Share

Bab 189. Masih Sore

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 16:54:10

“Pa, Tama dan Ikel hari ini sekolah sama Umi ya pa. Please,” mohon kedua anaknya dengan wajah memelas.

“Bik Sri kenapa?” tanya Bara sambil memandang ke arah sang pengasuh tersebut.

“Gapapa Pa, hanya mau sama Umi aja sesekali,” jawab Tama.

“Kasih tahu alasannya sama Papa dulu,” ujar Bara sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

“Mau cepelti teman-teman yang ditungguin sama ibunya,” jawab Tama dan Rikel bersamaan sambil menunduk.

Bara melihat ada kesedihan di wajah kedua anaknya tersebut.

“Boleh. Tapi hati-hati ya,” jawab Bara sambil mengelus kepala Tama.

“Horeeee. Makasih, Paa,” jawab Tama dan Rikel sambil berlarian memeluk tubuh sang ayah.

Salma hanya tersenyum melihat keceriaan kedua anak tersebut. Sudah berkali-kali keduanya memaksa untuk diantar oleh uminya, dan selalu dilarang oleh Bara.

Bukan tanpa alasan Bara melarang Tama dan Rikel di antar oleh Salma.

Tapi lebih ke ingin memberi tahu kepada Mamanya kalau di rumah ini ada orang yang bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan buk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 192. Larut Dalam Dosa

    "Ainel jadi jemput Tama?" tanya Bara kepada Salma."Kan sama Jojo pesan Mas kemaren," jawab Salma sambil memandang sang suami."Iya maksudnya Ainelnya kesini dulu kan, baru Jojo antar kemana yang mereka mau," ujar Bara."Jam sepuluh katanya Ainelnya kesini," beritahu Salma."Oh oke. Rikel gak ikut, kan?" tanya Bara lagi."Kayaknya gak deh Mas, tar gak dapat quality time berdua nya," jawab Salma."Gapapa, Rikel bisa main dirumah sama kita.""Mas kerja hari ini?" tanya Salma."Iya setengah hari saja, ada laporan yang mesti di cek," jawab Bara.Salma hanya mengangguk dan kemudian sibuk membantu bik Rasi menyiapkan makanan diatas meja untuk sarapan. Sedangkan Bara asyik dengan kopinya."Mbok Inah kemana, bik?" tanya Salma."Siram tanaman bu, kan udah beberapa hari gak ujan," jawab bik Rasi."Mang Bidin dan mang Ujang kemana?" sambung Bara heran karena seharusnya yang bertanggung jawab terhadap rumput dan tanaman itu kedua lelaki paruh baya tersebut."Itu loh pak, mereka berdua nyiram tana

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 191. Tidak Menahan

    Bu Aisah yang melihat bu Bira keluar kamar membawa koper besar, langsung mendekat."Ibu mau kemana?" tanya bu Aisah sambil menahan tangan bu Bira."Saya mau pulang ke rumah saya bu, percuma saya disini anak saya tidak pernah menghargai saya, tidak pernah menganggap saya ada, dan bahkan berani berteriak kepada saya," jawab bu Bira sambil menangis melirik ke arah Bara dan Salma yang sedang makan.Salma memilih menghentikan makannya, sedangkan Bara seolah tak peduli terus melanjutkan makannya, hanya ekor matanya melirik sekilas ke arah sang Mama yang sedang memainkan aktingnya. Playing victim."Udah bu kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tunggu Bara selesai makan ya," bujuk bu Aisah membimbing bu Bira duduk di sofa depan TV. Sedangkan bik Sri memilih masuk ke kamarnya tidak mau ikut campur urusan keluarga sang majikan.Bu Bira menurut duduk di sofa sambil menyeka air matanya seolah-olah dia adalah orang yang paling terzalimi, padahal justru sebaliknya jika dibandingkan dengan Salma, sang

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 190. Melewati Batas Privasi

    "Ada apa ma?" tanya Bara lagi."Buka dulu pintunya," teriak bu Bira."Tunggu aja di bawah Ma, nanti Bara turun," jawab Bara masih tak beranjak dari tempat tidurnya."Kalian lagi ngapain sih, buka pintunya kenapa?" tanya bu Bira."Gak bisa, Ma, lagi nanggung," jawab Bara tersenyum."Tanggung apanya?" tanya bu Bira lagi."Ya olahraga dong ma," jawab Bara."Kok sore-sore sempat-sempatnya kalian olahraga?" tanya bu Bira."Iya apa bedanya ma sore dan malam," jawab Bara tanpa beranjak dari posisinya.Hingga akhirnya bu Bira menyerah.Terdengar langkah yang menjauh. Bara menghela nafas lega. Anehnya aja ibunya seakan tidak memberinya waktu berduaan dengan Salma kecuali malam hari."Siapa, Mas?" tanya Salma yang baru keluar dari kamar mandi, bau mawar menguar ke seluruh ruangan."Mama," jawab Bara cuek."Kenapa?" tanya Salma mengernyitkan keningnya."Gak tahu, gak Mas bukain pintu," jawab Bara berlalu menuju kamar mandi, sebelumnya sempat mendaratkan kecupan di kening sang istri.Salma hanya

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 189. Masih Sore

    “Pa, Tama dan Ikel hari ini sekolah sama Umi ya pa. Please,” mohon kedua anaknya dengan wajah memelas.“Bik Sri kenapa?” tanya Bara sambil memandang ke arah sang pengasuh tersebut.“Gapapa Pa, hanya mau sama Umi aja sesekali,” jawab Tama.“Kasih tahu alasannya sama Papa dulu,” ujar Bara sambil mengelap mulutnya dengan tissue.“Mau cepelti teman-teman yang ditungguin sama ibunya,” jawab Tama dan Rikel bersamaan sambil menunduk.Bara melihat ada kesedihan di wajah kedua anaknya tersebut.“Boleh. Tapi hati-hati ya,” jawab Bara sambil mengelus kepala Tama.“Horeeee. Makasih, Paa,” jawab Tama dan Rikel sambil berlarian memeluk tubuh sang ayah.Salma hanya tersenyum melihat keceriaan kedua anak tersebut. Sudah berkali-kali keduanya memaksa untuk diantar oleh uminya, dan selalu dilarang oleh Bara.Bukan tanpa alasan Bara melarang Tama dan Rikel di antar oleh Salma.Tapi lebih ke ingin memberi tahu kepada Mamanya kalau di rumah ini ada orang yang bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan buk

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 188. Salah Lawan

    “Bu doktel, ayo cepat bantu Papa saya,” teriak Tama membuat Salma tergagap.“Oh iya Nak, ini parah nak lukanya harus segera kita operasi, Nak,” ujar Salma membuat Bara terkekeh geli dan langsung berdiri.“Duh bu dokter, kok langsung operasi sih,” protes Bara.“Biar cepat sembuh,” jawab Salma.Bara duduk di sebelah Salma, Tama dan Rikel kembali melanjutkan mainan yang lainnya.“Maafin Mas ya,” bisik Bara di telinga Salma.“Buat apa?” tanya Salma bingung.“Yang tadi nyuekin kamu. Tadi Nas lagi sibuk konsul sama pak Tigor untuk langkah selanjutnya proses hukum Hernadi Sriwijaya,” ujar Bara memberitahukan kepada sang istri.“Kenapa dengan Hernadi?” tanya Salma bingung.“Bukti-bukti yang didapatkan sudah cukup kuat untuk menjerat dia masuk penjara,” jawab Bara seperti menahan emosi bila mengingat Hernadi.“Alhamdulillah, mudah-mudah setelah ini kehidupan kita bisa tenang ya, Mas,” ujar Salma menatap kearah sang suami.“Iya sayang, Mas juga lelah kalau kita harus seperti ini terus, gerak ki

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 187. Merajuk

    Bara tampak sangat emosi membaca semua lembar demi lembar yang diberikan oleh pak Tigor."Kurang ajar Hernadi," ujar Bara."Iya pak, ternyata sudah lama dia mengincar bapak, tapi bapak gak sadar aja," jawab pak Tigor."Dan dia menggunakan Hardi sebagai pengacara?" kernyit Bara."Iya, Pak," jawab pak Tigor."Atau jangan-jangan selama ini Hardi menjadi mata-mata Hernadi?" tanya Bara sambil memainkan pena di tangannya."Untuk hal itu saya gak tahu, Pak. Yang saya tahu beberapa kasus Sriwijaya biasanya mereka menggunakan Dania yang masih tergabung dalam satu payung dengan Hardi,” jawab pak Tigor lagi.Bara menghela nafas kasar dan baru menyadari akan hal itu."Okelah pak Tigor, saya serahkan semuanya kepada Bapak. Untuk biaya Bapak bisa langsung hubungi Ari, dia yang bertanggung jawab semuanya. Dan saya minta kasus ini diselesaikan secara tuntas, Pak," ujar Bara."Siap, Pak. Kami akan bekerja maksimal," ucap pak Tigor tegas."Thanks, Pak Tigor," jawab Bara sembari menepuk pundak pak Tigor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status