"Vega, maaf," kata Janice.Vega menggelengkan kepala, lalu bersandar ke pelukan Janice. "Mama, kamu adalah mama terbaik."Janice yang merasa hidungnya perih langsung memeluk Vega dengan erat dan menepuk punggungnya dengan lembut. "Tidurlah."Setelah berkeliling seharian, Vega pun segera tertidur.Janice pun perlahan-lahan meletakkan Vega ke tempat tidur, lalu menyelimuti Vega dan keluar dari kamar. Saat kembali ke kamarnya dan menyalakan lampu, dia terkejut saat melihat ada seseorang duduk di dekat jendela. Dia menatap Jason dan bertanya, "Pak Jason, kapan kamu datang? Kenapa nggak bersuara?""Lihat kamu sedang menidurkan Vega, jadi aku nggak mengganggumu. Janice, ayo ke sini," kata Jason sambil menatap Jason dengan muram."Nggak, aku agak lelah dan ingin tidur lebih awal," kata Janice sambil memegang gagang pintu sebagai isyarat agar Jason pergi.Jason bangkit, lalu berjalan mendekat dan berhenti di depan Janice. "Janice, kalau kamu nggak mau maju, aku yang akan mendekatimu."Mendenga
Naura bisa melihat perasaan yang rumit dari ekspresi Janice, dia pun menarik Janice masuk ke dalam rumah tanpa peduli lagi apakah Jason berada di sana atau tidak.Setelah menyuruh Vega kembali ke kamarnya untuk bermain, Janice pergi menyiapkan teh untuk Naura. Dekorasi rumah masih tetap sama seperti sebelumnya, sehingga dia bisa mencari barang dengan sangat mudah. Dia menatap teko air, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Kak Naura, tunggu sebentar lagi, airnya akan segera mendidih."Tanpa peduli dengan tehnya lagi, Naura berdiri di pintu dapur dan langsung berkata, "Janice, aku nggak berbohong. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh periksa CCTV di depan pintu rumahku. Aku takut tinggal sendirian sejak kamu pergi, jadi aku pasang CCTV.""Aku nggak bilang aku nggak percaya," kata Janice sambil tersenyum.Naura mengernyitkan alis dan menatap Janice dengan tatapan terpaksa, lalu melanjutkan, "Janice, kamu takut ya?""Nggak," jawab Janice sambil berbalik. Saat hendak mengambil teko, dia ma
Mengapa Jason bisa diam-diam mengatur wanita lain untuk Jason?Melihat Janice yang kebingungan, Jason berkata dengan dingin, "Menurutnya, anak nggak harus dilahirkan oleh istri."Janice langsung terdiam dan menggigit bibirnya. Namun, saat teringat dengan kisah asmara Anwar, dia langsung merasa hal itu masuk akal juga. Memperbesar keluarga juga bukan berarti harus Rachel yang melakukannya, Anwar hanya tidak mengizinkan Janice dan Ivy memiliki anak dari Keluarga Karim. Anwar takut mereka akan mencemari nama Keluarga Karim.Memikirkan hal itu, Janice merasa sepertinya para wanita yang dikirim ke tempat tidur Jason pasti memiliki latar belakang yang tidak biasa. Mereka setidaknya harus seorang wanita cerdas dari universitas terkenal, sama seperti ibunya Rensia. Namun, apakah Jason tidak tertarik sedikit pun?"Oh, Pak Jason benar-benar beruntung," kata Janice sambil menganggukkan kepala, lalu menundukkan kepala untuk membereskan barang-barangnya.Jason terus memperhatikan ekspresi Janice sa
Jason melihat je sekeliling, lalu berkata, "Masih nggak jelas ya?"Saat mengikuti arah tatapan Jason, Janice baru sadar memang ada jejak kehidupan Jason di kamar itu. Ada sebuah pengisi daya nirkabel di samping tempat tidur, tempat jam pria di atas lemari, dan jubah tidur pria tergeletak di kursi dekat jendela. Namun, rumah itu sudah dibersihkan sepenuhnya, sehingga dia tidak langsung menyadarinya. Pantas saja dia merasa ada yang aneh saat pertama kali masuk.Janice menatap Jason dengan curiga. "Kenapa kamu tinggal di sini?""Ada orang yang menipuku ke sini," kata Jason sambil menatap lemari kecil di sudut yang masih terkunci.Melihat lemari kecil itu, Janice langsung menyadari apa yang ada di dalamnya. Dia langsung terdiam dan menggenggam gagang koper dengan erat karena merasa dia sepertinya sudah meninggalkan satu lemari penuh dengan bukti kesalahan.Janice pura-pura tidak melihat lemari itu dan berusaha tetap tenang. "Bukan ini yang aku tanya."Ekspresi Jason menjadi muram. "Pelayan
Louise memang penuh nafsu, tetapi dia juga tidak ingin melihat orang lain berpikiran seperti ini di depannya. Setengah jam kemudian, dia akhirnya mengerti maksud Jason. Saat lift berhenti di suatu lantai, dia beserta koper dikeluarkan dari lift dan ditambah dengan sebuah kunci di tangan."Kami tinggal di lantai atas. Kalau ada apa-apa, telepon dulu," kata Jason dengan nada dingin. Dia sengaja menekankan kata telepon, yang artinya adalah jangan sering naik ke lantai atas tanpa alasan.Louise tersenyum. "Ya, Pak Jason."Saat menyadari apa yang terjadi, Janice sudah berdiri di depan pintu apartemen yang mereka huni sebelumnya sambil menggandeng Vega. Dia baru saja hendak bertanya, tetapi Jason sudah membuka pintunya. Dia langsung tertegun di depan pintu karena melihat dekorasi ruangan yang familier, seolah-olah dia tidak pernah pergi dari sana. Hanya saja, ada aroma yang tidak familier di udara.Saat menoleh ke arah Jason, Janice melihat Jason membuka lemari sepatu untuk mengambil sepasan
Mendengar pertanyaan itu, Ivy pun menjatuhkan jaket Vega yang berada di tangannya ke lantai. Dia segera memungutnya, lalu menjawab, "Nggak. Aku hanya pura-pura minum setelah kamu pergi, jadi Elaine nggak cari cara lain untuk menghadapiku. Yang paling penting adalah dia sibuk menyenangkan hati Pak Darwo, jadi nggak ada waktu untuk mengurusku."Janice kembali berkata dengan ragu, "Jadi, kamu ....""Sudah, sudah. Aku masih belum bertanya, kenapa kamu membohongiku? Aku kira kamu dan Pak Landon akan menikah, aku bahkan terus memanggilnya sebagai menantu di posting Whatsapp milikku. Tapi, ternyata ... orang itu malah Jason," kata Ivy yang merasa jantung berdebar hanya dengan memikirkan hal itu."Posting Whatsapp milikmu? Apa yang kamu posting?" tanya Janice yang terkejut.Selama tiga tahun lebih ini, Janice sengaja membuat akun cadangan karena takut rencananya ketahuan. Selain mengirim foto pada Ivy dengan akun sebelumnya, saat ini dia selalu menggunakan akun cadangan. Dia sama sekali tidak