Home / Rumah Tangga / Pembalasan Rita / Chapter 3 Keinginan

Share

Chapter 3 Keinginan

last update Huling Na-update: 2022-07-02 17:25:53

Arka mematikan layar laptopnya saat bersamaan pintu kantornya terbuka muncullah sang ayah, Bisma.

“Tumben Ayah mampir, bukannya Ayah akan mempercayakan urusan kantor sepenuhnya kepada Arka?”

“Tentu saja. Ayah hanya penasaran kepada kamu membatalkan kepindahan ke kantor cabang?” tanya Bisma seraya mendudukkan diri di seberang meja sang anak.

“Kekasihku akan pindah ke sini, Yah.”

Bisma menyipitkan matanya. “Jangan main-main Arka. Ingatlah dia sudah menjadi istri orang.”

Arka menggeleng cepat dan yakin disertai seringai lebar di wajahnya. “Tidak akan lama lagi, dia akan menjadi janda.”

“Bagaimana kamu bisa seyakin itu?”

“Ayah masih ingat bukan saat aku bersumpah akan merebutnya dari Apri jika pria itu melukainya?”

“Iya. Kamu mengatakan dengan sangat yakin saat itu. Tapi itu kan saat kalian bahkan baru lulus kuliah. Ingat Arka, Apri itu sahabatmu.”

“Justru karena dia sahabatku dan merebut wanita yang aku sukai maka dari itu aku tidak akan tinggal diam. Dia melukai, Ritaku.”

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Tidak ada. Waktu yang akan melakukan semuanya. Aku yakin Rita tidak akan sebodoh itu bertahan di sini Apri setelah mengetahui kenyataan yang ada.”

“Apa kamu menjebak Apri?” tanya Bisma dengan nada resah. Ia sangat tahu jika putranya ini bisa melakukan segala cara paling licik sekalipun untuk mewujudkan keinginannya.

“Tidak perlu, Yah. Sikap tidak setia Apri sendiri yang akan membuat Rita berpaling kepadaku.”

“Astaga, kamu sudah memperhitungkan semuanya?”

“Aku harus mengambil peluang bukan? Tanpaku, Rita juga tidak mungkin akan bekerja di kantor cabang.”

Bisma hanya mengangguk menanggapi ucapan sang anak. Bagaimanapun dirinya juga tahu jika sang anak sudah mencintai Rita sejak masih belia. “Ayah hanya bisa menasehatimu untuk berhati-hati. Ayah juga tahu Apri orang yang seperti apa. Dia pasti tidak akan mudah melepaskan Rita begitu saja, bagaimanapun tabiatnya diluaran sana.”

“Ayah tidak perlu khawatir tentang itu.”

Bisma bangun dan berjalan ke pintu, namun sebelum ia membuka pintu ruangan itu ia kembali bertanya kepada Arka, “Bagaimana jika Rita tahu yang sebenarnya jika selama ini kamulah atasannya?”

“Kaget mungkin. Tapi Arka yakin dia pasti bisa menerima semuanya.”

“Jangan lupa kamu juga berhutang maaf kepadanya.”

“Tentu Ayah. Aku masih sangat mengingatnya. Sebentar lagi dia datang dengan om Anton.”

“Ada rapat?”

“Tidak ada. Aku hanya mencari alasan supaya dia bisa ke sini saat suaminya membawa madunya ke rumah.”

“Apa maksudmu?”

“Apri membawa madunya ke rumah ibunya dan akan memperkenalkan kepada Rita.”

“Apakah dia tahu jika suaminya membawa madunya?”

“Tidak Ayah. Itu sebabnya aku bilang Rita tidak akan lagi mau bertahan di samping Apri aku sangat yakin.”

“Ayah tidak menyangka jika Apri akan setega itu,” ujar Bisma dengan tatapan tidak percaya ke arah Arka, “Yusuf sahabatku yang setia bisa bangkit dari kuburnya jika tahu apa yang diperbuat anaknya.”

Arka menghela napas panjang. “Perlu Ayah ketahui. Tidak semua buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya.”

“Aku penasaran dengan Rakmi?”

Arka mendengkus jijik. “Wanita tua itu tentu saja akan membela anak kesayangannya.”

“Kenapa begitu?” tanya Bisma dengan penasaran dan kembali menghempaskan tubuhnya yang masih gagah itu di kursi semula.

“Dari dulu dia tidak menyukai Rita karena rasa tidak sukanya terhadap tante Daya. Wanita itu sungguh tidak bisa memilah urusan pribadi dan juga urusan anak-anaknya. Ditambah lagi Rita tak juga memberikan dia cucu. Lengkap sudah.”

“Wanita itu ternyata masih sama jahat dan Ayah yakin, judesnya pasti sama.”

“Yang terpenting Ayah dan Bunda bisa menerima Rita sebagai pendampingku nantinya.”

“Seperti yakin saja jika dia mau menerimamu,” cibir Erni, ibu Arka dari ambang pintu, “wanita pujaanmu sudah datang tapi masih di lobi.”

“Bunda, sudah bertemu dengannya?”

“Bunda melihatnya tetapi dia tidak melihat Bunda.”

“Ayo cepat kita berangkat sama-sama.”

“Ke mana?” tanya Bisma dengan kebingungan.

“Makan malam dengan calon menantumu,” jawab Erni.

“Erni, jangan keterlaluan. Anak itu masih menjadi istri seseorang.”

“Iya, iya. Seorang yang bahkan tidak bisa menjaga perasaan wanitanya. Tidak perlu diperpanjang lagi. Aku berdoa anak itu segera bercerai dan bisa bersatu dengan anak kita. Terdengar jahat aku ya? Pede pula. Biarlah.” Erni bertanya dan menjawab sendiri kata-katanya yang mendapat balasan satu alis terangkat dari suaminya. Erni mengedikkan bahu dan keluar lebih dahulu disusul suami dan anaknya.

“Lama sekali kalian. Aku sudah ingin pulang bertemu keluargaku,” sungut Anton kepada mereka bertiga begitu bertemu di depan lift.

“Kami sudah di sini jangan cemberut begitu,” tukas Erni dengan menepuk bahu adiknya itu.

“Aku pun sudah lapar. Kamu ikut dengan kami atau tidak?” tanya Bisma.

Anton menggeleng. “Tidak. Istriku sudah memasak di rumah. Aku pulang kalau begitu.”

Sementara itu di lobi kantor. Beberapa kali Rita sudah melirik jam pada ponselnya karena wanita cantik itu tak pernah sekalipun menggunakan jam tangan ataupun perhiasan apapun. Bukannya tidak suka, hanya saja suaminya tidak suka jika ia berhias diri. Dadanya bergemuruh keras sejak Anton meninggalkan dirinya di lobi. Kata atasannya itu ingin menemui bos mereka dulu.

Rita tersenyum begitu melihat Anton berjalan ke arahnya. “Bagaimana Pak? Apa yang harus saya lakukan?” Rita sudah setengah mati penasaran. Biasanya mereka akan mengantarnya ke penginapan yang sudah disediakan kantor bukannya ke kantor pusat diluar jam kerja seperti ini.

“Makan malam,” jawab Anton singkat sebelum kembali menambahkan, “tapi saya nggak bisa ikut. Kamu pergi dengan pimpinan.”

Rita terbelalak. “Apa yang harus saya lakukan?!” tanyanya panik. Ia sangat yakin dandanannya kali ini juga sudah tidak rapi ditambah perjalanan jauh dari kantor cabang ke kota.

Anton dengan serius menatapnya. “Kamu masih segar saat saya melihatmu tadi pagi, jadi tidak perlu panik seperti itu. Mungkin kamu bisa ke toilet dulu untuk memoles lipstick atau lipglos apapun itu namanya.”

Rita menghela napas panjang penuh kelegaan saat Anton dengan gambang mengutarakan itu semua. “Bapak, tunggu ya. Saya ke toilet dulu sebentar.”

Anton tidak menyahut, ia pun pergi saat Rita sudah menghilang dibalik koridor yang menuju toilet.

“Mana dia, Om?” tanya Arka dengan celingukan mencari keberadaan Rita.

“Di toilet,” jawab Anton singkat seraya menghentikan langkahnya. Ia sudah sangat rindu kepada istri dan kedua anaknya. Mereka sudah lebih dulu berada di kota sejak dua hari yang lalu selama itu dirinya tidak bertemu dan rindu itu harus segera terobati.

“Om, buru-buru banget sih?”

“Kamu ini tidak tahu saja orang sudah kangen rumah begini,” jawab Anton ketus dengan cemberut.

“Maklum, Ton. Lakik kelamaan jomlo ya begini mana tahu arti rindu,” sindir Bisma yang kemudian menyikut Arka.

“Ck … Arka hanya menjadi orang yang setia, bukan seperti suami wanita yang aku cinta,” balasnya membela diri.

“Iya, iya.”

“Kak Arka?” tanya Rita yang sudah berdiri di belakang Arka.

Seketika Arka seperti membeku di tempat sembari menduga-duga apakah kekasih hatinya itu mendengar kata-kata terakhirnya. Arka memejamkan mata seraya menghela napas cepat sebelum berbalik berhadapan dengan Rita.

“Iya Rita, saya atasanmu.”

Rita sendiri hanya bisa tertegun di tempatnya berdiri seraya menatap pria tampan yang dahulu kala telah menorehkan luka di hatinya itu dengan mulut setengah terbuka.

Tbc

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Rita    PEMBALASAN RITA

    Arka terdiam di dalam mobil saat sebuah mobil polisi berhenti di belakangnya. Dadanya bergemuruh hebat, ia sungguh yakin tidak ada seorangpun yang menghubungi polisi. Nathan juga tadi sudah tidur di kamar tamu. Sorot senter mengenai kaca mobil hingga membuat matanya silau. Arka berusaha mengangkat kedua tangannya guna menghalau sinar senter tersebut agar bisa melihat siapa orang yang berada di luar sana.Kunci pintu terbuka tiba-tiba secara otomatis bersamaan dengan pintu belakang mobilnya terbuka tiba-tiba dan sosok serba hitam menjerat lehernya dengan kabel ulir.Arka berusaha meronta dan menghalau kabel tersebut, menahan dengan tangannya seraya tangannya yang lain berusaha meraih sosok yang berada di belakang. Saat ia berusaha meloloskan diri, tak berselang lama terdengar suara tembakan dari belakang mobilnya. Orang yang memegang senter menyilaukan itu roboh dan suara langkah tergesa yang sangat dikenalnya mendekat ke arah mobilnya."Lepaskan jerat itu atau a

  • Pembalasan Rita    KEBAKARAN PANTI

    "Engh … engh … engh …!" Deru napas Ambro menggebu dengan geliat tubuh yang terbatas. Ambro tahu ada suara mendesis hewan melata tak jauh darinya.'Jangan biarkan ularnya dekat-dekat Ambro, Tuhan! Ambro takut digigit!'Kaki dan tangan anak itu dalam keadaan telanjang dan menggigil terikat di sebuah kursi dengan mulut pun juga terikat. Ia tak bisa berteriak karena juga tak tahu di mana kini berada. Hanya terdengar tetes suara air dari keran yang tak tertutup rapat dan suasana di sini senyap, gelap dan sangat dingin, serta badan pun terasa nyeri ditambah lagi ia haus dan lapar.Sejak ia sadarkan diri lima jam yang lalu, dirinya sendirian. Takut pasti, tapi bagaimana lagi. Ia tahu sang ibu dan saudara-saudaranya pasti tak ada di sini.'Tuhan, Ambro takut. Mamak mana, Tuhan? Ambro nggak mau mati. Kasihan Mamak.'Sementara itu di luar bangunan gudang terbengkalai itu. Narto duduk di bawah pohon menatap kosong ke arah langit malam. Ra

  • Pembalasan Rita    DOA AMBRO

    Pengintaian di beberapa titik dan rumah yang sering disinggahi oleh Narto masih tidak membuahkan hasil. Pria itu seperti tertelan bumi bersama dengan Ambro si bocah kecil."Bagaimana apa terlihat pergerakan di dalam rumah?" tanya Michael Alsaki pada anak buahnya."Tidak ada, Ndan. Sudah pasti anak itu dibawa pergi.""Geledah rumahnya.""Siap, laksanakan."🌺Arka duduk termenung di teras belakang rumah Daya. Malam semakin menua, seharian ini ia hanya di rumah menemani kekasih hati yang terguncang hebat. Selain Ambro yang belum diketahui keberadaannya, Arka juga harus menahan diri untuk mencari Narto yang sampai detik ini belum menghubungi entah apa maunya, sementara Entin dan anak-anaknya sekarang berkumpul di sini. Biarkanlah polisi yang bekerja walau hatinya tak tenang.Ingin ikut membantu pun, hati tak tega meninggalkan Rita dan Eshan yang sangat terpukul. Putranya tampak sangat kehilangan sang sahabat. Eshan mengurung diri di kama

  • Pembalasan Rita    AKHIR DARI RAKMI

    "Kamu tidak mengerti, tidak akan pernah bisa mengerti karena apa? Karena otakmu yang kecil itu hanya berisi tentang bule bangsat itu. Bisa-bisanya kamu masih memikirkan dia setelah jadi istriku. Kamu pikir aku nggak tahu, jika kamu sering menyebut namanya selama kita menyatu?! Hah!Jawab aku Rakmi! Kamu pikir aku nggak tahu kamu nggak pernah setia! Buktikan kalau aku salah. Aku yang sudah terzolimi di sini maka dari itu aku harus memiliki semuanya, aku sudah bekerja sangat keras untuk memajukan perkebunan ini. Dia hanya pemilik tanah. Kamu dengar itu Rakmi, laki-laki pujaanmu itu hanya pemilik tanah, aku akan hancurkan dia bahkan Daya dan anak keturunannya tidak akan mendapatkan apapun," tukas Yusuf Suhardiman."Mas, jangan begitu. Kasian dia, Mas.""Halah … sok aja kamu hanya mencoba menarik simpatinya saja. Dia tidak akan pernah berpaling kepadamu. Kalau bukan aku yang menikahi kamu, nggak ada orang yang mau sama kamu. Das

  • Pembalasan Rita    MATI DITANGANKU

    Satu hari sebelumnya"Aku mau kamu membawa pergi jauh Ambro. Jangan sampai Rita menemukan anak itu. Kalau perlu kamu matikan saja dia."Percakapan Rakmi yang membelakangi Apriyanto membuat pria itu yang awalnya melamun tentang penyesalan kedatangan Rita dan bagaimana akhir dari wanita yang dicintai malah berseteru dengan sang ibunda sadar dari lamunannya."Iya habisi saja dia. Seharusnya kamu sudah lakukan itu sejak dulu. Aku tidak mau punya cucu penerus dari rahim Rita.""Ibu apa maksudnya itu?" tanya Apriyanto yang kini duduk di bangku, "apa aku masih punya anak? Bukankah anakku sudah mati?""Iya anakmu sudah mati," jawab Rakmi tenang seraya menyimpan kembali ponselnya."Ibu bohong! Aku tahu anakku masih hidup. Maka dari itu aku akan membuat perjanjian dengan Rita.""Kamu sudah gila!" bentak Rakmi dengan mata melotot ke arah Apriyanto."Ibu yang gila," balas Apriyanto dengan gerakan."Lancang kamu Apri

  • Pembalasan Rita    PENCULIKAN

    Rita bersedekap duduk di kursi anyaman rotan yang berada di dalam kamar Arka. Pikirannya mengembara pada kejadian seharian kemarin yang sangat menguras fisik dan mentalnya sekaligus mengguncang batinnya dengan segala peristiwa yang terjadi. Perseteruan dengan Rakmi sampai pada pengakuan Yesi yang sudah ia perkirakan dan tetap membuat dirinya sangat kecewa serta berita baik yang membuktikan bahwa Ambro adalah buah hatinya dengan Apriyanto.Lalu kembalinya Arka dengan raut wajah letih walau terbalut dengan senyum tetapi hal itu tidak bisa menutupi kepekaan Rita, ia sudah berjanji untuk memberikan perhatian untuk pria tercintanya. Rita tak bisa tidur nyenyak, bahkan semalam ia hanya bisa memejamkan mata selama 3 jam setelah kembalinya Arka pada pukul 1 dini hari karena itulah pada jam 4 pagi ini ia duduk menyendiri di kamar Arka."Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Kamu nggak tidur?" Suara serak Arka, ciri khas bangun tidurnya memenuhi malam yang hening.Rita y

  • Pembalasan Rita    RUMAH DAYA

    "Jika kamu memang masih ingin membantu Yesi dan anak-anaknya, tolong jauhkan mereka dari cucuku. Mama nggak mau sampai Eshan terpengaruh omongan yang tidak-tidak. Bagaimanapun ada gen Rakmi di tubuh mereka," tegur Daya begitu Rita selesai menemani Eshan tidur siang.“Cucuku masih sangat polos untuk direcoki urusan orang dewasa. Sebaiknya kamu pindahkan mereka atau Mama yang mencarikan tempat tinggal lainnya,” tambah Daya.Rita melirik ke arah dapur tempat Yesi berada sedang bercengkrama dengan Eli dan pengurus rumah tangga sebelum meraih tangan Daya dan mengajaknya masuk ke kamar mamanya.“Ma, sebelum Rita menjawab hal itu sebetulnya ada apa? Kenapa Mama meminta kami ke sini?”“Janu yang menyuruh.”“Abang Janu? Kenapa?”“Kamu tahu tidak di mana Arka?”“Sedang meninjau gudang yang terbakar bersama Abang Kenzo.”“Itulah sebabnya, Janu meminta kalian ke

  • Pembalasan Rita    KUMPUL KEBO

    "Brengsek! Bisa-bisanya Apri menuduhku sengaja kecelakaan. Otaknya memang sudah tidak beres," sungut Rita dalam perjalanan pulang dengan Erwin.Erwin tak mengucapkan sepatah katapun melihat sendiri kondisi Apriyanto memang bisa dikatakan demikian. Bisa jadi pria itu memang sudah mengalami depresi mendalam. Apalagi ada ibunya tadi datang, Apri sempat mematung tidak percaya jika sang ibu akan kembali berhadapan dengan Rita dan juga Rita yang ia ketahui selama ini sebagai wanita pengalah bisa begitu berani membalas Rakmi.“Apa yang akan kamu lakukan pada mertuamu itu?”“Kami masih mengumpulkan bukti dan sepertinya nanti Mama dan Abang yang akan turun tangan langsung.”Erwin mengangguk. “Ya, sebaiknya kamu berkonsentrasi dulu untuk masalah perceraian dan anak. Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan si Arka?”Rita mendesah dan menunjukkan raut wajah bersalah. “Jujur aku sampai lupa waktu membangun kemesraan denganny

  • Pembalasan Rita    TAK ADA BEDA

    Deru napas semakin memburu, kedua tangan mengepal erat di samping tubuh."Siapa kaki tanganmu?" tanya Rita, dingin sedikit bergetar karena emosi yang semakin membumbung tinggi, sementara batinnya tidak karuan."Kaki tanganku? Yang menyingkirkan anakmu atau calon suamimu dulu?" balas Apriyanto tak kalah datar dan dingin.'Anak?!'Punggung Rita sudah lembab bukan gerah tetapi karena keringat dingin yang mengalir. Matanya melotot tajam terlihat jelas kecewa, sakit hati dan amarah hingga titik peluh menghiasi wajahnya."Jadi kamu tahu siapa yang menabrakku sampai anakku mati, hah?!"Gelegar tawa membahana dari kamar khusus di mana Apriyanto ditempatkan. Apriyanto yang awalnya memunggungi Rita segera berbalik tapi tidak beranjak dari tempatnya duduk bersila di atas ranjang.Seraya menunjuk ke arah Rita, ia berkata, "Kamu yang ceroboh sampai bisa tertabrak! Kamu yang sok mandiri supaya mendapatkan perhatian lebih dari ibuku, sengaja melakuk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status