Clara heran melihat Adrian yang bengong.
Dia pun melambaikan tangannya ke kiri dan kanan di depan wajah Adrian."Hei! Adrian? Kamu kenapa?"Adrian yang terkesiap pun kembali sadar.Matanya mengerjap beberapa kali sebelum tersadar sepenuhnya.Rupanya tadi dia melamun dan membayangkan saat memeluk dan mencium Clara.Wajahnya pun memerah karena mengingat itu.Seandainya dia punya keberanian untuk melakukannya.Tapi Adrian takut Clara akan marah atau malah menamparnya.Dia tidak ingin wanita cantik di hadapannya ini membencinya karena hal sepele.'Semoga saja dia tidak berpikir yang aneh tentangku!' pinta Adrian dalam hati."Ma-maaf, Clara. Terima kasih sudah mendukungku!" ucapnya gugup dengan mengalihkan pandangan ke arah lain sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Oh, oke. Aku masuk dulu," ujar Clara dengan ekspresi yang kembali datar.Adrian pun menghembuskan napas lega karena hampir saja membuatnya malu.Dia menatap tubuh belakang Clara sampai menghilang di balik pintu kamarnya.Adrian sangat berharap suatu saat nanti mereka bisa lebih akrab lagi dan Adrian benar-benar bisa memeluk istrinya itu dalam keadaan sadar."Kapan kamu bisa menerimaku?" desahnya pelan.Tak ingin larut dalam keadaan, Adrian memutuskan untuk segera turun karena siang sudah hampir beranjak pergi menuju sore, dia pun kembali melakukan rutinitasnya seperti biasa untuk merawat tanaman yang ada di sekeliling rumah itu.Sementara itu dari lantai atas, Clara memperhatikan Adrian dari balik jendela kamarnya.Malamnya…Setelah makan malam dan beristirahat sebentar.Baron pun memanggil Clara untuk mengajaknya bicara tentang perusahaan miliknya."Ada apa, Pa?" tanya anak perempuan satu-satunya itu."Ada yang ingin Papa minta darimu. Kamu tahu kan sekarang perusahaan Papa sedang dalam proses kembali ke awal, Papa ingin kamu bekerja di perusahaan untuk membantu Papa. Bagaimana?" ungkapnya dengan mimik wajah yang serius.Setelah seharian memperbaiki dan menyusun ulang agenda perusahaan, membuat Baron berpikir untuk meminta bantuan Clara."Maksudnya aku bekerja bersama Papa?" tanya wanita bermata coklat terang itu memastikan lagi."Iya benar, Nak. Kamu bisa kan? Papa butuh orang yang bisa dipercaya untuk mengelola perusahaan kita," jelasnya lagi.Clara pun tampak berpikir sejenak, lalu mengatakan jawabannya dengan yakin."Baiklah, Pa. Clara mau ikut Papa mengurus perusahaan. Lagipula Clara juga bosan di rumah terus seharian," jawabnya dengan tersenyum.Mendengar itu wajah Baron langsung berbinar senang dengan mata yang lebar."Benarkah? Apa kamu yakin, Nak? Papa tidak memaksamu loh! Ini hanya pertanyaan biasa dan kesukarelaan dari hatimu saja," ucap Baron merasa senang.Tapi walaupun Clara tidak mau, dia tidak akan memaksa putrinya untuk mengikuti kemauannya."Iya benar sekali, Pa!" jawabannya dengan bersemangat.Besok paginya…Clara terlihat memakai pakaian yang rapi dengan memadukan blouse berwarna peach dengan rok berwarna coklat muda lengkap dengan blazer berwarna putih susu, sangat cocok di tubuhnya.Setelah sarapan bersama, Clara pun segera bersiap untuk pergi ke kantor."Mama senang kamu bisa bekerja bersama Papamu, setidaknya kamu bisa ada kegiatan lagi setelah sekian lama," ujar Cindy sambil menyiapkan tas kerja suaminya."Iya, Ma. Clara juga senang bisa bekerja lagi. Semoga Clara bisa membuat Papa bangga nanti," ucapnya sedikit was-was."Tentu saja! Kamu kan cantik dan pintar. Klien dan investor pasti akan dengan senang hati datang ke perusahaan kita! Hahaha!" tawa Cindy renyah.Dia memang selalu membanggakan anaknya yang cantik itu pada semua orang, sayang nasibnya kurang beruntung."Semoga saja, Ma!" jawabnya pelan.Baron yang sudah siap pun menghampiri mereka."Hari ini kamu berangkat sendiri ya? Kamu bisa pakai mobil lama Papa!" ucapnya tiba-tiba."Oke, Pa. Papa duluan saja ya? Clara mau mampir dulu ke suatu tempat,"Mendengar itu, Cindy pun langsung melayangkan protes."Loh? Kenapa tidak bareng dengan Papa saja?" Cindy merasa keberatan.Apalagi mereka hanya punya dua mobil di rumah ini setelah Baron membeli yang baru kemarin."Mama kalau pergi keluar naik taksi saja ya! Biarlah Clara memakai mobil sendiri. Itu akan terlihat bagus untuknya! Mama jangan protes!" ucap Baron santai.Cindy pun memanyunkan bibirnya mendengar itu.Dia jadi tidak bisa memamerkan mobil baru mereka pada teman-teman arisannya nanti."Iya! Mama tahu!" jawabnya bersungut-sungut.Clara hanya menggelengkan kepala melihat tingkah orang tuanya."Ya sudah Papa pergi dulu!"Baron pun melangkah ke depan pintu, dan Cindy pun mengantar suaminya.Tak lama setelah itu Adrian pun turun dari kamarnya.Clara sempat terkesima melihat penampilan Adrian hari ini.Dia terlihat jauh lebih rapi dari hari-hari sebelumnya.Adrian memakai kemeja biru tua dengan celana kain hitam lengkap dengan sepatu yang mengkilap.Dia terlihat lebih gagah dan tampan dari biasanya.Clara sampai tidak berkedip saat melihat Adrian berjalan ke arahnya."Pagi, Clara. Hari ini adalah hari pertamaku. Doakan lancar ya?" ucap Adrian penuh harap.Meskipun dia tidak yakin Clara mau peduli padanya tapi dia tetap akan berusaha menarik perhatian dan simpati istrinya itu."I-iya!" jawab Clara sedikit terbata.Dia mencoba mengalihkan rasa kagumnya dengan merapikan rambutnya yang tergerai sebahu."Kalau begitu aku pergi dulu!" ucap Adrian pamit."Hmm, apa kamu naik taksi?" tanya Clara ragu.Adrian pun menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah Clara."Iya, benar. Ada apa?" tanya Adrian heran."Ikutlah denganku. Hari ini aku bekerja di perusahaan Papa, jadi sekalian saja kita berangkat bareng. Nanti kamu yang bawa mobil karena lokasinya lebih dekat ke tempatmu bekerja," jelasnya sambil bangkit berdiri.Adrian tentu terkejut mendengar itu, pantas saja pagi ini Clara terlihat lebih cantik dari biasanya.Rasanya Adrian sedikit cemburu melihat istrinya itu nanti ditatap oleh banyak orang.Adrian merasa tidak rela!."Benarkah? Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Adrian berani."Papa yang memintaku. Ayo, nanti terlambat!"Clara pun berjalan lebih dulu melewati Adrian yang masih bengong dan mencerna ucapan Clara barusan.'Seharusnya aku tidak membiarkanmu bekerja!' batin Adrian protes.Tapi dia tidak mungkin tiba-tiba marah dan meminta Baron membatalkan rencananya, dia akan mencari cara nanti.Adrian pun bergegas keluar sebelum Clara menunggunya."Loh? Mau kemana kamu?!" tanya Cindy dengan mata melebar."Adrian mulai hari ini sudah bekerja, Nyonya. Bukankah semalam sudah saya beritahu?" tutur Adrian tetap sopan.Cindy tentu tidak terima, "Lalu bagaimana dengan pekerjaan di rumah ini?! Siapa yang akan menggantikanmu? Enak saja! Jangan bertingkah sesukamu ya?!" ucapnya ketus."Tapi, Nyonya. Saya kan-""Ma, biarkan Adrian bekerja. Nanti minta Pak Mario untuk melakukannya," bela Clara.Cindy mencebikkan bibirnya kesal mendengar putrinya yang terus membela suaminya."Kamu kenapa masih berdiri di situ? Kenapa belum pergi juga nanti terlambat!""Clara pergi bersama Adrian, Ma!" jawabnya singkat."Apa?! Enak benar! Biar dia pergi sendiri naik ojek atau taksi! Mama tidak mau dia membuat kamu malu!" pekiknya tidak suka."Ma, sudahlah tidak apa-apa. Lagipula kami juga searah. Ayo, Adrian!"Adrian pun langsung menerima kunci yang disodorkan Clara dan mereka pun masuk ke dalam mobil.Meskipun begitu, Cindy tidak lagi dapat mencegah mereka dan membiarkan Clara pergi bersama Adrian kali ini.Dia akan mengadu pada suaminya nanti."Awas kamu ya!"Selama perjalanan mereka berdua hanya diam dan terlihat canggung.Ini kali pertama bagi Adrian bisa satu mobil bersama istrinya.Biasanya Clara selalu pergi sendiri atau bersama Cindy.Dia tidak pernah punya kesempatan untuk bersama istrinya.Adrian memiliki ide untuk mengajak istrinya itu bicara.Apalagi saat ini mereka masih memakai mobil mertuanya, itu artinya mobil pinjaman, Adrian merasa bersalah dalam hal ini."Hmm, Clara. Aku janji akan membelikan mobil baru untukmu nanti!" ucapnya tiba-tiba."A-apa?!" jawab Clara tidak percaya.Clara pun menggelengkan kepalanya karena terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia merasa Adrian terlalu berambisi untuk membuktikan ucapannya."Adrian, kamu kerja saja dulu dengan baik dan benar. Gunakanlah kesempatan yang Papa dan Mama berikan untukmu! Tidak perlu memikirkan soal aku, kamu paham kan?" ucap Clara dengan ekspresi yang tidak terbaca.Adrian pun mengatupkan mulutnya karena tidak menyangka Clara akan mengucapkan hal itu.Ternyata istrinya itu belum bisa menerima dia sepenuhnya.Sikap baik Clara padanya memang karena sifat gadis itu yang baik, bukan karena simpati padanya.Andrian pun juga merasa ini terlalu cepat dan mungkin bisa membuat mereka semua terkejut, jadi dia akan pelan-pelan bergerak.Karena tidak mungkin juga Adrian langsung membeli mobil ataupun menunjukkan kalau mempunyai uang, sedangkan dia baru saja bekerja.Adrian pun tetap memasang senyuman manisnya."Iya, aku minta maaf. Maksudnya aku akan membelikanmu mobil setelah aku bekerja keras dan men
Adrian pun terkejut dan juga bingung harus berbuat apa."Dari mana kamu tahu tentang hal itu?" tanya Adrian memberanikan diri.Lalu Gio pun tersenyum jahat dan mengatakan hal yang membuat Adrian semakin terperanjat."Tentu saja aku tahu! Karena mantan dari istrimu itu adalah temanku! Daniel, mantan tunangan Clara adalah temanku! Dia yang memberitahuku hal itu!" jelasnya dengan gaya yang angkuh.Iya, tentu saja Andrian tidak bisa menebak hal itu.Jadi dia benar-benar merasa kecolongan.Adrian pun mengatupkan rahangnya karena kesal. Seharusnya dari awal dia tidak melayani pria di hadapannya ini yang bermulut besar.Bayu pun tidak mau kalah dan berkata, "Oh, jadi ini orangnya? Kenapa Clara bisa menikah dengannya? Seleranya benar-benar sungguh rendah!" lagi-lagi pria itu menghina Adrian.Bimo yang tidak tahan melihat mereka pun berusaha untuk membuat suasana menjadi lebih baik."Sudahlah! Untuk apa diperdebatkan. Itu kan masalah pribadi, kita tidak perlu ikut campur! Sekarang ini kita ada
Gio pun memutar otak untuk mencari cara, bagaimana membuat Adrian menderita."Hmm, aku rasa mulai dari hal kecil dulu!" gumamnya tersenyum culas.Gio bukannya sibuk bekerja tapi malah sibuk memikirkan orang lain.Benar-benar tidak patut ditiru!.Lalu Gio pun melihat Bimo dan Adrian yang sedang berada di salah satu sudut ruangan.Di mana Bimo sedang memperkenalkan apa-apa saja bagian yang ada di tempat kerja mereka.Mereka berdua terlihat sangat serius sekali, jadi Gio akan menggunakan kesempatan ini untuk melancarkan aksinya.Gio pun menatap sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya saat ini.Gio mulai dari hal yang kecil dulu, dia mengambil sesuatu dari dalam laci dan dengan cepat memasukkan ke dalam saku celananya."Nah, setelah ini aku yakin kamu pasti akan dibenci banyak orang!" gumamnya seorang diri.Sudah selesai melakukan itu, dia pun kembali untuk fokus bekerja.Siangnya…Jam makan siang selesai, semua karyawan pun kembali memulai aktivitas mereka.
Flashback sebelumnya…Adrian baru saja masuk ke dalam kamarnya.Sementara itu Clara juga sampai di rumah.Dia memutuskan pulang lebih dulu dari Papanya. Dia ijin untuk pulang lebih cepat karena ingin pergi ke suatu tempat.Lagipula belum banyak yang dia lakukan saat ini karena masih dalam tahap pengenalan dengan perusahaan.Clara menenteng dua kantor paper bag.Dia baru saja belanja sesuatu.Cindy yang baru saja masuk ke rumah setelah dari taman belakang, melihat dengan antusias saat ada yang dibawa putrinya, langsung penasaran dengan isinya."Apa ini, Sayang? Kamu habis belanja baju?" tebaknya benar dengan mata berbinar."Iya, Ma. Tapi ini bukan untukku. Ini untuk Adrian," jawabnya sedikit pelan."Apa?! Untuk apa kamu membelikan tukang kebun itu baju?!" pekiknya tidak terima.Cindy merebut paper bag itu dari tangan Clara dan membukanya.Ada beberapa pasang pakaian kemeja dan lainnya."Apa ini, Clara? Kamu sudah mulai simpati padanya? Dia bahkan belum memberimu apapun!" Cindy melempa
Adrian berulang kali mematut diri di depan cermin.Dia ingin memastikan kalau semuanya sudah rapi dan pantas.Dia tersenyum seorang diri dan mendesah pelan."Aku jadi bersemangat untuk bekerja!" ucapnya yakin.Dia memakai baju dan semua pemberian dari Clara tadi malam.Adrian terlihat sangat tampan dan gagah.Setelah selesai bersiap, Adrian pun turun dan melihat semua keluarga istrinya sedang sarapan di meja makan.Lalu Adrian turun dari tangga dan berjalan ke arah mereka.Sontak saja Baron, Cindy dan juga Clara membelalakan mata dan melongo melihat penampilan Adrian hari ini.Adrian memilih memakai kemeja lengan panjang berwarna navy dan celana abu tua, lengkap dengan sepatu yang mengkilap.Clara bahkan sampai tidak berkedip sama sekali saat menatap Adrian yang rapi, tampan dan juga gagah secara keseluruhan. Bahkan Adrian juga merapikan jambang tipis miliknya itu. Benar-benar sangat berbeda dari penampilan A
Gio melihat sekeliling untuk memastikan sekali lagi kalau tidak ada yang mendengar dia bicara."Dia berhasil menjual tiga unit mobil hari ini! Bayangkan saja, dia baru bekerja dua hari! Aku tidak percaya dia begitu hebat melobi pelanggan," ungkapnya dengan perasaan dongkol.["Wah, benarkah? Dia benar-benar akan jadi pesaing terberatmu! Lalu kenapa rencanamu kemarin bisa gagal?! Kenapa tidak buat dia langsung dipecat saja dari sana! Dengan begitu kita berdua sama-sama untung!" Daniel juga sama menggebunya dengan Gio.]Bibir Gio berdecak mendengar itu. Membuatnya kembali teringat rencana kemarin yang tidak berpengaruh sama sekali pada Adrian."Aku akan memikirkannya nanti! Kau enak tinggal bicara! Sedangkan aku harus berbuat semuanya sendirian di sini!" ujarnya menggerutu.Daniel yang sedang menghisap rokok, lalu membuangnya karena kesal mendengar Gio bicara seperti itu.["Aku belum ada waktu saat ini. Tunggu saat yang tepat aku akan datang dan membuatnya malu! Lihat saja nanti!" ucapny
Pria yang menguping pembicaraan Baron tadi tak lain adalah keponakannya sendiri yaitu Ronald.Ternyata dia juga berada di sana, duduk bersama rekan bisnis yang lain, tepat bersebelahan dengan meja Baron, tapi entah kenapa pria itu tidak menyadari kalau Ronald juga ada di sana.Itu karena dia terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya lepas dari cengkraman pertanyaan teman-temannya itu, sehingga melupakan keberadaan Ronald.'Oh, jadi begitu ya?' batin Ronald penasaran.Dia tersenyum penuh arti.Setelah selesai menghadiri pertemuan di hotel itu, Ronald yang memang menjabat sebagai Ceo perusahaan Papanya tentu bebas untuk pergi ke manapun.Meskipun masih saat di jam kerja.Bos, jadi bisa sesuka hati!.Lalu pria dengan tubuh tinggi tegap dan juga atletis itu segera melajukan mobil miliknya yang berwarna putih itu keluar dari parkiran hotel.Dia pun berniat untuk mencari tahu sendiri apa maksud dari ucapan Baron, karena dia begitu penasaran.Apalagi dia juga tidak tahu kalau Adrian ternyat
Adrian pun memohon maaf pada calon pembeli tadi dan mengajak Ronald bicara sedikit menjauh dari orang-orang.Setelah situasinya sudah aman, barulah Adrian berani buka mulut."Apa maksudmu bicara seperti itu, Kak Ron?" tanya Adrian penasaran.'Apa dia sudah tahu tentang siapa aku sebenarnya?!' batin Adrian cemas.Karena dia tahu kalau sepupu istrinya itu bukan orang sembarangan di kota ini. Mungkin saja Ronald mencari tahu tentang dirinya selama ini.Adrian tidak pernah tahu secara detail seperti apa sosok Ronald, karena jarang sekali dia bertemu dengan keluarga istrinya, jadi dia berharap kalau dugaannya ini salah.Dia benar-benar bingung sekarang.Ronald pun tersenyum penuh kesombongan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya."Pfffttttt! Hahaha!" tawanya langsung pecah.Adrian menautkan keningnya melihat Ronald yang tiba-tiba tertawa."Ada apa, Kak? Kenapa kamu tertawa? Memangn