Share

Bab 6

Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.

“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.

Hidup!

Benar-benar hidup!

Terjadi keajaiban.

Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.

Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”

Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”

Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”

Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya kepada Yoga. “Ini kartu namaku, Dik. Kelak, kalau kamu membutuhkan bantuanku, aku pasti akan membantumu, sekalipun harus mengorbankan nyawa.”

Yoga menerima kartu nama tersebut.

Danu kembali menatap Profesor Hendra. Dia berkata dengan nada bercanda, “Profesor Hendra, menurutku gelar profesormu itu, sebaiknya diberikan kepada Adik ini saja. Dia yang lebih pantas menyandang gelar profesor.”

Profesor Hendra merasa malu. “Pak Danu benar. Aku memang nggak layak menyandang gelar profesor. Dik, kemampuan medismu begitu hebat. Kalau boleh tahu, kamu belajar dari siapa?”

Yoga menggelengkan kepalanya. “Nggak ada. Aku hanya membaca beberapa beberapa buku medis dan belajar sendiri.”

“Bagaimana mungkin?” Tentu saja Profesor Hendra tidak memercayainya. “Sejujurnya dalam situasi barusan, meski guruku, Dewa Medis, datang, belum tentu dia bisa menyelamatkannya hari ini. Dik, bisakah kamu menjelaskan sedikit kepadaku, apa yang kamu pikirkan mengenai praktik medis?”

“Sangat sederhana. Aku lihat, bahan obat untuk membuat Pil Penawar Kukila Emas ini hampir semuanya bersifat asam. Orang Daruna sendiri memiliki tubuh yang cenderung bersifat asam. Kalau mereka mengonsumsi obat-obatan yang juga bersifat asam, pasti akan menyebabkan keracunan asam. Tembakau mengandung banyak nikotin. Aku menyuruh pasien untuk menghirup asap rokok dan menelan abu rokok. Alkali di dalamnya bisa menetralkan asam di tubuh pasien, sehingga bisa meredakan keracunan asam. Sementara itu, orang asing secara alami tubuhnya bersifat basa. Itu sebabnya, hasil uji klinis Pil Penawar Kukila Emas di luar negeri sangat ideal dan sempurna.”

Penjelasan Yoga tersebut langsung membuat semua orang mengerti.

Profesor Hendra menepuk kepalanya dengan keras. “Hei, aku benar-benar sudah pikun. Kenapa patologi yang begitu sederhana seperti itu tidak terpikirkan olehku? Kamu sudah menyelamatkan reputasiku seumur hidup. Budi baikmu sangat besar, hingga aku nggak bisa membalasnya. Ini kartu namaku, tolong terimalah. Kalau kelak kamu membutuhkan bantuanku, katakan saja kepadaku.”

“Baik.” Yoga menganggukkan kepalanya.

Ibu bocah laki-laki itu menggendong anaknya dan langsung bersujud di depan Yoga. “Tuan Penolong, aku dan anakku bersujud padamu …”

Yoga buru-buru membantu ibu dan anak itu berdiri.

Tiba-tiba saja, Danu teringat sesuatu dan buru-buru berkata, “Tuan Penolong, malam ini aku akan mengadakan perjamuan sederhana di Hotel Grand Vikrama untuk berterima kasih padamu. Aku harap Tuan Penolong mau memberiku kehormatan dengan datang ke perjamuan itu. Aku akan memperkenalkanmu kepada seorang tokoh besar nanti.”

Yoga baru saja ingin menolaknya, ketika Nadya tiba-tiba mendahuluinya untuk menjawab undangan Danu. “Terima kasih, Pak Danu. Yoga pasti akan datang tepat waktu ke perjamuan itu.”

Yoga merasa sedikit kesal. Apa kamu berhak memutuskan apakah aku akan pergi atau tidak?

Pada saat itulah Nadya baru menyadari jika tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat dingin. Dia merasa seperti baru saja melewati gerbang neraka.

Siapa sangka, krisis besar ini akhirnya bisa diselesaikan dengan mudah oleh seseorang yang bukan siapa-siapa, yang penampilannya juga biasa-biasa saja.

Nadya menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan tegas, “Profesor Hendra, terima kasih karena sudah melanjutkan tanggung jawab Anda untuk merawat dan memulihkan pasien. Tim peneliti ilmiah mengikuti gagasan praktik medis Yoga untuk menyempurnakan dan meningkatkan Pil Penawar Kukila Emas, mengerti?” Nadya menunjuk Yoga. “Ikut denganku.”

“Baik.” Yoga mengikuti Nadya kembali ke kantor presdir.

Nadya dengan santai melemparkan kunci mobil kepada Yoga. “Selamat. Kamu lulus tes wawancara untuk menjadi sopir.”

“Aku …” Yoga bersiap memberitahukan identitasnya bahwa dia adalah ‘Raja Agoy yang Perkasa’. Namun, Yoga menelan kembali kata-katanya tersebut.

Sekarang, semua orang tahu bahwa Nadya adalah wakil Raja Agoy yang Perkasa. Pasti ada banyak pihak yang diam-diam mengincar Grup Magani.

Jika Yoga memberitahukan identitasnya sebagai Raja Agoy yang Perkasa, malah akan membahayakan keselamatan Yoga sendiri. Selain itu, hal tersebut juga membuat Yoga tidak leluasa untuk mencari tahu pelaku pembunuhan keluarganya. Jauh lebih banyak kerugiannya dibanding manfaatnya.

Lebih baik menggunakan posisi sebagai sopir untuk menyembunyikan diri dan bersabar.

Yoga menganggukkan kepalanya. “Terima kasih.”

Nadya melanjutkan kata-katanya, “Pekerjaan sebagai sopir ini tidak mudah. Selain mengemudi, kamu juga harus bertanggung jawab untuk melindungiku. Jangan khawatir. Aku akan menggajimu dua kali lipat.”

“Melindungi?” Yoga mengerutkan kening. “Maksudnya?”

“Jadi begini. Nantinya, kamu akan bekerja pada Raja Agoy yang Perkasa, yang terkenal itu,” kata Nadya. “Raja Agoy yang Perkasa menginginkanku dan ingin menikahiku. Tapi, aku menolaknya. Oleh karena itu, saat kita bertiga berada di tempat yang sama, kamu harus berpura-pura menjadi pacarku. Kita harus memberi kesan kepada Raja Agoy yang Perkasa kalau kita sudah bertunangan, sehingga dia akan menyerah.”

Yoga tidak bisa berkata-kata.

Kapan aku pernah menginginkanmu dan ingin menikahimu?

Yoga menahan amarahnya. “Sejauh yang saya ketahui, Raja Agoy yang Perkasa memiliki kekuasaan yang luar biasa, kaya raya, dan menjadi idola di negara ini. Kenapa Anda nggak mau menikah dengannya?”

“Menurutku, nggak ada wanita yang mau menikah dengan pria tua yang pantas menjadi kakeknya.” jawab Nadya.

Hmm?

“Bagaimana Anda tahu kalau Raja Agoy yang Perkasa adalah pria yang sudah tua?” tanya Yoga.

“Omong kosong! Bagaimana mungkin seseorang bisa mengumpulkan kekayaan sebesar itu tanpa berjuang selama 80 atau 90 tahun?” kata Nadya.

“Baiklah.” Yoga tidak lagi mengatakan apa pun. “Saya akan membantu Anda dengan senang hati.”

“Pergilah ke tempat parkir bawah tanah Kahiyang Permai dan bawa kemari mobilnya,” perintah Nadya. “Mobilnya adalah LaFellalio. Kamu harus selalu siap sedia untuk menjemput Raja Agoy yang Perkasa kapan saja. Selain itu, kamu juga memperhatikan acara makan malam dengan Pak Danu malam ini. Jangan sampai terlambat!”

Baru pada saat itulah, Yoga menyadari jika kunci mobil yang diberikan Nadya kepadanya, adalah kunci mobil LaFellalio miliknya.

Pada waktu itu, Grup Magani yang membawa kembali mobil tersebut dari Persatuan Negara-Negara. Jadi, wajar saja jika Nadya memiliki kunci mobil itu.

Begitu Yoga pergi, Nadya langsung memanggil asistennya untuk masuk. “Pergilah! Selidiki Yoga ini dengan baik untukku.”

“Bu Nadya, apa Anda tertarik padanya?” tanya asistennya.

“Sebelumnya, dia bisa menyelesaikan kasus kecelakaan medis. Seharusnya, hal itu bukan terjadi secara kebetulan,” ujar Nadya. “Juga, barusan ketika aku mengatakan kalau dia akan bekerja untuk Raja Agoy yang Perkasa nantinya, sikapnya hanya biasa saja. Dua hal ini saja sudah cukup membuktikan kalau dia bukan orang sembarangan.”

Asisten itu menganggukkan kepalanya. “Saya mengerti.”

“Perhatikan dengan cermat. Lihat apa dia dikirim oleh grup itu. Begitu kamu mengetahui kalau dia terlibat dengan grup itu, segera laporkan kepadaku!” pungkas Nadya.

“Saya mengerti,” jawab asistennya.

Yoga sampai di lantai satu. Begitu membuka pintu, dia menabrak sepasang pria dan wanita di depannya.

Wanita itu langsung memarahi Yoga, “Jalan lihat-lihat dong! Matamu buta ya?”

Pria itu juga ikut marah-marah, “Cepat minggir! Kalau kamu membuat urusan pentingku tertunda, aku nggak akan pernah melepaskanmu begitu saja!”

Hmm?

Yoga mengerutkan kening. Pasangan pria dan wanita itu bukan orang lain, melainkan adik iparnya sendiri, Gatot Atmaja, dan istrinya, Tika Maryadi.

Hubungan Yoga dan mereka berdua tidak pernah baik. Oleh karena itu, Yoga tidak mau repot-repot meladeni mereka dan ingin pergi.

Namun, tanpa diduga Gatot mengenali Yoga. “Hmm? Ternyata kamu Yoga. Berhenti!”

Yoga menghentikan langkahnya dengan enggan. “Ada apa?”

Cara Gatot bertanya seperti sedang menginterogasi penjahat, “Aku dengar kakakku memberimu 10 miliar sebagai biaya perceraian? Kamu sudah tinggal gratis di rumahku selama lima tahun. Berani-beraninya kamu menerima uang ini? Berikan uangnya padaku sekarang!”

“Kakakmu yang memberikan uang itu. Sekalipun aku mengembalikannya, aku akan memberikan uang itu pada kakakmu, bukan kepadamu,” kata Yoga dengan sopan.

“B*rengsek!” Gatot mengumpat. “Kamu si orang yang nggak berguna ini, berani melawan ya?”

“Sudahlah, Gatot. Biarkan dia pergi sekarang. Kita buat perhitungan dengannya nanti,” kata Rina. “Yang terpenting sekarang adalah pergi wawancara untuk posisi sopir. Jangan sampai ketinggalan!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status