Share

Bab 223

Author: Danira Widia
Sopir segera menepikan mobil di pinggir jalan. Dia menatap lurus ke depan tanpa berani melihat ke belakang.

Jason mengembuskan asap rokok dari bibirnya dan berkata dengan tenang, "Aku sudah memperingatkanmu untuk jangan kelewatan. Apa yang kamu inginkan sudah kamu dapatkan."

"Turun. Sopir keluargamu sudah mengikuti kita sepanjang jalan."

Ucapan Jason membuat Vania kembali panik.

Padahal, tadi dia mengatakan kepada Jason bahwa sopirnya ada masalah dan tidak bisa datang, sehingga Jason harus menjemputnya. Sekarang kebohongannya terbongkar, rasanya seperti ditampar dengan keras. Pipinya terasa panas, tetapi dia tidak rela turun begitu saja!

Vania tidak percaya bahwa Jason tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadapnya. Kalau bukan perasaan, setidaknya nafsu pasti ada, 'kan? Apa Janice lebih baik darinya?

Memikirkan itu, Vania nekat memeluk Jason erat-erat. Air mata menggenang di matanya, bahkan tanpa memedulikan penampilannya lagi, Vania meringkuk ke dalam pelukan Jason. "Jason, jangan b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 224

    Janice memesan taksi melalui ponsel. Namun, saat siang tadi, dia memesan dengan lokasi di persimpangan jalan. Karena terburu-buru, dia lupa memperbarui lokasinya. Ketika dia menyadarinya, sopir sudah menerima pesanan. Lantaran tidak ada pilihan lain, Janice terpaksa menahan sakit sambil berjalan menuju persimpangan.Meski jaraknya pendek, setiap langkah terasa sangat menyiksa.Kebetulan Malia keluar dari studio. Janice memanggilnya: "Malia, kamu ...." bisa bantu aku ke persimpangan depan nggak?Biasanya, Malia senang berpura-pura jadi sahabat baiknya, jadi tidak ada salahnya meminta bantuan sekarang. Namun belum sempat Janice menyelesaikan kalimatnya, Malia memotong sambil menatap pergelangan kaki Janice."Maaf, Janice, ibuku bilang punggungnya sakit waktu kerja tadi sore. Aku harus segera ke rumah sakit. Maaf, aku nggak bisa membantu. Aku pergi dulu ya."Wajah Malia tampak seperti merasa bersalah, tapi sorot matanya menyiratkan kepuasan. Dia membayangkan Janice akan terjatuh di tempat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 225

    Seperti biasanya, meskipun sebagai seorang dokter, gaya bicara Arya selalu seperti sedang membawakan komedi. Nada bicaranya selalu naik di akhir kalimat, penuh semangat dan harapan. Sangat kontras dengan wajahnya yang gila ketika bersama Vania.Kalau saja Janice belum melihat sosok asli Arya yang sebenarnya, dia mungkin juga akan berpikir bahwa berteman dengan Arya pasti sangat menyenangkan. Bahkan di kehidupan sebelumnya, Janice sempat berpikir bahwa dosa-dosa Arya mungkin terjadi karena tekanan dari Jason.Namun sekarang, dia sadar semuanya dilakukan Arya dengan sukarela. Saat Arya menangani operasi Vega, dia tidak pernah berniat membiarkan anak itu selamat.Memang benar, saat itu Vega adalah satu-satunya penghubung antara Janice dan Jason. Dengan adanya anak itu, Jason tidak mungkin menceraikan istrinya. Karena itu, dia hanya bisa memendam rasa iba terhadap Vania dan anak mereka yang tidak diakui, sembari berusaha melenyapkan Janice dan Vega.Dengan kerja sama Arya dan Vania, Janice

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 226

    Seribu lebih? Itu tidak mungkin!Saat Arya bersama Vania, dia mengenakan jaket kulit dengan logo tim balap profesional. Karena penasaran, Janice sempat mencari informasi tentang logo itu di internet.Entah dia yang salah ingat tentang logonya atau bagaimana, tetapi dia tidak menemukan informasi apa pun tentang keterlibatan Arya dalam tim balap mana pun. Namun, Janice menemukan banyak syarat ketat untuk menjadi pembalap profesional. Salah satunya adalah syarat penglihatan yang sangat ketat.Seseorang dengan rabun lebih dari seribu di kedua mata sama sekali tidak mungkin menjadi pembalap profesional.Untuk sesaat, Janice tidak bisa menentukan mana yang benar. Apakah ini hanya trik lain dari Arya?Sambil berpikir keras, dia mengangkat wajahnya untuk memandang Arya. Tepat saat itu, Arya memiringkan tubuhnya untuk melihat hasil rontgen, dan dari sudut itu, Janice dapat melihat kacamatanya dengan jelas.Melihat melalui lensa itu saja membuat Janice merasa agak pusing. Berpura-pura seperti it

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 227

    Tanpa menunggu Janice berpamitan, kursi rodanya langsung diputar menjauh dari kantor Arya.Begitu turun ke lantai bawah, langit sudah mulai gelap. Sopir yang menunggu di dekat mobil segera membukakan pintu. Melihat hal itu, Janice langsung menopang tubuhnya untuk berdiri dari kursi roda. "Paman, aku bisa naik taksi sendiri. Nggak perlu merepotkanmu."Namun baru satu langkah, kakinya seakan kehilangan kekuatan dan tubuhnya jatuh berlutut tepat di depan lelaki itu. Untungnya, Jason menangkapnya dengan sigap.Betapa memalukannya!Janice menunduk dalam-dalam, tidak berani mengangkat kepalanya.Di atas kepalanya, terdengar suara Jason berkata, "Kamu kecepatan ngasih salam tahun barunya. Apa uang THR dariku tahun ini masih kurang?"Janice menggigit bibir dan tidak bisa membalas. Memang benar, sejak dia tinggal di rumah Keluarga Karim, lelaki itu selalu memberinya THR setiap tahun.Jason merangkul pinggangnya, membantu Janice berdiri dan memaksanya menatap matanya."Kamu sopan sekali sama ora

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 228

    Saat Janice hendak berbalik, dia mendengar suara yang tidak asing."Paman, lama nggak berjumpa. Aku senang sekali melihatmu baik-baik saja."Yoshua.Suara itu begitu lembut, seolah-olah sudah melekat pada dirinya dan membuat semua ucapannya terasa penuh kasih sayang. Bahkan ketika dia menyisipkan nada provokasi terhadap Jason, ucapannya tetap terdengar menenangkan.Janice perlahan mengangkat pandangannya dan bertemu dengan tatapan Yoshua yang kini berdiri di hadapannya. Senyum yang sama seperti dulu menghiasi wajahnya saat dia memanggil pelan, "Janice."Namun bagi Janice, suara itu bagaikan bisikan ular berbisa yang mendekat tanpa suara, lalu menyemburkan racunnya."Kak," sapanya dengan nada dingin.Dari Ivy, Janice mendengar bahwa Tracy membawa Yoshua kembali ke Keluarga Hariwan dengan alasan merawat orang tuanya. Kini, Yoshua adalah otak di balik kebangkitan Keluarga Hariwan dan jarang terlihat di Keluarga Karim.Hal itu membuat Anwar begitu kesal hingga akhir-akhir ini tidak ada seo

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 229

    Janice menatap Jason dengan terkejut. Bagaimana Jason bisa tahu kalau dia ingin minum sup ikan? Jason menoleh sedikit dan berkata dengan nada datar, "Minumlah.""Mm."Janice mengangguk dan mulai meminum sup ikannya.Melihat itu, ekspresi Jason tampak rumit dan tangannya menggenggam sendok dengan erat.Tracy menyeka sudut bibirnya dengan serbet makan dan tersenyum tipis. "Janice, kenapa kamu makan malam sama Jason? Sebagai orang yang lebih tua, aku harus mengingatkanmu bahwa hal-hal yang nggak sepantasnya dilakukan nggak boleh diulang-ulang. Reputasi adalah hal yang paling penting bagi seorang wanita."Wajah Janice seketika memucat.Dia tahu Tracy sedang membicarakan insiden antara dia dan Jason di masa lalu. Meski hal itu sudah lama berlalu, Keluarga Karim tidak pernah membicarakannya secara terang-terangan. Namun sekarang, Tracy sengaja mempermalukannya di meja makan di depan orang lain.Saat itu, terdengar suara air teh yang dituang dari teko. Setelah meletakkan teko, Jason mengangka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 230

    Saat menyebut kelemahan, Yoshua sengaja melirik Janice dengan tatapan penuh makna. Janice merasa curiga. Dia baru hendak bertanya apa maksudnya ketika suara berat yang tak asing terdengar dari belakang."Janice."Jason berjalan mendekat. Dengan setelan hitam-putih yang paling sederhana dan rapi, mencerminkan kepribadian Jason yang tegas. Sosoknya memancarkan aura begitu kuat.Hanya butuh beberapa langkah, tetapi setiap gerakannya membawa tekanan tak tertahankan. Bahkan sampai ketika rokok di tangan Yoshua telah terbakar hingga ke ujung sekalipun, Yoshua masih tetap tidak bisa bergerak.Mata Yoshua menyala penuh amarah, tetapi Jason sama sekali tak menatapnya. Dengan tenang, dia melewati Yoshua, lalu membungkuk dan langsung mengangkat Janice dalam gendongannya."Paman!" Yoshua memanggil dengan suara dingin dari belakang mereka.Jason berhenti, tetapi tidak berbalik.Janice menoleh ke arah Yoshua dan memperhatikan ekspresi obsesifnya yang semakin terlihat gila. Kegelisahan muncul di hati

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 231

    Jason menyentuh rambut Janice, sedangkan Janice mengepalkan tangannya dengan erat dan tidak berbicara.Kemudian, Janice menatap Jason seraya berbicara dengan ekspresi dingin, "Berhubungan intim nggak menandakan apa pun. Kamu nggak peduli, begitu pula aku. Asalkan ada kesempatan, aku pasti pergi.""Kamu nggak akan pergi," timpal Jason.Tubuh Janice menegang. Jason mengancamnya. Dia tahu ibunya Janice berada di kediaman Keluarga Karim.Tiba-tiba, Jason mengecup bibir Janice. Saat Janice tertegun, Jason menarik kalung di lehernya dan menegaskan, "Kamu nggak akan pergi."Janice hendak merebut kalung itu, tetapi Jason menghindar. Janice berujar, "Aku lupa melepaskannya."Jason tidak bertanya lagi. Dia menggendong Janice, lalu meletakkannya di sofa dan mengambil obat. Jason berkata, "Arya bilang harus ganti perban lagi sebelum tidur."Janice mengulurkan tangan dan membalas, "Aku ganti sendiri saja.""Jangan bergerak," sergah Jason. Dia menepis tangan Janice, lalu mengangkat kaki Janice dan m

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status