Namun, saat tersenyum, pandangannya perlahan menjadi kabur. Tak disangka, Jason masih mengingatnya.Dalam ingatannya, setiap tahun baru, Jason selalu menjadi orang pertama yang memberinya angpau.Di hari-hari saat Janice masih diam-diam menyukainya, inilah saat yang paling dia nantikan. Karena hari itu, dia bisa berbicara banyak dengan Jason, membuatnya merasa dirinya adalah orang yang istimewa.Namun, semua akan berakhir hari ini. Janice menggenggam angpau itu dan menunduk. Air matanya jatuh, membasahi amplop merah di tangannya.Dia menutup mulutnya rapat-rapat, takut Jason mendengar isak tangisnya. Satu jam kemudian, dia sudah mengenakan pakaian dan perhiasan yang diberikan Jason.Mantel panjang berkerah yang berwarna merah dengan ikat pinggang panjang yang menjuntai di sisi, tampak anggun sekaligus meriah. Kalung mutiara yang dipakai pun menambahkan kesan klasik.Saat Jason turun dari lantai atas, Janice kebetulan sedang meletakkan sarapan di atas meja."Aku baru saja mau memanggilm
Janice berjalan masuk bersama Ivy. Di sepanjang jalan, mereka bertemu dengan banyak anggota Keluarga Karim. Ivy menyapa mereka satu per satu, tetapi orang-orang itu hanya menanggapi dengan dingin, bahkan lebih dingin daripada sebelumnya.Janice mengernyit. "Bu, bukankah masalah kotak seserahan pertunangan sudah diselesaikan? Mereka masih menyulitkanmu?""Nggak kok, aku cuma menolak mengurus urusan rumah tangga." Ivy tersenyum getir."Kenapa? Bukankah selama ini Ibu ingin menunjukkan kemampuan?" Janice terkejut."Janice, aku yang telah menyeretmu ke dalam masalah karena pertunangan ini. Tapi, sekarang aku sudah bisa menerimanya. Bagaimanapun, dengan status Rachel, cepat atau lambat dia akan mengurus rumah ini. Dia sangat baik, jadi nggak akan menyulitkanku."Ivy memiliki penilaian yang sangat baik terhadap Rachel. Namun, kata-kata itu terasa seperti duri yang menusuk hati Janice. Sangat sakit hingga mati rasa, tetapi lukanya tidak terlihat. Bukan karena dia iri pada Rachel, tetapi karen
"Kamu lebih cocok daripada aku."Rachel tersenyum sambil menyentuh kalung itu. "Benarkah? Terima kasih, Janice.""Nggak usah berterima kasih padaku." Ekspresi Janice tampak tidak wajar.Begitu ucapan itu dilontarkan, terdengar sebuah suara dingin. "Kamu ngapain?"Jason datang. Di belakangnya, Arya yang datang berkunjung ikut masuk.Mendengar suara itu, Janice berbalik dan bertemu dengan sepasang mata hitam dan suram. Mata Jason menyapu kalung mutiara di leher Rachel, ekspresinya langsung menjadi masam.Rachel mengira Jason sedang berbicara padanya. Dia segera melangkah maju dan berkata, "Janice saja tahu memberiku hadiah tahun baru. Lalu, hadiah darimu mana?""Aku sudah membawanya." Suara Jason datar. Tatapannya memberi isyarat kepada Norman.Norman lantas menyerahkan sebuah kotak panjang. Senyuman di bibir Rachel semakin melebar. Dia bahkan melemparkan pandangan kepada Janice.Bukan tatapan menyombongkan diri, melainkan tatapan berbagi kebahagiaan setelah menerima hadiah dari seseoran
Janice kembali ke halaman tempat tinggal, lalu tertidur sejenak di sofa dengan pikiran kacau.Menjelang makan siang, Ivy menelepon memintanya datang untuk makan. Setelah menutup telepon, Janice bangkit dan merapikan pakaiannya.Dia mengoleskan lipstik merah yang belum pernah digunakan sebelumnya, menambahkan sedikit warna di wajahnya yang pucat.Saat keluar, dia melihat Zachary berjalan cepat menuju taman. Janice baru saja ingin memanggilnya, tetapi kemudian dia melihat seseorang mengikutinya dari belakang. Itu Elaine.Dari percakapan sebelumnya, Janice sudah merasa bahwa mereka berdua saling mengenal. Dengan langkah ringan, dia mendekati taman dan melihat Elaine meraih lengan Zachary.Elaine mencibir. "Jadi, dulu kamu putus denganku cuma demi wanita seperti ini?"Zachary mengernyit, menatapnya dengan ekspresi tetap tenang dan berwibawa. "Elaine, kamu salah paham. Aku putus denganmu lebih dulu, baru kemudian mengenal Ivy."Mendengar itu, Janice menutup mulutnya dengan terkejut. Ternyat
Zachary menarik napas dalam-dalam. Namun, semakin dipikirkan, dia merasa ada yang tidak beres. "Janice, kenapa tiba-tiba memberitahuku hal ini?""Nanti kamu akan tahu. Ayo, kita makan dulu." Janice tersenyum, merasa lebih lega karena satu beban di hatinya telah terlepas. Apa pun yang terjadi nanti, Zachary pasti akan melindungi Ivy dengan segenap kemampuannya.....Di ruang makan, begitu Janice masuk, suasana yang tadinya meriah seketika menjadi hening. Semua orang mengalihkan pandangan dari ponsel mereka, lalu menatap dengan tatapan penuh kebencian.Tatapan mereka mencerminkan hal yang sama seperti yang ingin Anwar sampaikan."Lihatlah, aku sudah bilang, dia memang perempuan seperti itu."Sebelum Janice maju, Ivy bergegas mendekat sambil menggenggam ponselnya erat-erat. "Janice, foto yang beredar di internet itu palsu, 'kan? Mana mungkin kamu sampai jadi wanita simpanan?"Janice menunduk dan melihat layar ponsel. Tampak judul berita yang mencolok.[ Putri Angkat Keluarga Karim Menjadi
Janice terhenyak, seolah-olah hatinya dicengkeram erat, lalu dilemparkan ke tanah yang dingin dan membeku."Minta maaf kepada siapa? Untuk apa?" Janice balik bertanya dengan galak.Jason diam, wajahnya sedingin es. Genggamannya di pergelangan tangan Janice semakin erat, seolah-olah ingin mematahkannya.Dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, Jason mengucapkan setiap kata dengan jelas, "Janice, kamu satu-satunya orang yang berani menipuku dua kali.""Aku hanya belajar darimu. Apa hakmu berpikir aku akan menjadi wanita simpanan bagi pria yang menipuku dan mengancamku?""Jadi, semua ini hanya kebohongan?" Tatapan Jason semakin suram, menatapnya lekat-lekat.Ya. Janice membuka mulut, tetapi kata itu tidak bisa keluar. Dia menunduk, melihat tangan Jason yang masih mencengkeramnya, lalu berbisik, "Paman, Rachel sedang melihatmu."Jason menoleh ke arah Rachel, lalu segera melepaskan Janice dan mundur selangkah.Lihat? Benar atau salah sama sekali tidak penting. Jason sudah m
Janice perlahan kehilangan kesadarannya. Sosok seseorang dalam pikirannya semakin kabur, hingga akhirnya lenyap sepenuhnya.....Di rumah sakit, saat Janice kembali sadar, kepalanya terasa sangat sakit. "Sakit sekali."Dia mengangkat tangan, ingin memijat pelipisnya, tetapi sepasang tangan yang dibalut perban tiba-tiba menggenggam tangannya.Suara serak seorang pria terdengar di samping tempat tidur, penuh dengan emosi yang tertahan. "Sekarang tahu rasanya sakit? Jangan bergerak sembarangan!"Janice termangu. Perlahan-lahan, dia menoleh dan menatap pria itu dengan keterkejutan yang luar biasa. Kemudian, dia menjerit, "Ah! Siapa kamu? Kenapa kamu menyentuhku?""Kamu ... bilang apa?" Mata Jason yang gelap sedikit membesar. Urat di pelipisnya berdenyut saat dia berusaha mati-matian menekan emosinya.Janice segera menarik selimutnya dan meringkukkan tubuhnya. Teriakannya pun menarik perhatian orang-orang di luar.Sekelompok orang bergegas masuk dan yang memimpin di depan adalah Anwar. Tata
Di vila.Saat ini, rumah itu hanya tersisa kerangka kosong yang hangus terbakar.Setelah pemadam kebakaran memadamkan api, taman berubah menjadi genangan air. Lumpur bercampur abu mengalir di tanah, semuanya hancur lebur dalam sekejap.Dengan hati-hati, Norman menjelaskan, "Bu Janice memasang alat penunda menggunakan lilin di dapur. Saat orang-orang menyadarinya, semuanya sudah terlambat."Jason berdiri di depan rumah tanpa ekspresi, membiarkan angin dingin menerpa rambutnya dan membekukan kilauan di matanya.Di tengah asap tebal, dia seperti melihat dua sosok berdiri di bawah balok kayu yang menghitam karena terbakar. Dia mengulurkan tangan untuk meraih mereka, tetapi suara Janice terdengar di telinganya."Jason, aku membencimu. Sejak hari pertama aku tinggal di sini, aku sudah berencana untuk membakarnya."Janice menepati ucapannya. Dia membakar semua yang ada di rumah hingga tak tersisa, termasuk mimpi indah beberapa hari terakhir.Tiba-tiba, Jason tersadar akan sesuatu. Dia berbali
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti
Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg
Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep
Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu
Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se
[ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la
Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop
Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl
"Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can