Home / Thriller / Pembungkaman Dua Gadis Nahas / Kasus yang akan Terungkap

Share

Kasus yang akan Terungkap

Author: Anione
last update Last Updated: 2025-08-02 17:40:18

Pada malam yang sunyi, terdengar suara tangisan pelan. 

Papa Farel terbangun dan melihat istrinya menangis tersendu-sendu dalam tidurnya. 

“Mama, mama, mama, bangun!” Papa Farel menggoyang-goyangkan tubuh mama Lia. 

“Pa.” Mama langsung memeluk papa. 

“Mama kenapa?” 

“Pa, Mama bermimpi Maya berlarian di sebuah taman yang indah.” 

“Ya Allah, itu hanya mimpi Ma. Pasti Maya bakal ketemu cepat atau lambat.” 

“Tapi, saat Maya mama ajak pulang, dia nggak mau pulang Pa. Dia malah tersenyum dan terus lari-larian dan nggak menggubris mama.” 

“Udah Ma, itu hanya mimpi.” 

Papa berusaha menenangkan istrinya, meskipun tidak bisa dibohongi papa Farel juga takut dan kepikiran dengan mimpi istrinya. 

“Maya, Maya, Mayaaa!” Ratih teriak sangat keras sampai membangunkan Luthfi. Sedangkan papa dan mama yang sedari tadi sudah bangun, langsung kaget dan berlari menuju kamar Ratih. 

“Ratih, Ratih, bangun!” Luthfi menggoyang-goyangkan badan adiknya itu. 

“Luthfi, kenapa adikmu?” Tanya papa dan mama. 

Ratih terbangun. 

“Papa, Mama, Kak Luthfi, aku tadi ketemu Maya. Dia tersenyum ke aku, tapi pas aku dekati dia malah lari menjauh. Makanya aku teriak-teriak.” 

Mendengar ucapan Ratih, mama kembali menangis. Mama menceritakan bahwa dia juga bermimpi tentang Maya. 

Malam itu semua kesedihan bertumpuk menjadi satu. Tidak ada hiburan apa pun yang bisa menjadi pelampiasan menutup rasa kehilangan anak dan adik tercinta mereka. Setelah mimpi itu orang satu rumah tidak bisa tidur kembali, mereka terjaga sampai pagi. 

Pukul empat pagi telepon berdering, 

Ternyata telepon itu dari keluarga Siska. 

Papa mengangkat telepon itu,

“Ada apa kamu menelpon sepagi ini?” Tanya Papa Farel.

“Pagi ini Siska pulang ke rumah.” Jawab Papa Deon, papanya Siska. 

“Serius kamu?” 

“Iya. Ini kami sedang bersama Siska.” 

“Alhamdulillah, kalau gitu kami kesana sekarang.” 

Mendengar kabar Siska sudah pulang, keluarga Maya sangat bahagia. Dia berharap Siska juga tahu keberadaan Maya atau Maya juga pulang bersama Siska. 

Setelah 30 menit perjalanan, sampailah di rumah Siska. 

Keluarga Maya menengok sekeliling berharap ada Maya di sana, namun kosong tidak ada tanda-tanda keberadaan Maya. 

Keluarga Maya tidak menanyakan keberadaan Maya saat itu juga, melihat kondisi Siska yang masih ling-lung dan banyak melamun. 

“Deon, bagaimana ceritanya Siska bisa pulang?” Tanya papa Farel. 

“Dia diantarkan sama temannya cowok, ternyata semua ini ulah Radian. Tapi kami tidak bisa langsung memenjarakannya karena tidak ada bukti.” 

“Radian, calon mantumu?” 

“Iya.” 

“Lantas siapa sahabat Siska yang mengantarkan dia pulang?” 

“Namanya Kai. Aku juga belum kenal Kai sebelumnya, tapi setelah Siska menjelaskan, Kai itu temannya sejak di bangku SMA. Tapi kami belum bisa mengorek lebih jauh informasi itu karena kamu lihat sendiri kondisi Siska bagaimana.” 

Keluarga Maya juga menyadari, pasti ada kejadian luar biasa yang dialami oleh Siska sampai kondisinya separah itu. Namun, karena mama Lia penasaran, dia akhirnya menanyakan keberadaan Maya. 

“Nak Siska, tante mau tanya dan jika belum berkenan menjawab tidak perlu dijawab sekarang. Pada waktu kejadian kamu bersama Maya atau tidak?” 

Mendengar itu, Siska langsung memandang mama Lia. 

Siska langsung berlari memeluk mama Lia dan menangis sangat keras. 

“Nak, kamu kenapa? Tidak perlu kamu jawab sekarang jika kamu belum siap untuk menjawab.” Jelas mama Lia. 

“Waktu itu aku bersama Maya. Tapi aku tidak tahu kemana Maya, aku dibawa pergi oleh para laki-laki bangsat itu dan sejak saat itu aku tidak tahu kondisi Maya.” Siska masih menangis tersendu-sendu. 

Mendengar itu, keluarga Maya lemas. Jika kondisi Siska sudah kembali dalam keadaan sehat meski mengalami trauma berat, namun berbeda dengan Maya yang sampai saat ini keberadaannya belum diketahui.  

“Siska, kamu istirahat dulu dan pulihkan kondisimu. Jika nanti kamu sudah dalam kondisi yang baik beri tahu kami ya? Karena selain kami sangat merindukanmu, kami juga sangat merindukan Maya.” Ucap kak Ratih. 

Mendengar ini Siska memeluk mama Lia lebih erat dan menangis sejadi-jadinya. 

Setelah kejadian itu, Siska menjalani pengobatan intens ke psikolog. Dia belum bisa dimintai keterangan lebih lanjut, polisi masih terus berusaha membongkar kasus penculikan dan penyiksaan yang dialami Siska. Polisi juga terus mencari keberadaan Maya yang belum ada tanda-tandanya sama sekali. 

Selama menjalani pengobatan, Kai sering datang berkunjung ke rumah Siska. Berbeda dengan Radian sejak Siska hilang dan ditemukan, dia tidak pernah menunjukkan rasa simpati dan perhatian kepada Siska. Hal inilah yang semakin memperkuat bahwa Radianlah dalang dibalik semua trauma yang dialami Siska meski belum terbukti sama sekali. 

Kai memberikan perhatian lebih kepada Siska, bahkan dia tidak segan-segan menggelontorkan banyak uang untuk membeli hadiah untuk Siska agar Siska bisa bahagia. 

Sikap Kai ini membuat keluarga Siska terenyuh dan mereka yakin bahwa Kai lebih cocok bersama anaknya dibandingkan Radian. 

Setelah menjalani pengobatan kondisi Siska berangsur-angsur membaik, dia mulai bisa dimintai keterangan kepolisian. Siska memberikan penjelasan secara detail, dia juga meminta polisi untuk menemukan Maya dan mobilnya yang hilang entah kemana. 

Terlebih saat kejadian, Siska tidak bisa mengenali wajah pelaku karena dia diperkosa dalam kondisi wajah ditutup kain, mulutnya dilakban, dan diikat. Jadi, saat polisi meminta keterangan Siska tentang ciri-ciri pelaku, Siska tidak mengetahuinya sama sekali. Dia hanya tahu beberapa ciri-ciri pelaku pria hidung belang yang juga memperkosanya pada hari-hari berikutnya.

Karena Kai yang menyelamatkan Siska, Kai juga dimintai keterangan oleh kepolisian. Namun, Kai menjelaskan bahwa dia melihat info orang hilang dan mengetahui kalau itu Siska, dia berusaha mencarinya dan ketemu setelah mendengar ada suara rintihan dan minta tolong dari rumah kosong itu. Kai berdalih, dia lewat rumah kosong itu karena arah jalan pulang alternatif menuju apartemennya.  

Pada tahap interogasi ini, polisi menampung semua informasi yang didapatkan. Kini pencarian polisi fokus kepada Maya dan mobil milik Siska. Mereka yakin dalam mobil itu ada petunjuk penting kemana Maya menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Keegosian Mengalahkan Nalar

    “Gue nyuruh kalian buat nyingkirin perempuan satu aja, kalian malah babak belur kek gini.” Kai memegangi kerah baju pria yang wajahnya babak belur. “Kita sudah hampir bisa menghabisi nyawa perempuan itu bos, tapi kita dihadang sama perempuan lain. Dia jago berantem dan sebelum kita berhasil melumpuhkan dia, datang warga sekitar mengeroyok kita. Kalau kita nggak kabur, kita bisa mati di tempat. Ini saja kami sudah babak belur dihajar mereka, untungnya kita bisa kabur dari amukan mereka.” Kata salah satu pria yang lainnya. Ternyata dua pria tersebut adalah orang yang akan menyakiti Ratih, dengan kata lain dua pria itu adalah suruhan Kai. “Kalian tadi bilang ada perempuan lain jago berantem yang membantu? Siapa dia?” Tanya Kai. “Kami tidak tahu bos, sepertinya dia adalah warga lokal di sana. Sebab, tidak berapa lama banyak warga yang datang mengeroyok kita.” Kata pria yang kerah bajunya dipegang Kai. “Kenapa kalian nggak habisin juga perempuan pengganggu itu?”“Bagaimana kita mau

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Kejadian Mengerikan saat Aku Kembali

    Sekian menit Luthfi dan Siska terpaku, “Ma, pa, ini bukan mimpi kan? Ratih kamu nggak apa-apa, kenapa minta tolong tadi?” Kata Luthfi, dia mendekati Ratih terlebih dahulu sebelum memastikan kondisi Maya. “Aku nggak apa-apa kak, untuk ada Maya yang membantu aku.” Kata Ratih. Dia menunjukkan tubuhnya selamat tidak ada luka sedikitpun. Luthfi mendekati Maya. Dia memegang pipi adiknya untuk memastikan bahwa adiknya benar-benar nyata masih hidup. “Maya, baju kamu kenapa ada percikan darah seperti ini? Kamu kemana aja selama ini? Kamu baik-baik saja? Kamu benar-benar Maya kan?” Tanya Luthfi. Dia memeluk adiknya dengan tetesan air mata tanda bahagia dan perasaan tidak percaya, karena dia bisa bertemu lagi dengan adiknya yang sudah setahun lebih hilang. Siska juga mendekati Maya. “Kamu dari mana aja May?” Tanya Siska. Mendengar pertanyaan Siska, Maya yang sedang di peluk kakaknya menatap Siska dengan tajam. Siska kembali heran, kenapa Maya yang dia temui sekarang ini berbeda. Di teng

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Aku Sudah Kembali

    “Kai tidak pulang beberapa hari ini. Beberapa waktu lalu dia mengancamku, tapi aku tunggu di rumah dia tidak pulang-pulang kemana dia?” Ucap Siska dalam hati. Siska membuka gorden di ruang kerjanya. Dia melihat nuansa malam yang indah, namun hatinya malah gundah dan bingung. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Siska masih menunggu Kai yang tiga hari belum pulang ke rumah. Meski demikian, Siska tidak berusaha menghubunginya. Saat masih termenung, Siska flashback kembali saat pertemuannya dengan Radian. Cerita demi cerita yang Radian katanya membuat Siska semakin yakin bahwa Kai ada dibalik teror yang dialami Radian. Tapi yang Siska bingungkan kenapa Kai melakukan hal itu kepada Radian, salah Radian apa? “Kenapa permasalahan ini jadi ruwet seperti ini. Aku harus memulai penyelidikan ini dari mana?” Siska benar-benar bingung. Tok tok tokPintu ruangan kerja Siska ada yang mengetuk, “Siapa?” Tanya Siska. “Aku, Luthfi.” Siska berjalan menuju arah pintu dan membukanya. Luthfi masuk,

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Siapa Pria Mencurigakan Itu?

    Maya sedang belanja dengan mak Linlin ke pasar, sebenarnya dia tidak diizinkan untuk ikut, namun dia maksa. Saat mereka sedang berangkat ke pasar, ada seseorang naik sepeda motor mendempet mereka. “Ya Allah.” Ucap mak Linlin yang terserempet setir sepeda motor orang itu. Tidak tinggal diam, Maya langsung mengambil batu dan melemparkannya ke orang tersebut. Karena pengendara motor tersebut tidak terlalu ngebut, jadi batu itu terkena helm-nya. Pengendara motor langsung berhenti dan dia turun dari motornya. “Kurang ajar, lu ngapain nimpuk gue pake batu?” Tanya seorang pria muda dengan garangnya. Pria itu berperawakan tinggi kekar berkacamata. Maya tidak bisa melihat wajahnya karena menggunakan masker dan helm full-face.“Loh, seharusnya saya yang tanya ke masnya. Mas nggak punya mata? Udah lihat ada orang jalan ngapain mengendarai motor terlalu minggir. Mas nggak bisa lihat jalan selebar ini?” Maya menjawab ketus. Sebenarnya mas Linlin sudah mencegah Maya agar membiarkannya, karena

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Semakin Hari, Sungguh Sangat tidak Masuk Akal

    Luthfi sedang bersiap untuk pulang kerja,“Luthfi, kamu pulang kerja sama siapa?” Kata bapak manager. “Nanti saya dijemput sopir pak pakek mobil. Ada apa ya pak?” “Kabarnya adikmu disiram air keras sama orang tidak dikenal ya? Bapak khawatir kamu juga mengalaminya. Jadi, kamu harus selalu hati-hati.” “Iya pak, beberapa hari lalu memang adik saya terkena musibah, disiram air keras sama orang tidak dikenal. Tapi, syukurlah kondisi adik saya tidak parah pak dan sekarang sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.” Setelah percakapan itu, pak Kisman datang menjemput. Luthfi berpamitan kepada bapak managernya dan pulang. Saat diperjalanan, “Mas, saya tadi tidak sengaja melihat dua orang yang dulu pernah datang ke rumah dan mengintai rumah mas. Mereka berdua sedang nongkrong di warung dekat tempat kerja mas.” Jelas pak Kisman. “Bapak yakin, kalau itu memang mereka?” Luthfi penasaran. “Yakin mas.” Jawab pak Kisman.“Bapak, kita putar balik dan coba lewat warung yang bapak maksud. Siap

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Aku Sudah Tahu!

    Pertemuan Siska dengan Radian menjadi awal mula Siska mulai menyelidiki lebih lanjut keterlibatan suaminya dalam semua kejadian yang selama ini terjadi. Awalnya Siska masa bodoh dengan ini semua, namun sekarang dia harus mencari tahu dan ikut menyelidikinya. “Pumpung hari ini dia tidak di rumah. Kesempatan bagiku untuk mulai membuka kedoknya.” Batin Siska dalam hati. Dia berjalan menuju ruangan kerja Kai dan berusaha membuka pintunya,“Dan seperti ini, pintunya selalu dikunci.” Batin Siska. Tidak kurang akal, Siska menyuruh satpam mencarikan tukang kunci dan membuatkan kunci baru. Syukurlah proses pembuatan kunci duplikat tidak terlalu lama. “Siska, ngapain kamu panggil tukang kunci ke rumah?” Tanya papa Deon. “Membuatkan duplikat kunci untuk ruangan kerja Kai, pa.” Jawab Siska sambil menunjukkan kunci duplikat yang dipegangnya.“Lah kenapa kamu buat kunci duplikat?” “Siska mau tahu apa isi di dalam ruangan kerja Kai.” “Kamu curiga sama Kai?” Mama Sintya yang sejak tadi mengupi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status