Suaranya tidak besar, tetapi ucapannya selalu berbobot. "Kak, selamat ya."Orang-orang yang mengikuti arus segera memahami situasi dan langsung mengubah nada bicara."Pak Zachary, Bu Ivy, selamat.""Pak Anwar, selamat."Wajah Anwar sangat muram, tetapi dia tetap memaksakan senyum. Pada akhirnya, dia hanya bisa memandang Elaine dan Rachel dengan penuh kemarahan.Namun, kedua orang itu masih tertegun, tidak bisa bereaksi. Begitu pula dengan Zachary yang juga masih terpaku.Ucapan selamat dari semua orang akhirnya menyadarkannya. Dia langsung berjalan ke hadapan Ivy. "Ini benaran?""Iya. Aku nggak berani memberitahumu lebih awal, karena takut akan mengecewakanmu. Aku ingin menunggu semuanya stabil dulu, tapi siapa sangka ...." Ivy melirik ke arah Elaine.Zachary tidak menggubris tatapan jahat dari Elaine, hanya tersenyum. "Tadi kulihat kamu terus tutup hidung dan mulutmu, aku pikir kamu sedang sakit."Ivy mengangguk. "Memang nggak enak badan. Bau parfum menyengat banget, aku hampir muntah
"Tunggu sebentar!" Janice berseru keras, menghentikan tekanan dari Anwar.Anwar menyipitkan mata, menatap Janice dengan tidak senang. "Kamu masih mau bicara apa lagi? Janice, mau siapa pun yang kamu andalkan hari ini, nggak akan ada yang bisa menyelamatkan ibumu.""Pak Anwar, apa yang bisa dibuktikan cuma dengan satu fotoku dan ibuku yang keluar masuk rumah sakit? Justru aku ingin tanya, kenapa Bu Rachel bisa begitu kebetulan berada di rumah sakit juga?""Aku hanya melakukan pemeriksaan rutin," jawab Rachel."Doktermu perempuan atau laki-laki? Kamu begitu waspada, jadi doktermu pasti perempuan, 'kan?" tanya Janice lagi.Rachel terdiam. Janice menjawab sendiri, "Kelihatannya laki-laki ya? Tugas dokter itu menyelamatkan pasien, nggak peduli laki-laki atau perempuan. Tapi, kenapa begitu sampai di mulut Bu Rachel dan Bu Elaine, malah berubah jadi perselingkuhan?"Saat ini, Elaine maju dan mendengus. "Janice, kamu pikir kamu dan ibumu sudah cukup pandai menyembunyikan semuanya? Awalnya aku
Jason menghentikan langkahnya, menatap Janice dengan ekspresi yang sulit ditebak. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya yang dingin ke arah Elaine.Elaine langsung merinding dan refleks menoleh ke arah Rachel yang berdiri di belakang Jason.Rachel segera menangkap maksudnya dan bertanya dengan suara lembut, "Bibi, ada apa ini?"Elaine menjawab dengan nada penuh makna, "Tadi semua orang memuji Bu Ivy cantik dan ingin tahu perawatan apa yang dia lakukan di rumah sakit. Tapi, dia malah terlihat seperti takut dan Janice juga tiba-tiba marah-marah nggak jelas.""Rumah sakit?" Rachel melirik ke arah Janice, lalu melanjutkan, "Kebetulan sekali, aku juga pernah lihat Kak Ivy ke rumah sakit menemui dokter. Saat itu, bukankah kamu juga mendampingi Kak Ivy? Kenapa harus dirahasiakan?"Elaine mendengus. "Jadi, reaksi heboh Janice karena dia sedang melindungi ibunya? Entah dokter macam apa yang mereka temui sampai harus dirahasiakan seperti ini.""Kalau aku nggak salah, itu dokter laki-laki. Masih
Begitu perawatan disebut, banyak wanita sosialita mulai menyadari sesuatu. Tatapan mereka ke arah Ivy perlahan berubah menjadi penuh makna.Di antara mereka, ada yang memandang Ivy dengan cemooh sekaligus iri. Kalau Ivy dan Zachary tetap berada di posisi pinggiran, mereka hanya akan menganggap sebagai lelucon. Namun, setelah Zachary menjabat sebagai wakil presdir, semuanya berubah.Sekarang dia punya kemampuan, punya kekuasaan, dan hubungannya dengan Ivy pun harmonis. Ini bukan hasil yang mereka ingin lihat.Salah satu dari mereka pun ikut menggoda mengikuti ucapan Elaine tadi. "Bu Elaine, jangan pelit dong. Cepat beri tahu kami, sebenarnya perawatan apa yang dilakukan Bu Ivy."Elaine pura-pura kesulitan. "Sebenarnya aku juga nggak tahu pasti, mungkin kalian bisa tanya langsung ke Bu Ivy. Tapi, aku tebak pasti ada metode spesial, soalnya dia setiap beberapa hari sekali selalu ke rumah sakit. Setiap kali ketemu dokter yang sama."Langsung ada yang menyindir, "Kelihatannya dokternya heba
Di Keluarga Karim ini, dialah nyonya rumah yang sesungguhnya.Sebelum senyuman di sudut bibir merekah, Rachel dan para sosialita yang tadi bergosip soal Janice mendadak merinding.Beberapa dari mereka perlahan menoleh dan langsung berhadapan dengan tatapan dingin menusuk dari Jason.Orang-orang pun langsung ketakutan dan memilih untuk diam. Hanya Rachel yang masih menggigit bibirnya kuat-kuat. Karena dari sorot mata Jason yang gelap, dia bisa melihat bayangan dirinya yang memalukan.Saat ini, seorang wartawan berteriak, "Sudah turun!"Rachel layaknya lintah yang haus darah. Dia tampak begitu bersemangat menatap pintu mobil. Di tengah kilatan lampu kamera, Zion membuka pintu mobil.Landon turun terlebih dulu, lalu mengulurkan tangan ke dalam mobil. Semua orang mengira Janice akan muncul dengan penampilan menyedihkan.Siapa sangka, Janice mengulurkan tangannya dengan anggun, menggenggam tangan Landon, turun dari mobil dengan senyuman di wajahnya.Dia tahu semua orang ingin melihat diriny
Janice memang sangat gugup. Dia sudah terlalu lama meninggalkan Keluarga Karim. Dia sungguh tidak tahu apa yang akan dihadapinya.Namun, dia tidak ingin melarikan diri lagi. Awalnya Vega, lalu Ivy. Orang-orang ini tidak pernah benar-benar berniat melepaskannya.Landon melihat Janice seperti enggan bicara, jadi menghiburnya, "Ini permintaan seseorang. Apa pun yang terjadi, aku akan bantu kamu."Seseorang itu tentu adalah Jason.Janice menoleh dan tersenyum padanya. "Terima kasih. Tapi karena mereka datang dengan persiapan matang, aku juga nggak bisa mengecewakan mereka."Dia tidak menyebutkan soal Ivy. Karena dia diam-diam menelepon Monde untuk mencari tahu lebih jauh. Tak disangka, Monde mengatakan Rachel juga ada di rumah sakit itu.Untuk saat ini, Janice belum yakin apakah Rachel terlibat atau tidak. Jadi, dia tidak ingin membicarakannya di depan Landon. Apalagi, Landon juga cukup stres karena urusan Rachel.Sesampainya di hotel, kemegahan di depan matanya membuat Janice sedikit terk