"Mama, apa aku buat salah?""Nggak." Janice segera memeluk Vega. "Kamu nggak salah.""Aku dengar rekaman suara Paman Dipo. Aku bukan sengaja memanggil dia papa ...," ucap Vega dengan pelan."Aku tahu." Janice benar-benar ingin mencabik-cabik Dipo. Tak heran pria itu begitu percaya diri. Ternyata sejak awal dia mendekati mereka dengan niat tersembunyi demi kepentingannya sendiri."Vega, jangan sedih karena kesalahan orang lain." Jason masuk ke ruangan, suaranya tenang dan penuh kekuatan. Begitu duduk, dia langsung merangkul ibu dan anak itu ke dalam pelukannya.Vega memandang ke arahnya. Seolah-olah mendapat kekuatan, matanya langsung berbinar-binar.Saat itu, Janice mulai mengerti mengapa para pakar pendidikan di internet selalu menekankan pentingnya peran seorang ayah dalam keluarga.Setelah menenangkan Vega, Louise yang melihat Jason sepertinya ingin bicara dengan Janice pun membawa Vega pergi."Vega, ayo kita nonton kartun di kamar.""Mm."Vega pun mengikuti Louise masuk ke kamar.J
Hanya dalam satu hari, segalanya berubah drastis.Pagi itu, Jason keluar rumah untuk mengurus sesuatu. Janice dan Louise baru saja menemani Vega sarapan di kamar. Mereka bersiap membaca buku cerita bersamanya.Louise tiba-tiba melompat dari sofa. "Ah! Dipo berengsek ini! Beraninya dia bicara sembarangan di internet!"Buku yang baru saja dipegang Janice terjatuh dari tangannya. Dia segera membuka ponselnya.Ternyata Dipo muncul dan mengumumkan ke publik bahwa Janice memiliki anak. Bahkan secara halus menyiratkan bahwa anak itu bukan anak Landon.Wajah Dipo yang tampak lelah dan penuh kesedihan muncul di layar, membuat kulit kepala Janice terasa kesemutan."Aku dan Janice sudah bersama tiga tahun lalu. Walaupun Vega bukan anak kandungku dan aku pun nggak tahu siapa ayah biologisnya, aku yang merawatnya selama tiga tahun. Dia juga memanggilku papa selama tiga tahun. Aku benar-benar nggak rela kehilangan dia.""Janice, aku nggak bisa menghentikanmu mengejar apa yang kamu inginkan, tapi tol
Namun, sebagai seorang wanita lajang yang bersembunyi di kota kecil untuk melahirkan anak, sudah pasti banyak gosip beredar. Karena itu, Janice sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertindak.Setiap kali bertemu dengan Dipo, dia selalu memastikan ada orang lain di sekitar. Dia juga tidak pernah menerima barang apa pun dari Dipo. Dia sungguh tidak mengerti dari mana datangnya kepercayaan diri Dipo itu.Jason memutus lamunan Janice. "Aku sudah menyuruh orang mengawasinya."Janice mengangguk, lalu menghela napas. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Dia menggigit bibir dan berkata, "Pak Landon membahas soal Rachel tadi."Tatapan Jason langsung menjadi dingin. Dia pun menggenggam tangan Janice erat-erat."Apa yang dia katakan?""Nggak banyak, hanya memintaku untuk nggak membawa Vega kembali ke Kota Pakisa dalam waktu dekat. Sebenarnya, kekhawatirannya masuk akal.""Aku sendiri nggak tahu gimana kondisi Rachel sekarang dan aku nggak ingin mengambil risiko. Toh aku memang nggak berniat kembali
Tubuh Janice langsung terperangkap dalam pelukan Jason yang kuat. Kehangatan di lehernya menyebar dengan cepat, membuat pikirannya kosong seketika.Beberapa detik kemudian, tubuhnya diangkat dan diturunkan di atas meja rias. Roknya terlipat ke atas, memperlihatkan kedua kakinya yang dibalut stoking hitam.Setelah terdengar suara sobekan di telinganya, Janice tiba-tiba tersadar. Jason telah merobek stokingnya.Dia panik dan segera mengangkat tangan untuk menghentikan tangan Jason yang mulai kelewat batas. Namun, pria itu tetap mencium dirinya dengan tenang dan dalam.Napas Janice pun menjadi kacau. Dalam pikirannya, bermunculan berbagai kenangan. Hubungan intim antara dirinya dan Jason selama ini, sejujurnya tak banyak yang menyenangkan.Yang tertinggal di benaknya lebih banyak rasa takut dan luka. Memikirkan itu, Janice pun spontan memalingkan wajah dan berkata tanpa hasrat apa pun, "Jangan."Napas Jason kian berat, jakunnya bergerak naik turun. Perempuan yang dia cintai ada tepat di h
Landon menatap Janice dengan pasrah sekaligus penuh rasa bersalah."Pak Landon, tenang saja. Aku memang nggak berniat kembali ke Kota Pakisa. Aku sudah menerima uang dari adikmu, yang artinya aku berjanji padanya untuk menjauh darimu dan Jason, serta nggak akan kembali ke Kota Pakisa," jelas Janice."Uang? Berapa banyak?" Reaksi Landon persis seperti Jason, seolah-olah sedang menilai nilai diri mereka sendiri. Apakah semua pria memang begitu?Janice menjawab dengan agak canggung, "Sepuluh miliar. Uangnya kudeposit di bank, sebentar lagi jatuh tempo. Setelah itu, akan kutarik dan kembalikan padamu.""Sepuluh miliar untuk seorang ya? Lumayan, meski agak kurang.""Sepuluh miliar untuk dua orang."Landon tak bisa menahan tawa. Di balik matanya yang jernih, terlihat rasa terima kasih yang tulus pada Janice.Setelah pembicaraan selesai, mereka pun tiba di hotel. Mereka naik lift bersama, lalu berpisah di lantai yang berbeda.Begitu masuk ke dalam suite, Janice tidak menemukan Vega. Seketika,
Situasi sudah seperti ini, Dipo tidak punya pilihan selain menjawab telepon."Dokter Lala, ada apa?""Dokter Dipo, barusan ada orang yang meminta semua catatan medis Vega dari tahun-tahun sebelumnya. Kamu tahu soal ini?"Suara Lala terdengar agak gugup.Dipo melirik ke arah pria di seberang yang sedang merokok, lalu memaksakan senyuman. "Nggak apa-apa, aku akan segera kembali ke rumah sakit untuk mengurusnya.""Baik."Setelah menutup telepon, Dipo langsung berdiri. "Pak Jason, maaf, aku masih ada pekerjaan. Aku pamit dulu.""Mm." Nada Jason yang datar justru membuat Dipo semakin gelisah. Dengan kening berkerut, dia melangkah cepat keluar dari kafe.Setelah Dipo pergi, Jason mematikan rokoknya yang baru diisap setengah. Saat melewati kasir, dia menunjuk dua jenis kue. "Tolong dibungkus."Pelayan melirik dan menjelaskan, "Pak, yang bentuk kelinci itu kue anak-anak. Rasanya nggak terlalu manis. Pacarmu mungkin akan merasa hambar."Meskipun sudah tertulis di label bahwa itu adalah kue untu
Janice merasa jijik saat melihat tatapan Dipo padanya. Namun, dia tetap menahan diri dan berkata, "Ini dibelikan oleh Landon. Katanya, pria sejati harus membelikan yang terbaik untuk wanita yang dicintainya. Apa menurutmu itu nggak seharusnya?""Pria mana yang rela membiarkan wanitanya memamerkan tubuhnya? Kecuali dia menganggap wanitanya sebagai pajangan. Pria yang benar-benar peduli akan mengatur segalanya untuk wanita itu, biar dia tinggal menikmati hidupnya saja. Mungkin kamu cuma tertipu oleh penampilan luarnya," ucap Dipo sambil menggeleng seperti sedang mengobrol santai.Janice terdiam sejenak, lalu pura-pura setuju. "Kedengarannya masuk akal juga."Ketika pelayan datang mengantarkan kopi, Dipo sengaja menyentuh cangkirnya dulu, memastikan suhunya, lalu baru menyerahkannya kepada Janice. Sikapnya terlihat sehangat dan sepeduli dulu.Namun, kali ini Janice tidak menolaknya seperti biasanya. Dia sempat ragu sebentar, lalu menerimanya, seolah-olah sedang berkompromi.Kemudian, deng
Dipo memang sangat pintar memanfaatkan kelemahan seseorang. Dia tahu betapa pentingnya Vega bagi Janice. Menguasai Vega artinya menguasai Janice.Janice menggenggam cangkir kopinya erat-erat, seakan-akan ingin langsung menyiramkannya ke wajah Dipo. Namun, setelah berpikir sejenak, dia pun menenangkan diri.Atas dasar apa Dipo berpikir dirinya memiliki sumber daya medis yang lebih hebat dari Landon dan Jason? Janice tetap tenang, mengangkat cangkir, dan menyesap sedikit kopi."Dokter Dipo, entah pelacakan itu kamu lakukan secara sengaja atau nggak, mengingat bagaimana kamu tulus merawat Vega, aku nggak akan mempermasalahkannya.""Tapi soal pengobatan, kamu nggak perlu repot-repot. Landon sudah janji akan memanggil spesialis jantung dari luar negeri untuk menangani Vega. Aku juga berencana pergi ke luar negeri bersamanya dan Vega."Saat berikutnya, kopi di tangan Dipo tumpah, mengenai celana baru yang dikenakannya. Namun, dia seperti tidak merasakannya, hanya mengepalkan tangannya. Untuk
"Ada apa?" Janice menunduk, melihat penampilannya sendiri. Apa karena terlalu lama tidak berdandan, jadi kelihatan aneh?Landon tersenyum dan menyahut, "Kamu terlihat sangat cantik."Hanya Jason yang menatap Norman dengan wajah suram.Norman membatin, 'Foto modelnya terlihat wajar kok, nggak ada yang aneh.'Zion melangkah ke samping dan berdiri di dekat Norman, lalu berbisik, "Norman, jangan-jangan kamu beli baju ini berdasarkan tipe wanita yang kamu sukai?"Norman sudah tak sanggup menjelaskan lagi.Landon berdiri dan menatap Jason. "Pak Jason, kalau begitu kami pamit dulu.""Ya, cepat sedikit. Jangan sampai terlambat." Janice sama sekali tidak menyadari wajah Jason yang semakin suram. Setelah menitipkan Vega pada Louise, dia langsung menarik tangan Landon dan keluar.Sikap cuek Janice membuat Jason terlihat semakin murung. Bahkan, Norman pun tidak berani mendekat.....Di kafe, saat Janice dan Landon tiba, Dipo sudah lebih dulu ada di sana. Pakaian yang dipakai Dipo tampak lebih mewa