Share

Ini Rencana Pembunuhan!

“Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?”

Pertanyaan itu terus terulang di kepala Mo Feng. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa ada hal sebesar itu yang disembunyikan pamannya.

Sambil melangkahkan kakinya dengan gontai di sepanjang jalan setapak menuju Istana Kerajaan Mo, Mo Feng mengingat kembali seluruh penjelasan pamannya.

Yang mana Paman Mo Chen tadi bilang kalau mata kanan Mo Feng yang berwarna merah sebenarnya adalah salah satu ciri seorang yang ditakdirkan untuk menjadi pembunuh iblis sejati.

Hidup orang ini terkait takdir dan tanggung jawab besar sebagai harapan semua makhluk. Beban yang dipikul sangatlah berat. Tapi semua itu memang sudah digariskan.

Dan faktanya, tak banyak orang mengetahui hal ini.

Di samping itu, sudah hampir 100 tahun alias 1 abad lamanya sejak pemilik mata kanan berwarna merah lahir di dunia manusia. Uniknya, orang ini nyatanya adalah moyang Keluarga Mo.

“Lalu, kenapa semua orang di istana juga mengatakan bahwa aku titisan iblis alih-alih pembunuh iblis sejati?”

Pertanyaan itu pun sempat terlontar dari mulut Mo Feng. Yang langsung dijawab bahwa masalah 'takdir menjadi pembunuh iblis sejati' adalah rahasia Keluarga Mo.

Tidak satu pun orang luar yang mengetahuinya.

Sedangkan garis keturunan terakhir dari Keluarga Mo asli hanya tersisa mendiang Raja Mo—ayah Mo Feng—dan Mo Chen, paman Mo Feng.

Rahasia ini lantas dijaga ketat oleh mereka berdua.

Itu menjadi alasan paling kuat kenapa para tetua di istana dan semua orang tak pernah tahu tentang kebenaran dari mata merah Mo Feng, yang kemudian malah dijuluki mata iblis.

“Huftt!”

Mo Feng menghela nafas panjang.

Dengan kepala mendongak ke atas, dia melihat langit sore yang mulai dipenuhi semburat awan kemerahan yang cantik. Angin semilir kemudian turut menerbangkan rambutnya yang panjang dengan lembut.

Meskipun Mo Feng belum mengerti secara menyeluruh apa-apa saja yang berkaitan dengan rahasia mata kanan berwarna merah miliknya dan silsilah leluhur moyang Keluarga Mo, tapi setidaknya Mo Feng sudah paham beberapa hal.

“Aku benar-benar bukan titisan iblis. Aku adalah pembunuh iblis sejati. Dengan begini, aku bisa membalaskan kematian orang tuaku dan juga membuktikan pada semua orang tentang kebenarannya.”

Mo Feng yakin, waktu dan bukti nyata dari tindakannya nanti akan membungkam mulut semua orang yang telah berbicara sembarangan tentangnya.

“Julukan Pangeran Mata Iblis yang mereka berikan, akan hilang saat waktunya tiba! Pembalasan itu, akan menjadi tonggak pembiktianku pada dunia!”

Dengan tekad kuat, Mo Feng mengepalkan tangannya dan mengangkatnya penuh percaya diri.

“Aku harus berusaha keras! Tapi untuk sementara, bersikap seperti biasanya memang yang terbaik. Seperti yang dikatakan oleh Paman Mo Chen.”

Bahwa menjaga rahasia leluhur ataupun moyang Keluarga Mo adalah tanggung jawab mereka.

Lebih baik bersikap seperti biasa, membiarkan semua orang berpendapat sesuka mereka, lalu membungkamnya sampai kalah telak saat waktu pembalasan tiba.

“Sekarang, aku harus memakai penutup mataku lagi,” ujar Mo Feng tenang.

Sembari mengeluarkan sebuah kain dengan tali yang agak panjang, dia mendelik ke sekitar untuk memastikan semuanya aman, baru memasang kain itu ke mata kanannya.

Penampilannya sekilas mirip bajak laut yang menutupi satu matanya karena alasan tertentu.

“Waktunya kembali.”

Ketika Mo Feng baru berjalan beberapa langkah, dia tiba-tiba teringat dengan perkataan Pak Tua Misterius sebelumnya.

“Kuil kosong di selatan ibukota? Apakah aku harus menemuinya?”

Meskipun Mo Feng ragu-ragu pada awalnya, tapi nyatanya dia tetap pergi ke kuil kosong tersebut keesokan harinya.

Bukan perkara mudah baginya pergi dari istana tanpa pengawasan. Utamanya adalah pengawasan yang diberikan oleh Paman Mo Chen-nya. Selain dia, tak ada yang mau mengawasinya.

Akan bagus kalau dia pergi dari istana dan mati di luar sana, karena itulah harapan orang-orang di sekelilingnya.

“Aku harus berhati-hati,” gumam Mo Feng pada dirinya sendiri.

Dengan mengenakan jubah bertudung warna hitam pekat, Mo Feng pergi ke sisi selatan ibukota sambil menunggang kuda. Keahlian menunggang kudanya sudah terlatih sangat baik sejak masih kanak-kanak.

Peran Paman Mo tetap yang paling besar dan berpengaruh!

“CHA!”

Mo Feng menghentakkan kakinya pada perut kuda, memacu kudanya melaju lebih cepat membelah keheningan hutan yang dia lewati kali ini.

Sejujurnya Mo Feng takut akan terjadi apa-apa dengannya.

Basis bela dirinya masih standar dan dia tak pernah sempat belajar kultivasi.

Selain karena tak memiliki guru, Paman Mo Chen juga tidak memiliki kemampuan kultivasi. Tak ada lagi yang mengajarinya.

Di samping itu, fakta bahwa semua orang benci tapi juga takut dekat dengannya, mengakibatkan tak pernah adanya guru dari beberapa sekte silat dan kultivasi yang mau menjadikannya murid.

Sungguh miris!

Kehidupan Mo Feng yang menyandang status sebagai seorang Pangeran Putra Mahkota itu nyatanya diperlakukan bagaikan wabah ataupun monster yang menakutkan!

Menakutkan pun, orang-orang tak pernah berhenti merundungnya!

Kehidupannya nelangsa dan menyakitkan!

“HYA!”

Mo Feng menarik tali kekang kudanya setelah tiba di sebuah pelataran kuil kosong tak terawat nan reyot yang ada di pinggir hutan sisi selatan ibukota ini.

Dengan alis berkerut, Mo Feng mengamati baik-baik penampakan kuil tersebut.

“Apa ini kuil yang dimaksud Pak Tua itu?”

Mo Feng turun dari kudanya. Dia mengikat tali kekang kudanya ke pagar kuil, sebelum akhirnya masuk ke dalam kuil yang tampak usang tersebut.

“Pak Tua!”

Tidak ada jawaban. Bau debu yang menyengat, masuk ke hidungnya dengan sangat mengganggu. Bahkan Mo Feng harus berkali-kali mengibaskan tangannya supaya debu-debu itu menyingkir.

“Tidak mungkin ada manusia yang tinggal di tempat seperti ini!” pikir Mo Feng, mulai meragu dan berprasangka kalau Pak Tua itu membohonginya.

Tepat ketika Mo Feng mulai melangkah lebih jauh ke dalam ruangan di kuil tersebut, tiba-tiba saja sebuah serangan datang dari arah belakang dan samping kanan kirinya!

‘SWOOSSHH!’

Mo Feng yang melihat serangan itu di arahkan oleh tiga orang dengan penampilan serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pedang yang menjadi senjata mereka, buru-buru menghindar!

“HYA!”

“Huh!”

‘SHRINKKK!!!’

Tiga pedang yang dihunuskan kepadanya itu menghujam dengan serempak.

Mo Feng tidak ragu untuk melompat dan menginjak setiap ujung pedang yang saling menyentuh dengan titik serang yang sama.

Dia kemudian berputar, sebelum akhirnya melenting dan terbang keluar untuk menghindari serangan lainnya.

“Ilmu bela diriku tidak terlalu bagus. Dihadapkan mereka yang tampaknya memiliki kemampuan bela diri tinggi, aku benar-benar dalam bahaya! Pak Tua itu berbohong padaku!”

Mo Feng benar-benar kecewa dan marah karena hal ini. Dia pikir, Pak Tua itu bisa dipercaya karena kata-katanya sesuai dengan realita kenyataan yang dihadapinya.

Tapi dilihat-lihat sekarang, semua itu tampak seperti omong kosong yang sengaja dia lakukan untuk membujuknya datang ke sini, menjauhkannya dari istana dan pengawasan Paman Mo Chen.

Demi ... membunuhnya!

“Ini rencana pembunuhan!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status