Beranda / Romansa / Pembalasan Termanis Sang Penguasa / 3. Apa Aku Perlu Membuktikannya?

Share

3. Apa Aku Perlu Membuktikannya?

Penulis: Marrygoldie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-26 11:04:32

Seharusnya Leon mengendalikan situasi. Menggoda Natasha dengan ciuman dan sentuhannya. Tapi sialnya Leon tidak memprediksi reaksi tubuhnya. Pria itu jadi begitu menginginkan Natasha. Gairah liar yang muncul dalam tubuhnya membuat tubuh bagian bawahnya mulai mendesak.

Namun sebelum Leon melanjutkan cumbuannya, Natasha mendorongnya. Sehingga ciuman mereka terlepas. Wanita itu melayangkan tamparan ke pipi kiri Leon dengan begitu keras. Membuat pria itu bisa merasakan pipinya berdenyut panas karena tamparan Natasha.

“Apakah bagimu sangat menyenangkan memainkan permainan ini?” geram Natasha.

Leon tersenyum sinis. Kemudian dia menoleh melihat Natasha. Pria itu hendak membalas ucapan Natasha. Tapi seketika kerongkongannya kering saat tatapannya tertuju pada mata Natasha. Pasalnya mata hijau wanita itu diselimuti air mata. 

“Sangat menyenangkan. Bukankah kau dulu juga sangat suka permainan ‘menyakiti orang lain dengan kata-kata’? Sedangkan aku, lebih suka tindakan daripada kata-kata.” Leon berusaha tidak mempedulikan air mata wanita itu.

“Aku katakan padamu, Bocah balon. Aku bukanlah barang yang bisa kau miliki saat kau menginginkannya. Karena itu jangan lagi menganggap aku adalah milikmu.” Natasha mengepalkan kedua tangannya berusaha mengendalikan emosinya. Wanita itu tidak pernah sekacau ini. Biasanya dia bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Tapi berhadapan dengan Leon, seakan kemampuannya lenyap.

“Bagaimana jika aku tidak mau? Apa yang akan kau lakukan, Natasha?” tantang Leon.

“Aku akan melaporkanmu atas tuduhan pelecehan. Aku tidak akan segan, Bocah balon. Kamu sudah menancapkan cakarmu di punggung singa betina, maka kau akan tahu akibatnya.” Ancam Natasha dengan suara dingin.

“Singa betina? Aku suka dengan perumpamaan itu, Natasha. Kau memang cocok mendapatkan julukan singa betina. Mulut menyembunyikan taring yang sangat berbahaya. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya bercinta denganmu di atas ranjang. Apakah kau juga akan liar saat aku mencumbumu?”

“Kau…” 

Natasha melayangkan tangannya untuk menampar Leon kembali. Namun kali ini Leon berhasil menahan tangan wanita itu.

“Kau bisa menamparku satu kali, tapi tidak untuk kedua kalinya, Natasha.”

“Lepaskan tanganku.” Natasha meronta berusaha membebaskan tangannya dari cengkraman Leon.

“Memohonlah padaku. Aku akan melepaskan tanganmu.”

“Tidak akan.” Natasha melayangkan tatapan tajamnya kearah Leon.

“Mana mungkin wanita dengan harga diri tinggi mau memohon pada orang lain. Benar bukan, Natasha? Tapi apa kau tahu, aku tidak masalah jika harus menggenggam tanganmu semalaman. Aku bahkan berpikir akan menarikmu pergi ke rumahku. Apa kau tahu apa yang kupikirkan, Natasha?”

“Aku tidak peduli dan tidak mau tahu. Aku akan berteriak meminta tolong agar polisi datang menangkapmu.”

“Laporkan saja. Aku yakin mereka akan takut padaku.” 

“Apa kau sedang mencoba menggertakku? Kau pikir aku anak kecil yang akan percaya pada kata-katamu?” ucap Natasha tidak percaya.

“Apa aku perlu membuktikannya?”

Natasha terdiam. Dia tidak ingin membuat masalah ini menjadi besar. Wanita itu hanya ingin terlepas dari Leon. 

“Aku… aku mohon lepaskan tanganku.” Natasha membuat muka merasa harga dirinya jatuh dari tempat yang tinggi.

“Kau belum menyebutkan namaku. Apakah kau tidak pernah diajari memohon dengan benar?”

Wanita itu memejamkan matanya menahan amarah dalam dirinya. Dia ingin kabur dari Leon secepat mungkin. Akhirnya dia membuka matanya dan bersiap melakukan sesuatu yang sangat tidak disukainya.

“Aku mohon lepaskan tanganku, Leon.”

“Itu baru anak baik.” Sesuai dengan janjinya, Leon melepaskan tangannya.

Segera Natasha melangkah pergi meninggalkan Leon. Dia membuka pintu area toilet.

“Sampai jumpa besok, Moy lev.

Natasha tidak peduli dengan ucapan Leon. Dia bahkan tidak peduli dengan panggilan khusus yang diucapkan Leon. Moy lev memiliki artinya ‘Singaku’. Sepertinya Leon sudah menentukan panggilan khusus untuk wanita itu.

* * * * *

Mobil Viktor berhenti di depan gedung apartemen Natasha. Dia melihat tunangannya jauh lebih pendiam setelah Leon mengacaukan acara makan malam mereka. Viktor yakin ada sesuatu di antara Natasha dan Leon. Tapi seperti yang dikenalnya, Natasha sangat tertutup. Membuat Viktor tidak bisa mengetahui lebih banyak lagi.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Viktor.

“Tentu saja.”

“Soal laki-laki bernama Leon tadi…”

Natasha memotong ucapan Viktor. “Maafkan aku memotong ucapanmu, Viktor.Tapi aku tidak ingin membahas apapun tentang dia. Ingat perjanjian kita, tidak mengurusi masalah pribadi masing-masing.”

Ekspresi wajah Viktor berubah sedih karena dia masih saja tidak bisa membuka hati wanita itu. “Aku tahu. Aku hanya mengkhawatirkanmu.”

“Terimakasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasi masalah leon sendirian.”

Viktor menghela nafas berat. “Baiklah jika kau berkata seperti itu. Aku akan mengirimkan waktu dan lokasinya saat kau akan bertemu dengan Mom.”

Natasha menganggukkan kepalanya. “Selamat malam, Viktor.”

“Selamat malam, Natasha.” Viktor melambaikan tangan ke arah pria itu.

Wanita itu membuka pintu mobil dan berjalan keluar. Dia sama sekali tidak menoleh ke belakang untuk menatap Viktor. Wanita itu terus berjalan hingga masuk ke dalam gedung apartemennya.

Dari kejauhan, Leon yang duduk di atas mobil sport silvernya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat sebuah rencana yang sudah disusun muncul dalam kepalanya. Dia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

“Apa kau sudah menyiapkan segalanya, Ivan?” tanya Leon saat telpon itu mulai tersambung.

“Sudah, Tuan muda. Persis seperti yang anda katakan.”

“Baguslah. Aku akan mulai melancarkan rencananya besok setelah kuliah selesai.” Jelas Leon.

“Baik, Tuan muda.”

Setelah memasukkan kembali ponsel itu ke saku jaketnya, Leon mulai menghidupkan mesinnya. 

“Tidurlah yang nyenyak malam ini, Natasha. Karena percayalah besok tidak ada lagi ‘tidur nyenyak’ untukmu.”

* * * * *

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   Special Chapter Part 3

    Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   Special Chapter Part 2

    Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   Special Chapter Part. 1

    Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   (TLS) 182.Benar-Benar Aleksey [THE END]

    “Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   (TLS) 181.Dua Karyawan Menghasilkan Keuntungan Tinggi

    “Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem

  • Pembalasan Termanis Sang Penguasa   (TLS) 180.Kehidupan Kelam Svetlana

    “Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status