Share

Bab 158

Author: Danira Widia
"Ya." Jawaban Jason ini langsung membuat semua orang menatap Vania dengan iri. Sepertinya, perhiasan misterius itu adalah hadiah ulang tahun untuk Vania.

Wajah Vania tersipu. Reporter mengarahkan mikrofon kepadanya. "Bu Vania, apa kamu punya keyakinan dengan perhiasan rancanganmu?"

Jelas-jelas hanya pertanyaan sederhana, tetapi Vania tidak lupa memamerkan kemesraan. Vania mengejapkan matanya, lalu menyahut dengan lembut, "Jason mendukungku, aku tentu yakin. Perhiasanku dirancang berdasarkan bunga krisan. Kalian akan berkesempatan melihatnya nanti. Jangan lupa dipotret ya."

Tiba-tiba, suasana menjadi makin heboh. Ternyata Sera sudah tiba. Vania pun mengangkat dagunya sedikit, bersiap-siap untuk menerima pujian.

Sera tampak memakai gaun satin berwarna hijau tua dengan ekor panjang. Pinggang dan bokong seksinya membuatnya terlihat sangat menggoda. Namun, kalung yang dipakainya bukan hasil rancangan Vania, melainkan hasil rancangan Janice. Kalung itu membuat auranya terlihat lembut.

Mengej
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tiny Pratiwi
aku suka bab ini...wkwkwk
goodnovel comment avatar
Nur
Gak paham kalimat terakhir maksutnya apa si
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1674

    Arya masih belum membuat keputusan, tetapi Jason sudah meminta Norman menepikan mobil di pinggir jalan."Di sini lebih mudah cari taksi. Hati-hati di jalan," pesan Jason."Jason ...." Arya membuka mulut."Pergilah." Jason mengangguk sedikit.Arya menoleh melihat Janice, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya tidak mengatakan apa pun dan langsung turun dari mobil.Janice sebenarnya berharap Arya bisa memilih Rensia. Bagaimanapun, Amelia di rumah sakit. Seharusnya tidak akan terjadi apa-apa padanya.Namun, akal sehatnya mengatakan bahwa pemikiran itu terlalu idealis dan juga salah.Nada bicara Amelia jelas tidak menyukai Rensia. Kalau Arya bersikeras, itu hanya akan membuat Amelia semakin membenci Rensia.Janice menoleh pada Jason. "Jason, kamu nggak ingin membuat Arya serbasalah, 'kan?""Ibu Arya menaruh semua harapannya pada Arya. Wajar kalau dia jadi begitu ketat. Kalau terjadi sesuatu, Arya akan menyesal seumur hidup dan Rensia juga nggak akan senang. Jarak di ant

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1673

    [ Maksudku bukan begitu. Dia sesibuk itu. Sebenarnya nggak perlu melakukan hal seperti ini. ]Melihat pesan itu, Janice tertawa dalam hati. Rensia pada akhirnya luluh juga. Sampai bisa mencemaskan Arya.Janice tidak langsung memberi tahu Arya. Menurutnya, kata-kata seperti ini lebih baik diucapkan langsung saat mereka bertemu.Dia menoleh ke Arya dan berkata, "Yaya, kamu tidur saja dulu. Nanti sampai di sana masih ada kegiatan, jangan sampai kamu terlalu capek."Arya menguap. "Tadinya aku semangat banget, tapi sekarang memang agak capek. Aku tidur dulu ya."Baru selesai berbicara, Jason melemparkan bantal leher padanya.Arya tertawa kecil, memasangnya di leher, lalu bersandar dan langsung tertidur.Janice mendekati Jason, berbisik, "Pantas Arya bilang kalian kakak beradik mirip. Kalian berdua sama-sama keras kepala."Jason melirik Arya, memastikan dia sudah tidur, baru akhirnya berbicara, "Hidupnya juga nggak gampang. Ayahnya meninggalkan setumpuk masalah, ibunya lemah, dan adiknya sup

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1672

    Arya menatap Rensia. "Bisa jadi siapa lagi? Nggak mungkin jadi ayahmu, 'kan?"Rensia, Norman, dan Louise sungguh kehabisan kata-kata. Pria ini tidak ada harapan lagi.Louise mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya dan menyerahkannya ke tangan Arya. "Kamu ini memang gawat."Kemudian, dia menyerahkan dua kotak kecil lainnya kepada Norman dan Rensia. "Terima kasih untuk hari ini.""Norman, kamu bisa antar aku sebentar?" Sambil berkata begitu, Louise memberi isyarat mata ke Norman.Norman mengangguk, lalu mereka berdua berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Arya dan Rensia yang saling menatap dengan bingung.Rensia berbalik menuju pintu mobil. "Kalau nggak ada apa-apa, aku pergi dulu."Arya menahan pintu. "Aku ikut." Dia seperti anak kecil."Mau jadi ayahku? Aku tanya ibuku dulu ya," goda Rensia."Pacar boleh nggak?" Arya meraih tangan Rensia.Rensia tidak langsung menjawab, malah bertanya balik, "Besok sudah berangkat, kamu sempat nggak beresin koper? Rumah sakit gimana?""Aku suda

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1671

    "Kamu ...."Kedua perempuan itu tak berdaya, hanya bisa mengangguk setuju."Tapi kami juga perlu menyiapkan dulu. Kalau nggak ....""Jangan menipuku. Tanda tangan sekarang dan beri aku uangnya. Kalau nggak, aku akan langsung unggah rekaman ini ke internet. Kalau perlu, kita sama-sama hancur."Melihat teman-temannya membelanya, Louise berkata dengan lebih tegas dari sebelumnya. Kalau hari ini tidak mendapat uang itu, kedua orang itu pasti akan terus mencari cara untuk menunda.Janice dan yang lain menyeruput teh sore dengan santai, tak ada tanda-tanda ingin pergi. Kedua perempuan itu tak punya pilihan, hanya bisa pergi mengecek pembukuan.Akhirnya, dengan berat hati, mereka mentransfer uang pokok beserta bunga ke rekening Louise."Tunggu, tolong tanda tangan di perjanjian ini dulu."Ketika melihat itu, kedua perempuan itu langsung memperlihatkan wajah asli mereka."Hebat, Louise! Ternyata sudah menyiapkan perjanjian. Kamu memang sudah ingin keluar, 'kan?""Louise, berani-beraninya kamu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1670

    "Kalau memang mau keluar dari saham, kita juga harus menghitung jelas keuntungan selama ini," kata Louise."Keuntungan?" Salah satu dari mereka berkata dengan tak berdaya, "Louise, meskipun restoran ini kelihatannya ramai, awalnya kita menghabiskan banyak uang untuk promosi. Bukan cuma nggak dapat untung, malah rugi cukup banyak.""Begini saja, kamu sebelumnya keluarin berapa, kami akan hitung sesuai proporsi kerugian terakhir. Setelah dibagi, sisa uangnya kami kembalikan kepadamu.""Ya. Sebelum buka restoran kita juga sudah bilang begitu, 'kan?" Yang satunya ikut menimpali.Louise sebenarnya sudah tahu kedua orang ini ingin menyingkirkannya, hanya saja tak menyangka mereka sebegitu memalukan.Louise tidak mengerti soal keuangan, jadi keuangan selalu dikelola oleh salah satu dari mereka berdua. Sementara itu, dia hanya perlu mengurus beberapa hal kecil di restoran.Dulu, dia mengira pembagian tugas seperti itu bagus. Siapa sangka, sebenarnya itu hanya cara mereka berjaga-jaga terhadapn

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1669

    Arya tercengang. "Terus, kenapa waktu itu kamu nggak bilang terus terang?""Kalian berdua juga ada di sana, 'kan? Tapi kalian nggak lihat? Kalian masih sempat bilang kalau tiga perempuan buka toko itu nggak mudah dan kalian akan bantu kenalin lebih banyak pelanggan."Arya dan Norman tak bisa berkata apa-apa. Memang itu perkataan mereka berdua.Janice tersenyum. "Rensia, jangan godain mereka lagi. Mana mungkin mereka bisa lihat?"Termasuk dirinya sendiri juga tidak melihat tanda-tandanya.Rensia cemberut. "Tapi lingkungan restoran ini memang jadi keunggulan, mengandalkan popularitas saja sudah bisa dapat banyak uang. Kedua perempuan itu pasti juga menendang Louise karena ini."Arya merentangkan kedua tangan. "Jadi?"Norman menganalisis, "Itu berarti restoran ini masih punya kemampuan menghasilkan uang, tapi kalau nggak bisa menangkap peluang untuk berubah, ya nggak akan bertahan lama. Mundur sekarang juga masuk kategori sudah untung."Janice mengangguk. "Louise juga menyadari itu dan di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status