Share

Bab 4

Author: Atria
last update Last Updated: 2024-05-20 21:37:50

Karina menuruni angkot yang ditumpanginya tadi dengan menjinjing keranjang sayur di tangannya. Angkot yang dinaikinya tadi tidak sampai ke depan rumah Adnan, hanya ada di persimpangan. Jadi dia harus berjalan kaki beberapa meter untuk sampai ke rumah itu.

Ketika dia membuka pintu, dia langsung disambut oleh ibu mertuanya dengan ocehan dan kata-kata yang pedas. 

“Benar-benar perempuan tidak berguna! Ke pasar saja sangat lama! Sepertinya kamu sengaja ya, ingin membuat aku mati kelaparan?”

Karina tidak menjawab ocehan mertuanya, dia langsung pergi ke dapur untuk segera memasak.

Laras bukannya berhenti mengoceh, tapi dia justru mengikuti Karina dan melanjutkan ocehannya.

“Kamu itu sebenarnya berasal dari mana sih? Kenapa kamu itu tidak tahu malu sekali? Karina, kamu dengar ya? Lidya, pacar Adnan sudah kembali. Jadi kamu harus merelakan Adnan untuk menikahnya!” 

Karina yang sedang menggenggam sayuran langsung menoleh, “Ibu, tapi aku masih istri sah mas Adnan. Bagaimana mungkin dia akan menikah dengan wanita lain?” 

Laras tertawa mengejek, “Memangnya kenapa? Apa hakmu untuk melarang? Kamu itu hanya pengantin pengganti. Aku sudah katakan berkali-kali kalau kamu itu sama sekali tidak pantas untuk menjadi istri seorang Adnan, seorang CEO Grup Limanto yang cukup besar. Seharusnya kamu itu bercermin dan tidak usah banyak menuntut. Cukup diam dan patuh saja!

Karina meremas sayuran yang ada di tangannya. Kata-kata ibu mertuanya ini begitu sakit dan pedas menusuk hatinya. Belum sempat dia menjawab, Laras kembali melanjutkan caciannya.

“Sebenarnya, kalau kamu mau patuh dan tidak membantahku untuk mengerjakan segala pekerjaan rumah dan mengalah dariku, mungkin aku bisa membujuk agar Adnan tidak menceraikan mu. Jadi kamu tetap bisa menumpang hidup di sini dengan baik “ 

Karina tidak bisa untuk tidak menoleh, dia tidak bisa menahan diri dan bertanya, “Jadi maksud ibu apa?”

“Aku akan tetap menyuruh Adnan menikahi Lidya tanpa menceraikan kamu. Kan lumayan, tenaga kamu bisa dipakai di sini. Aku tidak perlu repot-repot membayar pembantu dan kamu juga tidak akan jadi gelandangan di luar sana. Timbal balik yang bagus, bukan? Jadi pikirkanlah dengan baik-baik.”

Selesai bicara demikian, Laras langsung meninggalkan Karina tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Karina meremas dadanya yang terasa begitu sakit.

Tetapi dia selalu bisa menguasai dirinya agar melanjutkan masaknya meskipun dengan deraian air mata.

Selesai memasak, dia segera menyiapkan makan siang untuk Adnan. Dia ingin sekali mengirim makanan ke kantornya. Siapa tahu dengan begitu, pintu hati Adnan akan sedikit tersentuh olehnya.

Dia melirik jam. Satu jam lagi adalah waktu istirahat. Dia tidak boleh terlambat. Karina segera pergi ke kamarnya untuk mandi dan berkemas. 

Tetapi dia tertegun saat dia tidak mendapatkan baju yang bagus untuk pergi ke kantor Adnan. Ketika dulu dia keluar dari rumahnya, dia memang tidak membawa pakaian bagus satupun. Sebenarnya dia sengaja ingin menyamar sebagai wanita biasa, dengan harapan agar Adnan bisa menerimanya apa adanya dengan tulus, seperti dulu saat Adnan menolongnya dari kecelakaan maut. Pria itu terlihat tulus. 

Jika mengingat peristiwa itu, sesakit apapun hatinya terhadap Adnan, Karina memang langsung luluh. Dia hanya berharap jika Adnan suatu saat akan menerimanya dan dia bisa memiliki waktu yang tepat untuk membuka jati dirinya dengan tenang.

Karina sudah bersiap dengan pakaian apa adanya saja. Dia kemudian melangkah keluar dari rumah ini dengan membawa rantang berisi makan siang untuk suaminya. 

Dia memang belum pernah pergi ke perusahaan Adnan, tetapi dia tetap tahu di mana perusahaan itu berada. Ketika sampai di sana orang-orang menatapnya penuh heran? Mungkin karena pakaian sederhana yang dikenakannya. Dia memang hanya mengenakan celana jeans berwarna hitam dan kaos lengan pendek berwarna putih. 

Dia menghampiri seorang staf dan bertanya ruangan Adnan.

‘Ada keperluan apa, kamu ingin bertemu atasan kami?” Staf pria itu bertanya.

“Aku,”  saat ingin mengatakan jika dia adalah istri Adnan, Karina berpikir terlebih dahulu. Mungkin mereka tidak akan mempercayainya, malah akan menertawakannya.

Akhirnya dia mengatakan jika dia adalah orang suruhan ibu Adnan yang datang untuk mengantar makan siang.

Untung saja staf pria itu percaya dan akhirnya menunjukkan arah ke ruangan di mana Adnan berada. 

Karina tanpa ragu melangkah mengikuti petunjuk dari staf tadi, beberapa orang yang dilewatinya menoleh ke arahnya dan berbisik kepada teman di sebelahnya. 

“Itu siapa? Penampilannya sangat kampungan sekali. Kenapa bisa masuk ke sini? Atau dia salah tempat kali, ya?”

Temannya yang diajak bicara hanya menggeleng. 

“Mungkin dia seorang pesuruh, yang ingin mengantar pesanan.” 

Karina sempat mendengar bisikan orang-orang itu, tetapi dia diam saja dan tidak peduli. Lagian, tidak mungkin dia mengaku sebagai istri Adnan. Orang-orang pasti tidak akan percaya dengan penampilannya yang seperti ini.

Saat dia sudah tiba di pintu ruangan CEO Karina menghentikan langkahnya. Dia sangat ragu untuk mengetuk pintu, dia takut mengganggu suaminya yang mungkin sedang sibuk. Tetapi, bukankah dia datang dengan niat baik? Membawakan makan siang untuknya. Adnan pasti tidak akan marah padanya. Pada akhirnya Karina pun mengetuk pintu.

“Masuk!” Terdengar suara Adnan dari dalam memberi perintah. Karina mendorong pintu dengan lembut kemudian dia melangkah masuk. Namun tiba-tiba saja dia menghentikan langkahnya. Dia membeku di kedua kakinya ketika melihat jika suaminya sedang tidak duduk sendirian di kursi kerja, melainkan duduk di sofa dengan memangku seorang wanita yang tidak lain adalah Lidya.

Dia bahkan sempat melihat mereka berdua sedang berciuman. 

Bukan hanya Karina yang terkejut, dua orang itu juga terkejut ketika melihat jika yang masuk itu adalah Karina Adnan langsung menurunkan tubuh Lidya dari pangkuannya dan berdiri.

Karina masih dalam keterjutaannya, dia mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak menyangka jika suaminya tega mengkhianatinya di belakangnya seperti ini.

Adnan juga masih dalam keadaan terkejut, tapi dia langsung menguasai diri. Dia berdiri dengan tegak di depan Karina.

“Kenapa kamu kesini? Siapa yang mengizinkan kamu masuk?” 

Hati Karina rasanya seperti tercabik-cabik. Bukannya meminta maaf, suaminya malah bertanya seperti itu. Karina menunduk, mengusap air matanya yang tidak terasa jatuh begitu saja di pipi putihnya. Kemudian dia mengangkat wajahnya dan berkata dengan datar, “Aku kesini hanya untuk mengantar makan siangmu karena tadi pagi aku telat menyiapkan sarapan. Tapi aku tidak menyangka jika kedatanganku kesini ternyata tidak tepat waktunya.”

Adnan belum menjawab apapun, Karina kembali berkata, “Maaf kalau sudah mengganggu waktu kalian. Kalau begitu aku pulang dulu. Selamat bersenang-senang.” Selesai mengucapkan itu, Karina meletakkan rantang makanan diatas meja kerja, kemudian dia berbalik. Tetapi Adnan langsung memanggilnya.

“Karina!” 

Karina tidak menoleh, tapi dia menghentikan langkahnya.

“Lidya adalah pacarku. Dia sudah kembali, jadi kamu tidak punya hak untuk marah ataupun kecewa jika aku dan dia, 

“Ya, tentu saja.” Kalimat dari Adnan tergantung karena dipotong oleh Karina. Wanita itu menoleh, kemudian berkata lagi. “Aku memang tidak punya hak untuk marah atau kecewa. Tapi setidaknya aku masih punya hak untuk menuntut. Karena biar bagaimanapun juga, aku adalah istrimu yang sah. Jadi menurutku, perbuatan kalian ini sangat melanggar etika.” Selesai berkata demikian Karina tidak menunggu jawaban dari Adnan, dia langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Sepanjang perjalanan keluar dari pergedungan kantor itu, hati rasanya sangat sakit dan sedih membayangkan adegan di depan matanya tadi.

Sepertinya kali ini dia memang benar-benar harus mengambil keputusan. Karina merogoh ponselnya dan menghubungi Mia, terdengar dia berbicara dengan serius. 

“Baik, Nona Muda. Aku akan segera menjemputmu.” 

“Tidak perlu! Aku akan datang sendiri ke sana. Kamu tunggu saja.” Karina memutuskan panggilan kemudian dia menyetop taksi.

“Ke mana, Nona?” Sopir taksi bertanya.

“Grup Harmoko.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
eli Aulia
Miskinkan Adnan, lihat apakah Lidia tetap mau sama Adnan ? Supaya ibu Adnan dan Adnan sadar sudah membuang yang tulus dan berlian mahal untuk yang Lidia dan keluarga Lidia yang hanya melihat harta dan kedudukan saja.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   selesai.

    Beberapa bulan berlalu, dan kolaborasi dengan Hiroshi Tanaka membuahkan hasil. Bersama timnya, Adrian dan Sari meluncurkan produk terbaru mereka, Elysian, sebuah platform berbasis kecerdasan buatan yang tidak hanya melayani kebutuhan pelanggan tetapi juga mampu memprediksi tren masa depan.Peluncuran Elysian diadakan di Tokyo, Jepang, salah satu pasar terbesar mereka. Adrian dan Sari memilih Tokyo bukan hanya untuk menghormati Hiroshi sebagai mitra, tetapi juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka siap bersaing di panggung global.Acara tersebut berlangsung megah, dihadiri oleh para pemimpin industri dari berbagai negara. Ketika demo Elysian dipresentasikan, ruangan dipenuhi dengan tepuk tangan meriah. Platform ini menawarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: teknologi yang dapat mengintegrasikan kebutuhan pelanggan dengan solusi yang benar-benar personal, ramah lingkungan, dan inovatif.Namun, seperti yang telah diperkirakan, Vino kembali mencoba menjegal mereka. Kali

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   langit berbintang

    Setelah forum bisnis di Zurich, Adrian dan Sari kembali ke kantor pusat mereka dengan energi baru. Aurora telah menjadi bukti bahwa mereka mampu bertahan di tengah persaingan sengit, tetapi perjalanan mereka masih jauh dari kata selesai. Pasar internasional semakin menuntut inovasi yang lebih cepat dan layanan yang lebih baik.Di pagi yang sibuk, Sari menerima sebuah panggilan telepon dari seorang mitra strategis di Jepang. Mitra itu, Hiroshi Tanaka, adalah pemilik perusahaan teknologi terkemuka yang sudah lama dikenal karena inovasinya dalam bidang kecerdasan buatan.“Sari-san,” suara Hiroshi terdengar penuh semangat. “Saya sangat tertarik dengan konsep Aurora. Saya percaya bahwa dengan kecerdasan buatan, kita bisa mengembangkan produk ini ke level berikutnya. Bagaimana jika kita berdiskusi lebih lanjut tentang kolaborasi?”Mendengar tawaran itu, Sari merasa ini adalah kesempatan emas. Ia segera memberi tahu Adrian, yang langsung setuju untuk mengatur pertemuan virtual dengan tim Hir

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   cahaya kota Zurich

    Beberapa minggu setelah peluncuran Aurora, hasil penjualan mulai menunjukkan dampak besar. Produk inovatif itu tidak hanya diterima dengan baik, tetapi juga menjadi tren global. Media internasional mulai meliput kisah sukses Adrian dan Sari, menjadikan mereka simbol pengusaha muda yang berani melawan raksasa industri.Namun, seperti yang diduga, Vino tidak tinggal diam. PT. Maxima mulai menggencarkan kampanye untuk mendiskreditkan Aurora. Mereka menyebarkan isu bahwa teknologi yang digunakan oleh Aurora memiliki cacat yang berpotensi berbahaya bagi pelanggan. Isu ini dengan cepat menyebar, dan beberapa pelanggan mulai meragukan kualitas produk Adrian dan Sari.Adrian langsung mengumpulkan timnya untuk menanggapi krisis ini. “Kita harus menyelesaikan ini secepat mungkin. Jika kita membiarkan rumor ini berkembang, reputasi kita akan hancur,” katanya dengan nada serius.Sari, yang selalu tenang dalam situasi genting, menyarankan, “Kita harus transparan. Mari undang para ahli independen u

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   Strategi Tak Terduga

    Kesuksesan ekspansi internasional Adrian dan Sari bukan hanya buah dari kerja keras, tetapi juga bukti ketahanan mereka dalam menghadapi persaingan yang terus meningkat. Namun, mereka menyadari bahwa keberhasilan awal ini hanya permulaan dari perjalanan panjang yang penuh tantangan.Sebuah email masuk ke kotak masuk Adrian pagi itu. Pengirimnya adalah seorang mantan kolega yang kini bekerja sebagai konsultan bisnis di Eropa. Email tersebut menawarkan kolaborasi untuk memperluas produk mereka ke pasar yang lebih luas, terutama di wilayah Eropa Timur, yang dianggap sebagai ladang subur untuk produk inovatif. Adrian menunjukkan email itu kepada Sari, yang langsung melihat potensi besar dari tawaran tersebut.“Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang,” ujar Sari, mempelajari email itu dengan seksama. “Tapi, jika ini berhasil, kita akan punya pijakan kuat di pasar internasional.”Namun, di tengah perencanaan mereka, ancaman baru muncul dari PT. Maxima. Vino, yang dikenal licik dan a

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   semangat baru

    Setelah kesepakatan dengan Ryan tercapai, Adrian dan Sari mulai melihat perubahan besar dalam perusahaan mereka. Penerapan teknologi terbaru yang mereka adopsi berjalan mulus. Tim mereka mulai terbiasa dengan sistem baru, dan hasilnya sangat memuaskan. Proses produksi menjadi lebih efisien, biaya operasional berkurang, dan yang paling penting, mereka bisa memberikan pengalaman pelanggan yang jauh lebih baik. Penjualan terus meningkat, dan reputasi merek mereka semakin dikenal di pasar.Namun, keberhasilan ini juga menarik perhatian para pesaing yang lebih besar, yang mulai merasa terancam dengan inovasi yang dibawa oleh Adrian dan Sari. Seorang pesaing utama, PT. Maxima, yang sudah lama mendominasi pasar, mulai melakukan langkah-langkah agresif untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. PT. Maxima, yang dipimpin oleh seorang eksekutif muda bernama Vino, mengumumkan peluncuran produk baru yang hampir identik dengan produk utama mereka. Mereka menawarkan harga yang lebih murah, yang la

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   menolak tawaran.

    Adrian dan Sari memutuskan untuk menolak tawaran besar dari Daniel Hartono, meskipun tawaran itu menawarkan banyak keuntungan dan peluang. Keputusan itu bukanlah keputusan yang mudah, tapi mereka tahu bahwa kebebasan dan kendali atas bisnis yang mereka bangun adalah hal yang lebih berharga daripada keuntungan jangka pendek yang bisa didapat dengan menyerahkan sebagian besar saham mereka.Setelah pertemuan itu, mereka merasa lega, tetapi juga cemas akan dampak keputusan ini pada masa depan mereka. Sari tahu bahwa mereka harus lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk tetap berkembang tanpa bantuan investor besar. Mereka berdua memutuskan untuk fokus pada pengembangan produk dan mencari peluang baru untuk menjangkau pasar yang lebih luas.Hari-hari berikutnya, mereka memulai perjalanan baru dalam mengelola perusahaan. Mereka berdua menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide-ide baru, memperbaiki sistem operasional, dan mencari cara untuk menarik perhatian pelanggan lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status