Share

Bab3

Author: Chau08
last update Last Updated: 2022-06-04 20:09:10

Astri menarik kopernya dan juga koper Syifa keluar gerbang. Ketika berjalan cukup jauh dari gerbang rumah, Astri melihat Alin dan Ayah mertua sedang berpelukan. Lalu Astri pun menghampiri mereka.

" Ayah, Alin... Kenapa ada disini?" tanya Astri penasaran.

"Astri..." ucap Ayah tak melanjutkan kata-katanya matanya menatap koper yang Astri bawa.

"Alin pergi dari rumah kak," Jawab Alin lirih. Sedangkan Ayah hanya menunduk.

" Kenapa bisa dek? Terus sekarang kamu mau kemana?" tanya Astri lagi. Namun, Alin hanya menggelengkan kepala.

"Alin akan Ayah Carikan penginapan untuk sementara, sebelum Ayah dapat kos-kosan yang dekat dengan sekolah nak,"jawab Ayah.

Aku kasihan melihat Alin, aku yakin Ayah pasti sedih, biar bagaimanapun, Ayah sangat menyayangi Alin. Tapi Ayah tidak bisa berbuat banyak, Karena selalu di marahi ibu mertuaku.

"Apa Ayah ada uang untuk nanti biayanya, Alin?" aku bertanya dengan hati-hati takut Ayah akan tersinggung.

"Ayah belum ada uang. Untuk sekarang, Ayah cuma punya untuk menyewa tempat tinggal Alin saja. Tapi ayah akan berusaha mencari uang, untuk biaya kehidupan Alin kedepannya," jawab Ayah sambil menunduk sedih. Aku yakin, Ayah mau yang terbaik buat Alin. Hanya saja, uang Ayah selalu di ambil semua oleh Ibu. Selama ini uang yang Ayah berikan untuk Alin, hasil dari sampingan Ayah yang tidak di ketahui Ibu.

" Kalau Ayah tidak keberatan, boleh tidak Alin ikut dengan, Astri? Biar Syifa juga ada temennya, Yah!" Ayah melihat ke arah ku masih diam belum menjawab. Jujur saja aku takut ayah akan tersinggung.

" Apa kamu serius nak?" tanya ayah penuh harap. Syukurlah berarti ayah tidak tersinggung dengan usul ku.

" Iya Ayah! Itu juga kalau Alin mau dan Ayah tidak keberatan," ucap ku.

"Alin mau kak... Memangnya, kakak mau tinggal dimana? Apa kakak tidak repot harus mengurus Alin juga?" tanya Alin padaku. Namun, tatapannya penuh harapan padaku.

" Iya nak, apa tidak merepotkan? Apalagi Ayah tau, suamimu tidak memberi mu apa-apa. Biaya hidup Alin tidak sedikit nak! Apa lagi biaya sekolah Alin! Terus Syifa juga pasti banyak kebutuhannya untuk kedepan nya! Ayah juga malu dengan kamu nak, harta yang kamu miliki di ambil semua sama anak ayah," ucap ayah sambil menunduk, aku tahu Aya pasti tau semua yang di rencanakan anak dan istrinya. Namun, lagi lagi Ayah tidak berdaya.

"Ayah tenang saja, tidak usah mikirin biaya Alin dan Syifa. Astri pasti akan berusaha membuat Syifa dan Alin supaya bisa sekolah tinggi. Ayah jangan takut Allah pasti selalu memberi jalan," ucapku dengan yakin.

" Apa kamu benar yakin nak?" tanya ayah memastikan.

"Sangat yakin Yah, tapi.... Astri punya syarat untuk Ayah?" Ayah menegang mendengar ucapanku.

"Apa nak?" Ayah berkata dengan lirih terlihat putus asa.

"Ayah tidak boleh memberi tahu siapapun, kalau Alin ikut dengan ku! Aku akan pergi dari kota ini. Ayah tidak boleh memberi tahu siapapun tempat tinggal ku nanti! Ayah boleh jika mau mengunjungi Alin dan cucu Ayah. Tapi tidak ada yang boleh tau. Apa ayah bersedia berjanji?" aku bertanya pada ayah.

Ayah tampak berpikir, mungkin ayah sedang menebak apa yang aku rencanakan. Tak lama Ayah pun mengangguk." Baiklah nak, Ayah berjanji tidak akan memberi tahu siapapun!" ucap Ayah yakin.

"Baik lah kali begitu, Alin ikut kakak ya!" ucapku pada Alin. Alin mengangguk dengan semangat, lalu melangkah menemui Syifa, yang sedari tadi duduk di bangku pinggir taman.

" Kamu mau pergi kemana nak? Apa kamu ada uang?" tanya ayah, lalu tangannya merogoh saku celananya. Ayah memberikan amplop ke pada ku, yang aku yakin itu isinya uang tabungan ayah. Aku mendorong pelan tangan Ayah yang memegang amplop.

"Ini ayah simpan untuk tabungan ayah, Ayah jangan takut, aku dan anakku juga Alin tidak akan kekurangan. Aku akan menjamin kehidupan anak dan cucu kesayangan Ayah, jadi ayah tidak perlu khawatir," ucap ku meyakinkan, Ayah mengangguk, lalu memasukan kembali amplop berisi uang itu ke saku celananya.

'Tin tin tin tin'

Bunyi klakson mobil dari arah belakang. Aku menengok, ada dua mobil di sana. Terlihat Maya dan seorang laki-laki turun dari mobil masing-masing. Lalu mereka menghampiri ku.

" Selamat siang, Bu Astri ? Ibu apa kabar?" tanya Maya ramah.

" Siang May, alhamdulilah baik! Kamu apa kabar? Makin cantik saja!" ucapku menggoda Maya. Dia asisten pribadiku, yang selama ini selalu mengabdi di perusahaan peninggalan papa dan mamaku. Maya sudah lama ikut kerja denganku, dia yang selama ini mengurus perusahaan di bawah pengawasan ku.

"Ibu bisa saja, Maya kan jadi malu Bu!" Ucap Maya malu-malu. Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Lalu aku melihat Ayah yang seperti nya merasa heran.

"Bu ini kunci mobil yang Ibu minta. Saya juga sudah pesan kan kamar untuk ibu menginap dekat Bandara Bu!" ucap Maya.

Aku menerima kunci mobil yang di berikan Maya." Makasih May kamu memang selalu bisa saya andalkan!" ucapku memuji Maya.

" Beres Bu... Jangan lupa gajih saya naikin, Bu!" canda Maya, dia memang kalau di puji pasti balas bercanda dengan minta naik gaji.

"Kamu ini, giliran naik gaji paling cepat!" ucap ku pura-pura ngambek.

"Yah ngambek deh, yaudah deh Maya kembali ke kantor ya, Bu! Kalau ibu butuh sesuatu, Ibu telepon Maya ya!" Aku pun mengangguk dan Maya langsung pergi bersama laki-laki yang tadi datang bersama Maya. Yang ku perkirakan pasti supir atau bawahan Maya di kantor. Setelah mobil Maya tidak terlihat Ayah bertanya pada ku.

" Itu siapa nak?" tanya ayah penasaran.

"Itu asisten Astri, Yah! Selama ini, Maya yang setia dan membantu Astri di kantor!" jawabku Ayah melongo tak percaya. Tapi biarlah aku sedang tidak mau menjelaskan nanti saja pikirku untuk berjaga jaga.

"Astri pergi ya Yah! Astri izin bawa Alin sekarang, Astri tidak mau keburu ada orang rumah yang melihat Astri masih disin! Ayah masih ingat kan janji Ayah tadi? Ayah juga harus merahasiakan apa yang ayah lihat sekarang. Nanti pasti Astri jelaskan semua ke Ayah," ucap ku.

" Baik nak, Ayah janji Ayah akan jaga rahasia ini. Ayah paham meskipun, tidak secara terinci. Ayah tenang membiarkan Alin ikut bersamamu. Ayah yakin, kehidupan Alin akan jauh lebih baik bersamamu!" ucap ayah senyum namun ada setetes air mata di pipinya.

Aku peluk ayah, aku yakin ayah pasti berat berpisah dengan putri yang sangat di sayangnya." Ayah jangan khawatir aku pasti jaga Alin dengan baik!" ucapku sambil masih memeluk Ayah mertuaku.

" Jaga cucu yang paling Ayah sayangi nak!" ucap ayah lagi. Memang di antara cucu cucunya, Ayah paling menyayangi Syifa. Aku melepas pelukan Ayah, lalu aku memanggil Alin dan Syifa karena kami harus segera pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status