Share

Tidak Ada Harapan?

Author: Anione
last update Last Updated: 2025-08-02 17:21:42

Tin, tin, tin 

Suara klakson bersaut-sautan membuat Maya terbangun. 

Maya samar-samar melihat dunianya gelap dan ada dua suara laki-laki di sekelilingnya. 

Maya mencoba membuka matanya lebih lebar dan ternyata matanya ditutup kain yang membuatnya tidak bisa melihat dunia luar. 

Dia juga sadar saat ini mulutnya dilakban dan kedua tangannya diikat. 

“Apa yang terjadi sama gue?” Tanya Maya dalam hati. 

Ingatannya kembali ke kejadian tadi siang, di mana dia keluar dari mobil dan langsung dibius oleh orang tidak dikenal. 

Setelah itu, Maya lupa dengan kejadian selanjutnya. 

“Kita apakan dia?” Tanya satu laki-laki ke laki-laki lainnya. 

“Bos suruh kita menghabisinya atau kita perkosa saja, kita bunuh, dan kita buang mayatnya di hutan.” Jawab laki-laki satunya. 

Mendengar obrolan laki-laki itu, Maya deg-degan, pikirannya meracau kemana-mana. 

Dia tidak berani menggerakkan badannya dan terus pura-pura pingsan. 

Tiba-tiba terdengar bunyi telepon. 

“Iya bos. Gadis ini sudah ada di mobil kami. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan?” 

Tidak terdengar jawaban apa pun. 

“Oke bos, akan kita lakukan.” 

Di sini jantung Maya sudah dag-dig-dug. 

“Kayaknya hari ini bakal jadi hari terakhir gue di dunia.” Ucap Maya dalam hati. 

“Papa, mama, Kak Luthfi, Kak Ratih semoga kalian bisa menemukan jasad gue nanti, jika gue benar-benar mati hari ini.” Maya menitikkan air mata. 

Maya menunggu detik-detik kematiannya, dia sudah yakin hari ini bakal mati ditangan dua laki-laki itu. 

Mobil berhenti, 

Maya sudah mulai takut, dia berpikir itulah tempat dia akan dieksekusi. 

Keduanya membopong tubuh Maya keluar mobil. 

Sekarang Maya mendengar suara riuh menandakan ada banyak orang di sekitarnya. Tapi dia tidak tahu tempat itu. Dia ingin berlari, tapi dia takut kalau tempat itu tidak seperti ekspektasinya.

“Gue ada di mana ini? Kemana mereka membawa gue?” Batin Maya.

Maya dibaringkan di suatu tempat. 

“Ini yang bos Kai janjikan kepada Anda, mau Anda apakan dia itu hak-hak Anda, untuk urusan harga nanti tanyakan dengan bos Kai.” Ucap salah satu pria itu. 

“Oke, akan saya cek dulu, jika dia sesuai dengan kesepakatan maka harga yang saya bayarkan akan sesuai juga.” 

“Baiklah, kami permisi dulu.” 

Terdengar bunyi langkah demi langkah dan diakhiri oleh suara pintu ditutup. 

“Kayaknya gue dijual sama mereka.” Batin Maya dalam hati.

Perlahan kain yang menutupi wajah Maya dibuka dan Maya langsung memejamkan mata kembali. 

“Oke juga ni cewek. Pintar juga dia cari barang.” Gerutu laki-laki itu. 

Laki-laki itu tiba-tiba menjamahi leher Maya dan mencoba membuka kancing baju Maya. 

Di sini Maya tidak bisa pura-pura pingsan lagi, dia langsung bangun dan menendang laki-laki itu. 

Bruak

Tubuh laki-laki itu terpental menghantam meja di dekat tempat tidur. 

“Kurang ajar.” Gertak laki-laki itu. 

Maya langsung berlari mencari pintu keluar, tapi ternyata pintunya terkunci. 

“Gue harus keluar dari sini?” Maya berusaha membuka pintu tersebut. 

Tapi belum sempat bisa membuka pintu itu. “Arghh.” Maya langsung tersungkur. 

Laki-laki itu menusuk punggung Maya dengan membabi buta. 

Rasa sakit mulai dia rasakan, dia mengerang kesakitan, dan satu tusukan menujam punggungnya lagi, setelah itu pandangannya gelap dan dia sudah tidak ingat apapun. 

Setelah puas melakukan aksi brutalnya, laki-laki itu menelpon seseorang. 

“Kalian datang ke sini sekarang!” 

Tidak berapa lama pintu di ketok dan laki-laki itu membukakan pintu. Ada tiga orang pria muda datang. 

Mereka kaget melihat banyak darah di lantai depan pintu. 

“Iya bos, ada apa?” Tanya salah satu laki-laki.

“Kalian buang jasad ini entah kemana dan pastikan tidak ada orang yang tahu. Jika perlu kalian kubur atau kalian bakar.” 

Tanpa menunggu lama, ketiga laki-laki itu langsung mematuhi perintah bosnya. 

Mereka membungkus tubuh Maya dengan plastik sampah hitam dan memasukkannya dalam mobil. 

Mobil melaju dan hilang di kegelapan malam. 

Sesampainya di tengah hutan yang tidak ada kendaraan sama sekali, mereka menghentikan mobilnya. 

Mereka turun dari mobil membopong tubuh Maya masuk jauh ke dalam hutan, setelah menemukan jurang mereka melemparkan tubuh Maya. Di situ tubuh Maya ditinggalkan sendirian. Mereka pergi tanpa rasa bersalah dan kasihan.. 

Tidak berapa lama turun hujan deras, suasana hutan yang sepi dan dingin pasti menjadi neraka bagi Maya. Pada kondisi demikian, orang yang sehat pun mungkin tidak akan selamat jika tersesat dalam hutan tersebut. 

Keesokan harinya cuaca yang tadinya petang mulai cerah, artinya hari sudah berganti. 

“Luthfi, Ratih, kemana adikmu dari kemarin siang belum pulang? Kata tante Sintya, Siska juga belum pulang, kemana ya mereka?” Mama Maya, yang bernama Lia khawatir. 

“Kita juga khawatir Ma, kenapa dari kemarin Maya dan Siska belum pulang. Terlebih lagi, nomor mereka berdua juga tidak bisa dihubungi.” Jawab Ratih. 

“Aku sudah mencoba melacak nomor mereka tapi tidak terdeteksi.” Jawab Luthfi. 

“Papa sudah tahu Ma, kondisi Maya?” Tanya Ratih. 

Saat itu papa mereka sedang ada kerjaan di luar kota.

“Sudah, papa juga sedang cari tahu keberadaan Maya dan Siska dari sana.” Jawab Mama. 

Keluarga Maya dan Siska sama-sama khawatir dan bingung mendengar mereka berdua tidak ada kabar sejak kemarin siang.

Keluarga Siska juga berkali-kali menghubungi keluarga Maya, namun mereka menghadapi jalan buntu sebab tidak ada pesan apapun yang ditinggalkan Siska atau Maya sebelum mereka pergi. 

Keluarga Siska juga sudah menghubungi Radian, pacar Siska tapi dia tidak tahu keberadaan Siska dan Maya. 

Setelah dirasa buntu, keluarga Siska dan Maya melaporkan kehilangan anak mereka ke polisi. 

Laporan segera ditindak lanjuti dan laporan orang hilang atas nama Siska dan Maya tersebar dimana-mana. 

Selain menunggu laporan dari kepolisian, keluarga Siska dan Maya juga berusaha menyewa orang-orang khusus untuk mencari keberadaan keduanya. Karena notabene Siska dan Maya anak orang kaya, keluarga mereka tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang demi kedua anaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Keegosian Mengalahkan Nalar

    “Gue nyuruh kalian buat nyingkirin perempuan satu aja, kalian malah babak belur kek gini.” Kai memegangi kerah baju pria yang wajahnya babak belur. “Kita sudah hampir bisa menghabisi nyawa perempuan itu bos, tapi kita dihadang sama perempuan lain. Dia jago berantem dan sebelum kita berhasil melumpuhkan dia, datang warga sekitar mengeroyok kita. Kalau kita nggak kabur, kita bisa mati di tempat. Ini saja kami sudah babak belur dihajar mereka, untungnya kita bisa kabur dari amukan mereka.” Kata salah satu pria yang lainnya. Ternyata dua pria tersebut adalah orang yang akan menyakiti Ratih, dengan kata lain dua pria itu adalah suruhan Kai. “Kalian tadi bilang ada perempuan lain jago berantem yang membantu? Siapa dia?” Tanya Kai. “Kami tidak tahu bos, sepertinya dia adalah warga lokal di sana. Sebab, tidak berapa lama banyak warga yang datang mengeroyok kita.” Kata pria yang kerah bajunya dipegang Kai. “Kenapa kalian nggak habisin juga perempuan pengganggu itu?”“Bagaimana kita mau

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Kejadian Mengerikan saat Aku Kembali

    Sekian menit Luthfi dan Siska terpaku, “Ma, pa, ini bukan mimpi kan? Ratih kamu nggak apa-apa, kenapa minta tolong tadi?” Kata Luthfi, dia mendekati Ratih terlebih dahulu sebelum memastikan kondisi Maya. “Aku nggak apa-apa kak, untuk ada Maya yang membantu aku.” Kata Ratih. Dia menunjukkan tubuhnya selamat tidak ada luka sedikitpun. Luthfi mendekati Maya. Dia memegang pipi adiknya untuk memastikan bahwa adiknya benar-benar nyata masih hidup. “Maya, baju kamu kenapa ada percikan darah seperti ini? Kamu kemana aja selama ini? Kamu baik-baik saja? Kamu benar-benar Maya kan?” Tanya Luthfi. Dia memeluk adiknya dengan tetesan air mata tanda bahagia dan perasaan tidak percaya, karena dia bisa bertemu lagi dengan adiknya yang sudah setahun lebih hilang. Siska juga mendekati Maya. “Kamu dari mana aja May?” Tanya Siska. Mendengar pertanyaan Siska, Maya yang sedang di peluk kakaknya menatap Siska dengan tajam. Siska kembali heran, kenapa Maya yang dia temui sekarang ini berbeda. Di teng

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Aku Sudah Kembali

    “Kai tidak pulang beberapa hari ini. Beberapa waktu lalu dia mengancamku, tapi aku tunggu di rumah dia tidak pulang-pulang kemana dia?” Ucap Siska dalam hati. Siska membuka gorden di ruang kerjanya. Dia melihat nuansa malam yang indah, namun hatinya malah gundah dan bingung. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Siska masih menunggu Kai yang tiga hari belum pulang ke rumah. Meski demikian, Siska tidak berusaha menghubunginya. Saat masih termenung, Siska flashback kembali saat pertemuannya dengan Radian. Cerita demi cerita yang Radian katanya membuat Siska semakin yakin bahwa Kai ada dibalik teror yang dialami Radian. Tapi yang Siska bingungkan kenapa Kai melakukan hal itu kepada Radian, salah Radian apa? “Kenapa permasalahan ini jadi ruwet seperti ini. Aku harus memulai penyelidikan ini dari mana?” Siska benar-benar bingung. Tok tok tokPintu ruangan kerja Siska ada yang mengetuk, “Siapa?” Tanya Siska. “Aku, Luthfi.” Siska berjalan menuju arah pintu dan membukanya. Luthfi masuk,

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Siapa Pria Mencurigakan Itu?

    Maya sedang belanja dengan mak Linlin ke pasar, sebenarnya dia tidak diizinkan untuk ikut, namun dia maksa. Saat mereka sedang berangkat ke pasar, ada seseorang naik sepeda motor mendempet mereka. “Ya Allah.” Ucap mak Linlin yang terserempet setir sepeda motor orang itu. Tidak tinggal diam, Maya langsung mengambil batu dan melemparkannya ke orang tersebut. Karena pengendara motor tersebut tidak terlalu ngebut, jadi batu itu terkena helm-nya. Pengendara motor langsung berhenti dan dia turun dari motornya. “Kurang ajar, lu ngapain nimpuk gue pake batu?” Tanya seorang pria muda dengan garangnya. Pria itu berperawakan tinggi kekar berkacamata. Maya tidak bisa melihat wajahnya karena menggunakan masker dan helm full-face.“Loh, seharusnya saya yang tanya ke masnya. Mas nggak punya mata? Udah lihat ada orang jalan ngapain mengendarai motor terlalu minggir. Mas nggak bisa lihat jalan selebar ini?” Maya menjawab ketus. Sebenarnya mas Linlin sudah mencegah Maya agar membiarkannya, karena

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Semakin Hari, Sungguh Sangat tidak Masuk Akal

    Luthfi sedang bersiap untuk pulang kerja,“Luthfi, kamu pulang kerja sama siapa?” Kata bapak manager. “Nanti saya dijemput sopir pak pakek mobil. Ada apa ya pak?” “Kabarnya adikmu disiram air keras sama orang tidak dikenal ya? Bapak khawatir kamu juga mengalaminya. Jadi, kamu harus selalu hati-hati.” “Iya pak, beberapa hari lalu memang adik saya terkena musibah, disiram air keras sama orang tidak dikenal. Tapi, syukurlah kondisi adik saya tidak parah pak dan sekarang sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.” Setelah percakapan itu, pak Kisman datang menjemput. Luthfi berpamitan kepada bapak managernya dan pulang. Saat diperjalanan, “Mas, saya tadi tidak sengaja melihat dua orang yang dulu pernah datang ke rumah dan mengintai rumah mas. Mereka berdua sedang nongkrong di warung dekat tempat kerja mas.” Jelas pak Kisman. “Bapak yakin, kalau itu memang mereka?” Luthfi penasaran. “Yakin mas.” Jawab pak Kisman.“Bapak, kita putar balik dan coba lewat warung yang bapak maksud. Siap

  • Pembungkaman Dua Gadis Nahas   Aku Sudah Tahu!

    Pertemuan Siska dengan Radian menjadi awal mula Siska mulai menyelidiki lebih lanjut keterlibatan suaminya dalam semua kejadian yang selama ini terjadi. Awalnya Siska masa bodoh dengan ini semua, namun sekarang dia harus mencari tahu dan ikut menyelidikinya. “Pumpung hari ini dia tidak di rumah. Kesempatan bagiku untuk mulai membuka kedoknya.” Batin Siska dalam hati. Dia berjalan menuju ruangan kerja Kai dan berusaha membuka pintunya,“Dan seperti ini, pintunya selalu dikunci.” Batin Siska. Tidak kurang akal, Siska menyuruh satpam mencarikan tukang kunci dan membuatkan kunci baru. Syukurlah proses pembuatan kunci duplikat tidak terlalu lama. “Siska, ngapain kamu panggil tukang kunci ke rumah?” Tanya papa Deon. “Membuatkan duplikat kunci untuk ruangan kerja Kai, pa.” Jawab Siska sambil menunjukkan kunci duplikat yang dipegangnya.“Lah kenapa kamu buat kunci duplikat?” “Siska mau tahu apa isi di dalam ruangan kerja Kai.” “Kamu curiga sama Kai?” Mama Sintya yang sejak tadi mengupi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status