Home / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 9. Umpan Kedua

Share

Bab 9. Umpan Kedua

Author: Hare Ra
last update Huling Na-update: 2025-04-22 16:48:25

Bara semakin menajamkan pendengarannya, tak disangka pintu tersebut ternyata tidak ditutup rapat. Diam-diam Bara menghidupkan video ponselnya untuk merekam pembicaraan dan juga melihat apa yang dilakukan tuan Hario di dalam ruang kerjanya saat tengah malam seperti ini.

Dengan susah payah Bara mencari posisi yang pas agar tidak ketahuan sedang mengambil merekam dan mengambil video tersebut.

Tuan Hario dan seorang wanita tersebut tidak menyadari bahwa apa yang sedang mereka lakukan sedang direkam oleh Bara. Keduanya terlalu sibuk dengan rencana busuk dan juga terlalu sibuk bergumul manja di tengah malam seperti ini.

Hampir tiga puluh menit Bara masih di posisi semua layaknya videografer profesional, karena demi sebuah video bahkan rela berguling di lantai.

Sepertinya tuan Hario sudah melakukan pelepasan dan mengakhiri permainan mereka yang hangat. Bara menghentikan rekamannya dan bersembunyi saat mendengar ada pergerakan disana. Ternyata hanya pergerakan dua manusia yang sedang mencapai awan-awan.

Bara kembali masuk ke kamarnya dan mengurungkan niat untuk ke dapur. Sesampai kamar Bara mendengar segera membuka video tersebut mengenakan handsfree karena takut Ainel mendengarnya.

"Kau sudah lakukan tugasmu Lily?" tanya tuan Hario.

Ternyata wanita tersebut bernama Lily dan yang Bara tahu bu Lily adalah sekretaris tuan Hario di kantornya.

"Sudah pak."

"Benar kau sudah mendapatkan dokumen PT. Wijaya Group itu?" tanya tuan Hario sambil terus memainkan tangannya dengan lincah di area-area sensitif Lily.

Sementara wanita yang dipanggil Lily itu tampak seperti sangat menikmati kelihaian tangan tuan Hario, membuat dia sambil memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya.

"Iya pak."

"Bagaimana kau mendapatkannya?"

"Biasa pak rayu sedikit, pak Wijaya langsung terpesona dan memberikan dokumennya, dan Lily copy deh."

"Anak pintar. Kita tunggu saja tak lama lagi Wijaya Group akan hancur," seringai tuan Hario.

"Jangan lupa bagian Lily pak," ucap Lily dengan mata yang masih terpejam.

"Kamu tenang aja sayang, saya tidak akan lupa," jawab tuan Hario.

Bara masih terus fokus melihat apa yang dilakukan kedua insan tersebut.

"Apakah dia melakukan ini kepadamu?" tanya tuan Hario sambil memasukkan jarinya pada intim Lily. Membuat Lily terpekik kecil dan tak karuan.

"Iya pak."

"Pakai tangan?"

"Tidak pak, pakai tongkat pusakanya."

"Sebentar lagi kamu juga merasakan punya saya, saya masih ingin bermain-main," ucap tuan Hario sambil keluar masukkan jarinya semakin kencang.

Sementara Lily sudah meracau tak karuan sambil menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara yang mencurigakan.

Video berakhir hanya sampai disitu dan Bara sudah bisa menebak apa yang akan mereka lakukan setelah itu.

Bara menyeringai licik. Kemudian bangkit dan kembali ke tujuan semula ke dapur untuk mengambil minum.

Dan saat melewati ruang kerja tuan Hario belum ada perubahan disana, suara didalam masih terdengar suara dua orang yang sedang mencapai puncak nirwana di dalam sana.

Bara mengambil minuman dingin dari dalam kulkas. Saat akan menenggak minumannya suara seseorang mengagetkannya.

"Kamu pikir kamu siapa, nyelonong aja ke dapur?" tanya nyonya Hario sinis.

"Saya menantu anda, Nyonya!" ketus Bara.

"Jangan mimpi kamu!" hardik nyonya Hario.

"Saya tidak sedang bermimpi, makanya saya bisa melihat tontonan gratis di ruang kerja tuan Hario."

Bara membalas setiap perkataan nyonya Hario juga dengan sangat sinis.

"Maksud kamu?"

"Hai ibu mertuaku yang cantik, apakah anda tahu dimana suami anda?" tanya Bara sambil bersedekap dada.

"Suami saya di ruang kerja, sedang mengerjakan proyek besar."

"Apakah anda tau dia bersama siapa?"

"Sendirian karena tadi Lily sudah kembali ke kamarnya."

"Apakah ibu mertua mau mendengarkan ini?"

Bara mengeluarkan ponselnya dan memutar video tuan Hario dan Lily di ruang kerjanya.

"Kenapa bapak tidak tidur bersama ibu?" tanya Lily manja.

"Ibu itu sudah tua, keriput dimana-mana dan tidak mampu memuaskan saya seperti kamu," jawab tuan Hario.

Bara melirik kearah ibu mertuanya yang sudah mengepalkan tangannya tanda marah.

"Ah tuan bisa aja. Tapi saya takut nanti ibu tahu apa yang kita lakukan disini pak."

"Kamu tenang aja, singa betina itu kalau tidur seperti kebo."

Muka nyonya Hario sudah memerah menahan marah.

"Apakah benar ibu mertua tidak bisa memuaskan lelaki. Sayang sekali perawatan setiap bulan hanya sia-sia malah dianggap singa betina," ledek Bara.

Tanpa menjawab hinaan Bara, nyonya Hario bergegas menuju ruang kerja tuan Hario di lantai dua.

Belum sempat tangan nyonya Hario meraih gagang pintu, Bara menarik tubuhnya dengan menutup mulutnya agar tidak menimbulkan suara.

"Kurang ajar kamu!" geram nyonya Hario kepada Bara.

"Jangan labrak, itu menunjukkan kalau kau tidak berkelas. Balaslah seperti apa yang dia lakukan."

Bara sengaja berbisik di telinga ibu mertuanya.

"Kau tidak akan mendapatkan apa-apa," lanjut Bara yang membuat ibu dari istrinya tersebut tampak berpikir.

"Bara yakin ini bukan pertama kali kau mengetahui suamimu selingkuh kan, mama?"

Nyonya Hario hanya menunduk dalam hatinya membenarkan apa yang diucapkan oleh Bara. Karena pada kenyataannya memang seperti itu, dia bertahan karena harta dan kekayaan.

Nyonya Hario tampak luruh ditempat tak mampu lagi berkata-kata. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Bara. Dia menuntun nyonya Hario atau ibu mertuanya kembali kelantai bawah menuju kamar utama.

Tidak ada kata-kata penghinaan lagi dari nyonya Hario untuk Bara.

"Mama itu masih cantik dan seksi, Bara tidak yakin kalau mama tidak bisa memuaskan lelaki," ujar Bara sembari duduk disebelah mertuanya di pinggir ranjang besar itu.

Bara meraih tangan mertuanya dan menggenggamnya erat.

"Jangan kurang ajar kamu!"

Nyonya Hario menepis kasar tangan Bara.

"Bara hanya memberikan kekuatan, karena Bara mampu merasakan apa yang mama rasakan."

Bara memaksa merangkul mertuanya, kali ini tidak ada penolakan. Bara tersenyum sinis.

"Lihatlah dada mama yang masih kencang, bahkan gadis biasa kalah dengan tubuh mama yang seksi. Jangan ambil hati ma yang perlu mama lakukan saat ini adalah membuktikan kalau perkataan papa itu salah," ucap Bara sambil mengusap lembut bahu mertuanya.

"Maksud kamu?"

"Mama harus buktikan kepada tuan Hario kalau mama masih bisa menyaingi anak muda dalam urusan ranjang, walaupun umur beranjak menua."

"Percuma, dia tidak akan percaya."

Kali ini pancingan Bara sedikit menunjukkan kalau umpan yang terus dilontarkannya mulai dimakan sang ikan.

"Coba mama pegang dada mama, apakah menurut mama sudah kendor seperti yang tuan Hario bilang?"

Nyonya Hario seperti terhipnotis, tangannya bergerak memegang dadanya yang masih tampak kencang karena rajinnya perawatan.

"Tidak kan, ma?" bisik Bara di telinga nyonya Hario membuatnya merinding dan merasakan aliran darahnya berdesir.

"Semuanya salah ma, tubuh mama masih kencang berisi bahkan kerutan pun belum tampak dimuka mama," ujar Bara

"Sekarang mama buktikan bahwa mama bisa memuaskan lelaki, Ma."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 10. Perubahan

    Nyonya Hario seperti terhipnotis dengan kata-kata Bara sehingga dengan sekali rayuan Bara berhasil menguasai nyonya Hario, dengan seringai jahat Bara mengaktifkan kamera ponselnya.Bara dan nyonya Hario bagai sepasang kekasih yang lama tak bertemu, keduanya saling memburu. Bara sengaja membiarkan nyonya Hario memimpin permainan, agar beliau merasa semua perkataannya adalah benar bahwa dia masih mampu diranjang.Bara hanya sesekali menguasai selebihnya hanya mengimbangi demi tercapainya misi. Bara bersorak dalam hatinya bahwa semua orang dirumah ini pada akhirnya akan tunduk kepadanya.Bara dan nyonya Hario terpekik dan mengerang bersama saat mereka melakukan pelepasan bersama. Bara terguling di samping mertuanya, sedangkan tuan Hario hingga pukul tiga dini hari belum kembali ke kamarnya hingga membuat Bara dan mertuanya melakukannya hingga beberapa kali."Mama hebat," ujar Bara sambil membelai rambut pirang mertuanya."Hmmm.""Bara kembali ke kamar Ainel, ma?" ucap Bara sambil berdiri

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 11. Licik

    Bara dan Nyonya Hario saling pandang. Dengan gerakan kepala, mama mertuanya itu meminta Bara untuk bersembunyi.Ceklek!Dengan rambut yang masih acak-acakan, Nyonya Hario membuka pintu. Ternyata, sopirnya telah siap."Mobil sudah siap nyonya," ucap sang sopir ramah, namun matanya melirik ke arah dada nyonya Hario yang sedikit terbuka."Terima kasih Rudi, tunggu sebentar lagi saya sedang bersiap-siap," ucap nyonya Hario sambil kembali menutup pintu dan menguncinya.Bara sudah menunggu di belakangnya untuk melanjutkan permainan yang sempat tertunda."Satu lagi ma, mama harus menuruti apa yang Bara minta. Mama akan tahu sendiri akibatnya," bisik Bara di sela-sela serangannya.Nyonya Hario hanya mengangguk sambil memejamkan matanya menikmati sensasi yang diberikan menantunya tersebut.Setelah selesai permainan yang panas di pagi hari, Bara meninggalkan kamar ibu mertuanya dengan santai walaupun saat keluar kamar berpapasan dengan sopir yang kembali akan memanggil sang nyonya karena jadwal

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 12. Maafkan Aku

    "Ainel!" panggil Bara khawatir."Non!" panggil mbok Inah panik."Tuan harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepada non Ainel!" teriak mbok Inah sambil menunjuk ke arah muka Bara.Mang Bidin sibuk menenangkan mbok Inah yang terus berteriak-teriak kepada Bara.Bara memutar kemudi dengan keras dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tujuanya saat ini adalah rumah sakit atau klinik terdekat. Bara benar-benar khawatir dengan kondisi Ainel.Tak lama kemudian mobil tampak parkir sembarang di depan sebuah klinik, dengan bergegas Bara turun membuka pintu mobil disamping Ainel dan menggendong Ainel membawa masuk ke dalam klinik."Dokter! Tolong istri saya!" teriak Bara yang disusul mbok Inah dan suaminya dibelakang Bara.Beberapa perawat segera membantu Bara dan membaringkan Ainel di ranjang pasien, tak lama tampak seorang dokter dengan segera memeriksa kondisi Ainel.Bara dan yang lainnya tidak diperbolehkan masuk saat dokter sedang melakukan penanganan.Mbok Inah dan mang Bidin du

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 15. Berjuang dalam Kenekatan

    "Ah enggak tuan, gak ada apa-apa," jawab mbok Inah gugup dan berlalu ke kamarnya.Namun, belum sempat kakinya melangkah Bara sudah mencekal tangannya."Mbok Inah mau kemana?" tanya Bara."Ke-ke kamar tuan," jawab mbok Inah ragu-ragu."Mbok, saya paling benci kebohongan. Beritahu saya apa yang dikatakan tuan Hario," ucap Bara pelan, namun dengan sorot mata yang menakutkan."Iya tuan.""Cepat katakan mbok!" tekan Bara."Tadi tuan Hario kesini, beliau mengatakan kalau tuan Bara adalah Presiden Direktur di sebuah perusahaannya, terus mbok dan mamang harus memantau setiap gerak gerik tuan. Bahkan di rumah ini dipasang beberapa cctv, tapi mbok gak tau persisnya dimana. Sumpah!" bisik mbok Inah pelan."Disini ada?" tanya Bara menunjuk tempat mereka berbicara."Sepertinya tidak ada, karena tadi mbok gak lihat mereka didapur.""Yaudah, terima kasih mbok. Gak usah siapin saya makan, biar saya siapin sendiri.""Baik tuan."Langkah Bara kembali terhenti."Ah iya satu lagi mbok, jangan panggil say

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 16. Mata-Mata Mertua

    Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi."Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh."Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya."Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara."Dari jam satu mang.""Kenapa tuan?""Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas.""Kok tuan bicara seperti itu.""Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan.""Tapi kan suami non Ainel.""Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan.""Mamang panggil apa?""Panggil Bara aja gapapa mang.""Mamang panggil 'nak' aja ya?""Itu juga bo

    Huling Na-update : 2025-05-09
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 17. Masa Lalu

    Setelah sarapan Bara berpamitan kepada Ainel untuk berangkat kerja."Gua kerja dulu," ucap Bara sambil berdiri dari duduknya."Lo tau tempatnya?" tanya Ainel."Tuan Hario mengirimkan mobil beserta sopirnya.""Siapa?""Peter.""Peter jadi sopir?" tanya Ainel sambil mengernyitkan dahinya."Iya, kenapa?" jawab Bara singkat."Ah gapapa," jawab Ainel sedikit gugup.Di teras depan, mang Bidin sudah siap menunggu Bara. Mang Bidin akan ke pasar terdekat membeli perlengkapan berkebun."Yok mang," ucap Bara sopan.Mang Bidin mengikuti naik mobil yang akan membawanya ke pasar."Di dekat pabrik aja ojekkan, Peter?" tanya Bara."Ada tuan.""Yaudah nanti mamang ke pasar dari pabrik naik ojek aja ya," ucap Bara sambil mengedipkan mata kepada mang Bidin."Iya tuan." ucap mang Bidin pelan.Setelah sekitar tiga puluh menit mereka tiba di sebuah pabrik kertas yang akan Bara pimpin. Mang Bidin turun di depan pintu gerbang dan melanjutkan ke pasar dengan naik ojek.Sementara Bara langsung mengikuti meetin

    Huling Na-update : 2025-05-09

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 21. Sadar Diri

    "Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol."Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian."Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri."Pulang aja," gumam Ainel pelan.Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa."Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara."Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi."Gua gak tahan," ujar Ainel."Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 20. Tidak Suka Perempuan

    "Rania tahu pak," ujar Rania santai dan duduk mepet ke Bara."Jangan menggoda saya kalau kamu sudah tahu Ran, nanti kamu menyesal," peringat Bara."Apa salahnya pak, poligami aja boleh kok asal mampu," ujar Rania sambil cemberut."Saya menghargai istri saya Ran.""Gak usah munafik deh pak, bapak menikah dengan anak pak Hario karena terpaksa kan. Dan dia juga tidak mencintai bapak kan?""Mau cinta atau tidak yang jelas kami sudah menikah," jawab Bara masih memejamkan matanya."Rania bisa memberikan apa yang dia tidak bisa berikan pak," ujar Rania sambil memegang pipi Bara.Dengan sedikit kasar Bara menepis tangan Rania, membuat wanita itu merasa sangat kesal."Dan perlu kamu ketahui Ran, saya ini bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki apa-apa Ran. Semua ini adalah milik orang tua istri saya."Bara beranjak menuju meja kerjanya melewati Rania yang kecewa mendapat penolakan. Baru kali ini ada orang yang menolak seksi tubuhnya."Jika tidak ada kepentingan lagi, kamu boleh keluar Ran," peri

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 19. Saya Sudah Punya Istri

    Bara masih berdiri di balkon, sambil melihat sekeliling. Hanya beberapa rumah yang tampak lampu menyala ikut menerangi kompleks ini, lainnya hanya ada lampu temaram di depan rumah menunjukkan bahwa rumah tersebut tak berpenghuni.Tanpa terasa waktu menunjukkan tengah malam, Bara masih berdiri di tempatnya. Entah sudah berapa batang rokok yang dihisapnya. Hingga saat ini Bara mulai terbatuk-batuk mungkin terlalu banyak asap yang ditelannya.Akhirnya Bara memilih masuk untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Memandangi langit kamar yang putih dan menghipnotis Bara segera terlelap.Sementara itu di kamarnya, Ainel belum bisa memejamkan matanya. Dia mengutuk Peter yang telah melecehkannya. Karena dulu Ainel memang sering mengajak Peter menemaninya saat dia sedang bete.Semburat cahaya matahari pagi menyilaukan, membuat Bara terbangun. Matahari telah bersinar menerobos masuk ke kamarnya karena jendela dan gorden yang tidak tertutup. Segera Bara mengecek jam di dindingnya, ternyata masih ja

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 18. Jangan Ganggu Istriku!

    Hampir jam sembilan malam Bara baru tiba dirumah. Ainel masih didepan tv dengan mengenakan baju yang kurang bahan. Terlihat Peter beberapa kali melirik Ainel sebelum masuk ke kamarnya."Kamu kalo mau makan langsung aja Peter, gak usah menunggu," teriak Bara sembari duduk disebelah Ainel."Iya pak," jawab Peter singkat."Nel, ini ada martabak dan dibelakang ada ayam bakar," ujar Bara."Beli dimana?" tanya Ainel cuek."Di dekat pabrik banyak yang jualan ternyata.""Hem, gua gak suka jajanan pinggir jalan!" jawab Ainel ketus."Kenapa?""Gak enak.""Oke, gapapa kalo lo gak mau. Tapi sampai kapan? Lo coba lihat ke sekitar sini, ini adalah tempat pembuangan. Dimana lo harus menempuh perjalanan kurang lebih empat jam untuk mencapai kota dan membeli makanan yang lo maksud.""Dan juga tidak setiap hari ada yang kekota," sambung Bara."Gua punya mobil.""Terserah lo kalo gak mau," ujar Bara sambil membawa kotak martabak kebelakang dan meletakkannya di atas meja makan.Bara menaiki tangga menuju

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 17. Masa Lalu

    Setelah sarapan Bara berpamitan kepada Ainel untuk berangkat kerja."Gua kerja dulu," ucap Bara sambil berdiri dari duduknya."Lo tau tempatnya?" tanya Ainel."Tuan Hario mengirimkan mobil beserta sopirnya.""Siapa?""Peter.""Peter jadi sopir?" tanya Ainel sambil mengernyitkan dahinya."Iya, kenapa?" jawab Bara singkat."Ah gapapa," jawab Ainel sedikit gugup.Di teras depan, mang Bidin sudah siap menunggu Bara. Mang Bidin akan ke pasar terdekat membeli perlengkapan berkebun."Yok mang," ucap Bara sopan.Mang Bidin mengikuti naik mobil yang akan membawanya ke pasar."Di dekat pabrik aja ojekkan, Peter?" tanya Bara."Ada tuan.""Yaudah nanti mamang ke pasar dari pabrik naik ojek aja ya," ucap Bara sambil mengedipkan mata kepada mang Bidin."Iya tuan." ucap mang Bidin pelan.Setelah sekitar tiga puluh menit mereka tiba di sebuah pabrik kertas yang akan Bara pimpin. Mang Bidin turun di depan pintu gerbang dan melanjutkan ke pasar dengan naik ojek.Sementara Bara langsung mengikuti meetin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 16. Mata-Mata Mertua

    Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi."Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh."Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya."Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara."Dari jam satu mang.""Kenapa tuan?""Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas.""Kok tuan bicara seperti itu.""Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan.""Tapi kan suami non Ainel.""Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan.""Mamang panggil apa?""Panggil Bara aja gapapa mang.""Mamang panggil 'nak' aja ya?""Itu juga bo

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 15. Berjuang dalam Kenekatan

    "Ah enggak tuan, gak ada apa-apa," jawab mbok Inah gugup dan berlalu ke kamarnya.Namun, belum sempat kakinya melangkah Bara sudah mencekal tangannya."Mbok Inah mau kemana?" tanya Bara."Ke-ke kamar tuan," jawab mbok Inah ragu-ragu."Mbok, saya paling benci kebohongan. Beritahu saya apa yang dikatakan tuan Hario," ucap Bara pelan, namun dengan sorot mata yang menakutkan."Iya tuan.""Cepat katakan mbok!" tekan Bara."Tadi tuan Hario kesini, beliau mengatakan kalau tuan Bara adalah Presiden Direktur di sebuah perusahaannya, terus mbok dan mamang harus memantau setiap gerak gerik tuan. Bahkan di rumah ini dipasang beberapa cctv, tapi mbok gak tau persisnya dimana. Sumpah!" bisik mbok Inah pelan."Disini ada?" tanya Bara menunjuk tempat mereka berbicara."Sepertinya tidak ada, karena tadi mbok gak lihat mereka didapur.""Yaudah, terima kasih mbok. Gak usah siapin saya makan, biar saya siapin sendiri.""Baik tuan."Langkah Bara kembali terhenti."Ah iya satu lagi mbok, jangan panggil say

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status