Share

Bab 3

Author: Atria
last update Last Updated: 2024-05-19 21:07:56

Lidya mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Adnan. Dia berkata dengan suara manja. “Adnan, bisakah kita seperti dulu lagi? Aku ingin bersamamu dan kali ini aku sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuaku untuk menikah denganmu.”

Adnan menarik nafas panjang, kemudian dia menoleh dan berkata. “Aku belum memikirkan hal itu karena biar bagaimanapun juga sekarang aku sudah menikah.”

“Adnan, dia hanya pengantin penggantiku, kamu sama sekali tidak menyukainya dan kehidupan rumah tangga kamu juga tidak bahagia. Dia bukan wanita yang baik. Lihatlah, ibumu menderita karena memiliki menantu yang tidak berpendidikan dan berlatar belakang tidak jelas seperti dia. Dilihat dari sudut pandang manapun, aku lebih baik dari dia. Jika kamu merasa kecewa karena kejadian dulu, itu hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku pergi ke luar negeri juga demi kebaikan kita. Ayahku berjanji setelah aku menyelesaikan sekolahku, maka dia akan memberi restu untuk kita.”

Setelah beberapa saat terdiam, Adnan kemudian bersuara lagi, “Pulanglah, ini sudah hampir malam.”

Lidya sedikit kecewa, saat menyadari jika Adnan Masih dingin terhadapnya.

Tetapi dia tidak boleh buru-buru, dia harus bisa mengambil hati Adnan agar bisa kembali lagi dengan pria itu. Kemudian dia mengangguk dengan lembut, “Baiklah, aku akan pulang. Kalau begitu kamu istirahat yang baik ya? Besok aku akan menemuimu lagi.”

Adnan hanya mengangguk, membiarkan Lidya pergi.

Pagi hari, Karina terbangun. Dia merasakan sakit kepalanya pusing. Dia memijat keningnya sendiri.

Semalam, Adnan tidak tidur di kamar. Entah dia tidur di mana, Karina juga tidak tahu.

Ketika dia sedang merenung, pintu kamarnya tiba-tiba digedor oleh seseorang dari luar. Kemudian terdengar suara Bu Laras berteriak memanggilnya.

Sambil sempoyongan, Karina membuka pintu dengan terburu-buru.

Wanita separuh baya itu sudah berdiri di ambang pintu dengan berkacak pinggang

“Ini sudah jam berapa, hah? Kamu malah enak-enakan tidur! Kamu pikir, kamu ini Nyonya besar apa? Cepat belanja ke pasar untuk makan hari ini! Jangan biarkan kami kelaparan, gara-gara kamu seorang istri yang pemalas!”

Laras kemudian berjongkok untuk mengambil keranjang sayur yang ada di samping kakinya, lalu melemparkan pada Karina serta uang juga.

“Cepat pergi! Kalau tidak, aku benar-benar akan menyuruh Adnan untuk menceraikan mu! Kamu akan menjadi gembel dan tidak punya tempat tinggal lagi! Sudah bagus kamu di sini bisa menumpang makan, minum dan tidur gratis! Kamu harus membayarnya dengan mengurus segala sesuatu keperluan rumah ini!” Ucap Bu Laras, kemudian dia berbalik dan pergi meninggalkan Karina yang masih berdiri.

Karina mau berjongkok, memungut keranjang sayur dan uang yang dilemparkan oleh ibu mertuanya tadi. Kemudian dia meletakkan di atas meja dan dia pergi ke kamar mandi untuk mandi terlebih dahulu.

Ketika dia turun, dia melihat Adnan sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Dia menghampiri suaminya itu dan berkata dengan ragu-ragu, “Adnan, apa kamu masih marah padaku? Aku benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin. Tapi, aku sungguh tidak menyakiti ibumu.”

Adnan sama sekali tidak menoleh. Dia berkata dengan dingin, “Cobalah kamu mulai memperbaiki dirimu. Dengan begitu, mungkin aku bisa memberimu kesempatan. Jika kamu terus begitu, bagaimana bisa aku membuka hatiku untukmu? Apalagi sekarang pacarku sudah kembali. Semakin kamu berbuat salah, semakin aku muak dan membencimu! Mungkin sebentar lagi aku akan benar-benar menceraikan mu, kecuali jika kamu mau berbuat sedikit lebih baik dan menyenangkan hati ibuku.”

Jawaban dari Adnan benar-benar menyakiti hatinya, belum sempat dia berbicara lagi Adnan sudah melangkah keluar dan masuk ke dalam mobil. Sejenak kemudian mobil itu telah menghilang meninggalkan Karina yang masih berdiri di ambang pintu sambil menatap keluar dengan hampa.

Karina menarik nafas berat. Hari-hari yang dilaluinya seperti sangat berat dan buruk. Rasanya dia tidak bisa bertahan lagi.

Dia kemudian melangkah ke jalan menyetop taksi dan pergi ke pasar untuk mencari bahan masakan.

Selesai mendapatkan semuanya, Karina segera pulang. Dia takut terlambat dan tidak bisa membuatkan makan siang untuk Adnan yang tadi tidak sempat sarapan.

Ketika dia berdiri di pinggir jalan, dia merasa kepalanya sangat pusing. Tiba-tiba dia oleng dan hampir saja dia terpelanting ke tanah, jika tidak ada sepasang tangan yang menopang tubuhnya. Saat dia menoleh ke samping untuk melihat siapa pemilik tangan yang telah menolongnya itu, dia melihat wajah yang tampan tersenyum ke arahnya.

“Eh, apa kamu sedang sakit?” Pria tampan itu bertanya padanya.

Karina segera menarik tubuhnya dari tangan pria itu dan buru-buru menggeleng.

“Tidak, aku hanya sedikit pusing. Terima kasih, sudah menolongku.”

Pria itu mengangguk, “Lain kali hati-hati. Jika merasa tidak enak badan, sebaiknya tinggal saja di rumah dan jangan pergi ke mana-mana dulu. Jika kamu tadi jatuh dan pingsan, lalu ada orang jahat bagaimana?”

Karina belum sempat menjawab, tapi pria itu sudah melangkah pergi.

Karina memang merasa kepalanya semakin pusing, mungkin karena dia kelelahan atau kurang beristirahat. Kemudian dia memutuskan untuk beristirahat dahulu dengan duduk di pinggir jalan. Setelah dia merasa enakan, barulah dia kembali berdiri untuk menyetop taksi. Tiba-tiba dari arah sana terlihat tiga mobil Bentley hitam yang berhenti tepat di hadapannya. Kemudian salah satu pintu dari mobil itu terbuka. Seorang wanita cantik dengan, celana kain dan jas berdasi menghampirinya. Beberapa pria berjas yang juga ikut turun juga mengikuti langkah wanita itu.

Wanita itu mengangguk dengan hormat kepada Karina dan berkata dengan sopan, “Nona Muda, Tuan Besar sudah meminta anda untuk pulang. Kami datang untuk menjemput anda.”

Karina mendengus kasar, kemudian menjawab dengan nada datar, “Mia, katakan pada kakek, ditunggu sebentar lagi. Waktuku belum habis “

Selesai mengatakan itu Karina kemudian melangkah untuk menjauhi wanita itu tetapi wanita itu justru mengikutinya dari belakang. Karina menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, “Siapa yang mengizinkan kamu untuk mengikuti ku?”

Sekretaris Mia itu langsung menghentikan langkahnya. Dia kemudian menundukkan pandangannya, “Maaf Nona Muda, tetapi Tuan besar sudah sangat mendesak.”

“Cepat pergi! Jangan biarkan orang lain melihat kita!” Karina berkata demikian.

Sekretaris Mia tidak bisa berkata apapun lagi. Nona Muda-nya ini memang sangat keras kepala. Seberapapun dia membujuknya, Nona Muda-nya ini tetap dengan pendiriannya, yaitu pulang kembali ke keluarga Limanto yang sudah jelas-jelas selalu menindasnya. Sekretaris Mia hanya bisa mendesah kemudian berbalik badan dan kembali menuju mobilnya dan menyuruh sang sopir melaju untuk kembali. Diikuti dengan dua mobil lainnya di belakangnya.

Tiga mobil Bentley hitam itu melewati karina.

Karina menatap mobil-mobil itu yang sudah hampir menghilang. Dia teringat, jika satu mobil yang paling depan itu adalah mobil kesayangannya. Tiga tahun yang lalu, dia tidak pernah lepas dari mobil itu dan juga sekretaris Mia yang setiap saat ada di samping kirinya.

Sudah lama dia meninggalkan mereka. Karina mulai berpikir, apakah sudah waktunya dia untuk pulang?

Tetapi ketika dia memikirkan Adnan hatinya kembali merasa khawatir. Jika dia pergi, otomatis kakeknya akan memintanya untuk menarik semua dana yang telah ditanamnya di perusahaan Limanto. Perusahaan itu akan bangkrut lagi dan Adnan pasti akan menderita. Jauh di lubuk hati, dia tetap tidak tega. Biar bagaimanapun juga, pria itu sudah menjadi suaminya hampir tiga tahun belakangan ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   selesai.

    Beberapa bulan berlalu, dan kolaborasi dengan Hiroshi Tanaka membuahkan hasil. Bersama timnya, Adrian dan Sari meluncurkan produk terbaru mereka, Elysian, sebuah platform berbasis kecerdasan buatan yang tidak hanya melayani kebutuhan pelanggan tetapi juga mampu memprediksi tren masa depan.Peluncuran Elysian diadakan di Tokyo, Jepang, salah satu pasar terbesar mereka. Adrian dan Sari memilih Tokyo bukan hanya untuk menghormati Hiroshi sebagai mitra, tetapi juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka siap bersaing di panggung global.Acara tersebut berlangsung megah, dihadiri oleh para pemimpin industri dari berbagai negara. Ketika demo Elysian dipresentasikan, ruangan dipenuhi dengan tepuk tangan meriah. Platform ini menawarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: teknologi yang dapat mengintegrasikan kebutuhan pelanggan dengan solusi yang benar-benar personal, ramah lingkungan, dan inovatif.Namun, seperti yang telah diperkirakan, Vino kembali mencoba menjegal mereka. Kali

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   langit berbintang

    Setelah forum bisnis di Zurich, Adrian dan Sari kembali ke kantor pusat mereka dengan energi baru. Aurora telah menjadi bukti bahwa mereka mampu bertahan di tengah persaingan sengit, tetapi perjalanan mereka masih jauh dari kata selesai. Pasar internasional semakin menuntut inovasi yang lebih cepat dan layanan yang lebih baik.Di pagi yang sibuk, Sari menerima sebuah panggilan telepon dari seorang mitra strategis di Jepang. Mitra itu, Hiroshi Tanaka, adalah pemilik perusahaan teknologi terkemuka yang sudah lama dikenal karena inovasinya dalam bidang kecerdasan buatan.“Sari-san,” suara Hiroshi terdengar penuh semangat. “Saya sangat tertarik dengan konsep Aurora. Saya percaya bahwa dengan kecerdasan buatan, kita bisa mengembangkan produk ini ke level berikutnya. Bagaimana jika kita berdiskusi lebih lanjut tentang kolaborasi?”Mendengar tawaran itu, Sari merasa ini adalah kesempatan emas. Ia segera memberi tahu Adrian, yang langsung setuju untuk mengatur pertemuan virtual dengan tim Hir

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   cahaya kota Zurich

    Beberapa minggu setelah peluncuran Aurora, hasil penjualan mulai menunjukkan dampak besar. Produk inovatif itu tidak hanya diterima dengan baik, tetapi juga menjadi tren global. Media internasional mulai meliput kisah sukses Adrian dan Sari, menjadikan mereka simbol pengusaha muda yang berani melawan raksasa industri.Namun, seperti yang diduga, Vino tidak tinggal diam. PT. Maxima mulai menggencarkan kampanye untuk mendiskreditkan Aurora. Mereka menyebarkan isu bahwa teknologi yang digunakan oleh Aurora memiliki cacat yang berpotensi berbahaya bagi pelanggan. Isu ini dengan cepat menyebar, dan beberapa pelanggan mulai meragukan kualitas produk Adrian dan Sari.Adrian langsung mengumpulkan timnya untuk menanggapi krisis ini. “Kita harus menyelesaikan ini secepat mungkin. Jika kita membiarkan rumor ini berkembang, reputasi kita akan hancur,” katanya dengan nada serius.Sari, yang selalu tenang dalam situasi genting, menyarankan, “Kita harus transparan. Mari undang para ahli independen u

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   Strategi Tak Terduga

    Kesuksesan ekspansi internasional Adrian dan Sari bukan hanya buah dari kerja keras, tetapi juga bukti ketahanan mereka dalam menghadapi persaingan yang terus meningkat. Namun, mereka menyadari bahwa keberhasilan awal ini hanya permulaan dari perjalanan panjang yang penuh tantangan.Sebuah email masuk ke kotak masuk Adrian pagi itu. Pengirimnya adalah seorang mantan kolega yang kini bekerja sebagai konsultan bisnis di Eropa. Email tersebut menawarkan kolaborasi untuk memperluas produk mereka ke pasar yang lebih luas, terutama di wilayah Eropa Timur, yang dianggap sebagai ladang subur untuk produk inovatif. Adrian menunjukkan email itu kepada Sari, yang langsung melihat potensi besar dari tawaran tersebut.“Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang,” ujar Sari, mempelajari email itu dengan seksama. “Tapi, jika ini berhasil, kita akan punya pijakan kuat di pasar internasional.”Namun, di tengah perencanaan mereka, ancaman baru muncul dari PT. Maxima. Vino, yang dikenal licik dan a

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   semangat baru

    Setelah kesepakatan dengan Ryan tercapai, Adrian dan Sari mulai melihat perubahan besar dalam perusahaan mereka. Penerapan teknologi terbaru yang mereka adopsi berjalan mulus. Tim mereka mulai terbiasa dengan sistem baru, dan hasilnya sangat memuaskan. Proses produksi menjadi lebih efisien, biaya operasional berkurang, dan yang paling penting, mereka bisa memberikan pengalaman pelanggan yang jauh lebih baik. Penjualan terus meningkat, dan reputasi merek mereka semakin dikenal di pasar.Namun, keberhasilan ini juga menarik perhatian para pesaing yang lebih besar, yang mulai merasa terancam dengan inovasi yang dibawa oleh Adrian dan Sari. Seorang pesaing utama, PT. Maxima, yang sudah lama mendominasi pasar, mulai melakukan langkah-langkah agresif untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. PT. Maxima, yang dipimpin oleh seorang eksekutif muda bernama Vino, mengumumkan peluncuran produk baru yang hampir identik dengan produk utama mereka. Mereka menawarkan harga yang lebih murah, yang la

  • Pembalasan sang Putri Pewaris   menolak tawaran.

    Adrian dan Sari memutuskan untuk menolak tawaran besar dari Daniel Hartono, meskipun tawaran itu menawarkan banyak keuntungan dan peluang. Keputusan itu bukanlah keputusan yang mudah, tapi mereka tahu bahwa kebebasan dan kendali atas bisnis yang mereka bangun adalah hal yang lebih berharga daripada keuntungan jangka pendek yang bisa didapat dengan menyerahkan sebagian besar saham mereka.Setelah pertemuan itu, mereka merasa lega, tetapi juga cemas akan dampak keputusan ini pada masa depan mereka. Sari tahu bahwa mereka harus lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk tetap berkembang tanpa bantuan investor besar. Mereka berdua memutuskan untuk fokus pada pengembangan produk dan mencari peluang baru untuk menjangkau pasar yang lebih luas.Hari-hari berikutnya, mereka memulai perjalanan baru dalam mengelola perusahaan. Mereka berdua menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide-ide baru, memperbaiki sistem operasional, dan mencari cara untuk menarik perhatian pelanggan lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status