dalam kebingungan dan ketidakpercayaan, tubuh Darany roboh ke tanah dengan keras. Wajahnya yang tadinya penuh dengan tekad, kini mencerminkan ekspresi kesakitan yang dalam, dicampur dengan kebingungan yang luar biasa. Tubuhnya mulai gemetaran hebat, seolah-olah terkena guncangan dari dalam.Efek samping NTZ-456 akhirnya muncul dengan segala kebrutalan. Durasi peningkatan kekuatan yang diberikan obat tersebut telah berakhir, dan sekarang efek sampingnya mengamuk di tubuh dan otak Darany. Rasa sakit yang tak terbayangkan menerpa pikirannya, seolah-olah otaknya hendak pecah menjadi ribuan kepingan.Kakek Liong dan Ryan terk
"Kementerian Penanggulangan Bencana Supranatural?" Ryan mencoba mencari dalam ingatannya, tapi ia merasa asing dengan nama kelompok ini. "Sepertinya ini adalah kali pertamanya aku mendengarnya. Kementerian apa itu? Apakah semacam organisasi pemerintahan yang bersifat rahasia?"“Benar, mereka adalah kementerian independen yang dibuat langsung oleh pemerintah untuk menangani berbagai kejadian supranatural di negara ini, termasuk pertarungan antar Praktisi Bela Diri,” jelas Kakek Liong.Ryan menangguk paham, “Jadi begitu. Pertarungan antar Praktisi Bela Diri selalu membawa kekuatan di luar nalar manusia, oleh sebab itu, hal tersebut dikategorikan sebagai kejadian supranatural.”“Sepertinya kamu sudah memahami esensi dari Organisasi ini. Maka dari itu, Kakek menghubungi mereka barusan,” lanjut Kakek Liong. “Dan setelah Kakek berkata bahwa aku menghadapi Praktisi Bela Diri asing bersamamu, mereka tidak menemukan namamu dalam database. Jadi, Kakek simpulkan bahwa kamu masih sangat awam dala
"Yudha, apakah kamu perlu bersikap seperti itu di hadapan Orang Tua ini?" ucap Kakek Liong sembari menatap tajam pria berkacamata di dapannya. "Padahal kalian adalah regu terburuk yang pernah ada dalam sejarah Kementerian Penanggulangan Bencana Supranatural.""Ugh …" Hati pria berwajah oriental itu serasa tertusuk ribuan pisau. "Tolong biarkan kami bersikap keren di depan Praktisi Bela Diri baru. Jika tidak, maka harga diri Kementerian kami akan hancur!"Kakek Lion tertawa keras melihat tingkah Yudha. Mereka berdua tampak sudah sangat akrab. Hal ini membuat Ryan bingung. "Apa Kakek mengenalnya?""Tentu saja. Kakek dulu pernah menjadi konsultan tamu di Kementerian Penanggulangan Bencana Supranatural. Dan regu mereka adalah regu paling buruk di antara lima regu lainnya di Jawa Timur. Bahkan Kakek angkat tangan untuk memperbaiki mereka," senyum Kakek Liong seakan sedang mengingat-ingat kembali masa lalunya."Instruktur, tolong jangan merendahkan kami! Setidaknya, rate keberhasilan kita m
Kakek Liong menatap Ryan dengan serius, matanya menyoroti pria muda itu dengan ketajaman. "Hanya ada satu orang yang berhasil melakukannya. Kamu pasti sudah pernah mendengar namanya tadi.""Aku pernah mendengar namanya?" Ryan merenung sejenak, berusaha menggali ingatannya. "Tunggu dulu, maksud Kakek …" Tiba-tiba, matanya terbelalak lebar, ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut, dan hawa membunuh langsung melonjak keluar dari tubuhnya."Sepertinya kamu telah menyadarinya." Kakek Liong mengangguk sembari memberi perlindungan pada orang-orang biasa di dekatnya dari aura membunuh yang sangat menyesakkan dari tubuh Ryan. "Seperti yang kamu duga, dia adalah Rithisak, Bos dari orang yang telah menculik Putrimu dan juga Cucuku."Rithisak, nama itu terdengar seperti guntur dalam benak Ryan. Itu adalah salah satu nama yang menciptakan getaran menggeliat dalam aliran darahnya.Rithisak, dia adalah salah satu Praktisi Bela Diri yang sangat jenius. Di usianya yang ke-40, ia berhasil mencapai l
Keesokan paginya, Ryan melihat Alena duduk di tepi tempat tidur, matanya tampak kosong memandang ke arah ruang kosong di depannya. Wajahnya masih pucat, dan senyum yang biasanya menyelimuti bibirnya telah menghilang. Sepertinya Alena masih mengalami trauma pasca menjadi korban penculikan Geng Black River.Ryan duduk di sampingnya, menatap putrinya dengan penuh kekhawatiran. "Sayang, bagaimana perasaanmu?"Alena mengangkat pandangannya perlahan, matanya bertemu dengan mata Ryan. "Aku masih merasa takut, Ayah. Aku takut mereka akan datang lagi."Ryan merasakan getaran hati putrinya. Ia memeluk Alena dengan lembut, mencoba memberikan rasa nyaman dan keamanan. "Jangan khawatir, Ayah di sini. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi."Alena menggenggam tangan Ayahnya erat. "Tapi aku masih takut."Ryan tersenyum lembut. "Tahu tidak, Ayah punya ide bagus. Bagaimana kalau kita pergi bermain?"Alena menatap Ayahnya dengan mata heran. "Bermain?""Iya, bermain. Ayo, kita pergi ke Tunjung
"Sebagai pegawai yang telah bekerja di sini enam bulan, seharusnya kamu bisa menilai, pengunjung mana yang mampu membeli dan tidak! Dasar wanita bodoh! Wajahnya saja yang cantik, tapi otak tidak dipakai!" tegas wanita dengan make-up tebal.Pegawai wanita bernama Indah itu merasa seperti ditampar. Matanya berkaca-kaca dan wajahnya memerah karena merasa direndahkan di depan pelanggan. Sejak hari pertamanya bekerja, wanita berdandanan tebal tersebut telah mengincar Indah. Tidak ada hari tanpa memarahinya. Jika Indah tidak melakukan kesalahan, maka wanita tersebut akan membuat-buat kesalahan dan menyalahkan Indah.Selama ini, Indah sama sekali tidak melawan. Akan tetapi, kali ini, kesabaran Indah telah menipis. Indah lalu menunduk dan berkata sembari menahan tangis, "Maafkan saya Bu Monika. Tapi, menurut saya, semua pengunjung yang datang memiliki hak yang sama. Terlepas Bapak ini akan membeli atau tidak, kita sebagai pegawai di sini harus memberikan pelayanan yang baik.""Kau!" Mendenga
Setelah menutup teleponnya, Ryan melihat ke arah Monika dengan senyum lebarnya. "Saya sudah menemukan beberapa set pakaian yang cocok. Semua rekomendasi Indah sesuai sekali dengan preferensi saya.""Kalau begitu, saya undur diri dulu," balas Monika dengan senyum palsunya.Ryan kemudian memilih 20 set pakaian dengan hati-hati, mengambil kemeja-kemeja yang elegan, dasi-dasi yang sesuai, celana kain berkualitas, dan bahkan beberapa set jas mewah. Semua pilihan ini merupakan puncak dari rekomendasi yang telah diberikan oleh Indah. Ryan merasa sangat puas dengan hasilnya.Pegawai berambut panjang sebahu tersebut dengan cekatan mengambil semua set pakaian yang dipilih oleh Ryan. Tidak lupa, Ryan juga memilih beberapa sepatu pantofel yang cocok untuk melengkapi gaya pakaian barunya.Melihat kinerja Indah, Ryan semakin puas. "Terima kasih atas bantuannya tadi."Indah tersenyum dengan tulus, "Tidak masalah. Saya senang bisa membantu Anda."Karena begitu banyaknya barang yang diambil Indah, par
Bastian mengemudikan mobil menuju area parkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan berdiri di hadapan sebuah bangunan rumah yang megah ini.Rumah ini benar-benar menakjubkan. Dengan tiga lantai yang megah, ia menjulang anggun di tengah taman yang luas. Fasad bergaya Eropa menghadap ke jalan, dengan detail arsitektur yang rumit dan jendela-jendela kaca besar yang elegan.Ryan merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Ia melihat Alena yang berlari-lari kecil di halaman rumah, mengeksplorasi setiap sudut taman yang indah ini.“Ayah, Ayah! Ini seperti istana dalam dongeng!” teriak Alena sambil melompat-lompat di atas rerumputan yang segar.Ryan, Edi, dan Bastian tertawa melihat antusiasme Alena. Mereka berjalan menuju pintu masuk, dan ketika pintu besar itu terbuka, mereka dihadapkan pada kemegahan interior.Foyer luas menggambarkan kemewahan rumah ini. Lantai marmer yang indah dan ornamen-ornamen artistik menghiasi ruangan ini. Alena berjalan dengan hati-hati, hampir tak percaya