"Hei, kau yang ada di sana! Tunggu!" Teriak Heinz, dia menerobos kerumunan massa membuat pria bernama Light itu menoleh sedikit.Saat mata mereka bertemu, Light nampak terkejut dan terkesiap sebelum melarikan diri dari sana dengan terburu-buru."Oy! Tunggu!" Tahan Heinz bingung tatkala mendapati punggungnya yang menjauh dan berbelok ke kiri.Heinz dengan segera mengejarnya, mengabaikan teriakan Staff. Dia masuk ke lorong bawah tangga sebelum keluar dari lubang pintu tanpa pintu, Heinz sempat kehilangan jejaknya sampai suara tapak kaki menggema dari lorong tangga yang mengarah ke atap Akademi.Dengan segera Heinz mengikutinya, napasnya memburu dengan lutut lemas tatkala sudah menginjak anak tangga tiga puluh, padahal saat di tubuh aslinya, Heinz bisa menaiki dua anak tangga dalam sekali langkah karena kaki jenjangnya."A-h, s-sial." Umpat Heinz sambil kehabisan, kepalanya sudah berputar dengan tubuh lemas.Tubuh sialan ini benar-benar!Meskipun hampir mati, tapi akhirnya Heinz akhirnya
Mulut Heinz terbuka, paru-parunya sibuk mengambil napas rakus dengan punda naik turun, siapa sangka pelatihan masuk ke Aster akan menjadi seberat ini tubuh barunya.Mungkin nilai Heinz bisa aman di ujian tulis, tapi untuk ujian fisik. Dia sudah angkat tangan. Untuk lari saja, Heinz tidak selesai sampai finish, apalagi latihan fisik yang lain.Kini dia tengah beristirahat sambil terengah sambil menunggu Pengumuman di lapangan depan yang terbentuk dari tanah. Heinz sontak berdiri saat semua calon siswa sibuk mengobrol dengan yang lainnya.Tidak diragukan lagi, melihat tes masuknya ... Heinz sudah asti gagal.Heinz perlu naik kereta berjam-jam sampai pegunungan ini!Tentu saja dia tidak akan menyerah masuk ke Akademi!Langkah Heinz dibawa ke sudut lapangan yang sepi sebelun menelepon seseorang. Jika cara jujur tidak bisa, dia akan masuk lewat jalur belakang!"Cepat angkat, tua bangka! Sebelum aku muntah darah lagi!" Tukas Heinz mengetuk keningnya dengan tidak sabar tatkala nada tunggu te
"Misi dengan pria bernama Raze, seseorang yang membuat pada aristokrat merasakan kegelisahan karena perbuatannya yang mengincar mereka dinyatakan gagal, dengan target yang masih hidup, anggota Eve yang mati, dan satu saksi yang masih hidup." Ujar pria beruban dengan potongan rambur slipback, duduk di kursi yang terletak di belakang cahaya lampu, membuat seluruh tubuhnya tidak terlihat, hanya ada gelap.Nerisa meneguk ludah mendengar nada dingin yang tajam itu sedangkan Heinz hanya membuang pandangan ke arah lain dengan wajah cuek meskipun tahu bahwa kemarin adalah kegagalan dan kesalahannya."Bagaimana kau akan mengurus saksi, Heavenly? Belum lagi tindakanmu yang membunuh Ricadh saat misi. Aku selalu mentolerir sifatmu yang membunuh rekan saat misi, jika misimu berhasil. Namun, kau berharap apa saat misimu gagal dengan menyedihkan seperti ini?" Tanya Ulrich dengan tajam dan dingin, dari caranya bicara, dia tidak peduli pada penampilan tubuh baru Heinz karena baginya, Heinz tetaplah He
Heinz.Hanya Heinz yang artinya rumah.Sejujurnya Nerisa cukup terkejut karena meskipun sudah saling mengenal selama lima tahun, ini pertama kalinya dia memberitahukan nama aslinya.Saat di Akademi Aster, Nerisa kesulitan memanggilnya yang tidak bernama, teman-teman seangkatannya kadang memberikan sebutan konyol atau sebatas 'Hei'. Dan sampai sekarang pun, Nerisa tidak tahu kenapa dia tidak menggunakan nama aslinya dari awal. Dia cukup yakin ada alasan kuat dibaliknya."Jadi, Heavenly—, maksudnya Heinz. Dokter Neil akan datang dan memeriksa kondisi tubuhmu. Kau tidak akan kesulitan bergerak jika tahu kondisi tubuh yang sekarang kau pakai dengan mendetail. Kita juga harus tahu apakah tubuh kurus kering itu bisa masuk ke Akademi Aster. Kau tahu sendiri kualifikasi masuk ke sana sangat berat, kan?" Tanya Nerisa, melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya.Heinz tidak membantahnya meskipun saat di tubuh aslinya, dia sama sekali tidak kesulitan saat masuk ke Akademi Aster. Mungkin
Heavenly sudah berlari secepat yang dia untuk bersembunyi tepat di balik pintu dan berhasil. Dia mengatur napasnya, tubuh baru yang kurus ini bahkan kesulitan di bawa berlari dalam jarak yang tidak sampai satu meter. Berbeda dengan tubuh Heavenly sebelumnya yang kuat berlari maraton tanpa kehabisan napas.Jelas perbedaan tubuh yang signifikan ini mengganggu benaknya. Heavenly mengatur napasnya agar lebih tenang dan senyap, menyembunyikan aura tubuh, dia memejamkan netra, memfokuskan pendengarannya agar lebih tajam dan akurat. Semoga saja kemampuan dasarnya masih berfungsi di tubuh barunya.Sekarang terdengar. Diam-diam Heavenly bersyukur pada Lord Blessed and Holy Night karena kemampuan dasarnya tidak hilang.Suara langkah pertama seseorang yang masuk ke dalam area kamarnya. Lalu langkah kedua dan kini langkah ketiga.Heanvely menarik pintu, menampakan diri sebelum menarik kedua tangan orang yang memasuki kamarnya dengan cepat, menindih tubuhnya sampai menghantam lantai dengan kedua t
'Ada apa ini sebenarnya?' Batin Nerisa berteriak frutasi tatkala mencondongkan tubuh ke lubang di gerbong, menatap Heavenly yang terjatuh dari rel kereta ke sungai besar di bawahnya.Nerisa berdecak, dan lagi siapa pemuda pirang yang ikut jatuh bersamanya? Apa dia termasuk orang-orang yang mengincar nyawa Heavenly?Gadis berambut sebahu itu menoleh, menahan darah agar tidak terus menerus merembes keluar dari peluru yang tertanam di lengannya. Dia segera menarik mayat Ricadh, membawa bersamanya ke arah lubang di gerbong. Nerisa tidak menghentikan aktivitasnya saat bersitatap dengan Raze yang juga tengah berusaha menyeret satu kakinya untuk melarikan diri.Sial.Sekarang Nerisa tidak punya tenaga dan peluru untuk menghabisinya. Nerisa tidak punya pilihan."Jangan menganggap melarikan diri berarti kau lepas dari para aristokrat yang menyewa pembunuh bayaran."Raze menoleh dengan bibir meringis dan mata memburam, mengernyit menatap Nerisa yang berdiri di depan lubang gerbong."Ini hanya p
Pria jubah cokelat dekil itu berdiri di depan pintu gerbong yang terbuka, tangannya terjulur menodongkan pistol pada Heavenly, mengambil satu langkah mendekat.Netra Heavenly membelalak sebelum terbatuk, memegang sekitar area yang tertembak dengan tubuh jatuh bertopang pada satu kaki ke lantai.Pundak Heavenly bergetar kesakitan. "Apa ini benar-benar malam kematianku?"Melihat kondisi pembunuh surgawi itu yang mengenaskan membuat pria jubah cokelat mengambil langkah berani untuk mendekat tanpa menurunkan pistolnya."Bercanda." Ujar Heavenly nyengir sambil menyibak coat menampilkan rompi anti pelurunya membuat pria jubah cokelat itu membelalak terkejut.Dia sudah melangkah mundur dan ingin kembali menarik pelatuk namun kalah cepat dengan Heavenly yang menyerang telapak tangannya, membuat pistolnya terjatuh. Heavenly mencengkram tangan pria jubah cokelat, menahannya agar tidak melarikan diri sambil bangkit berdiri."Uhuk-uhuk!" Pria jubah cokelat itu terbatuk dengan darah keluar dari bi
"Ricadh, Nerisa, sudutkan dia."Kedua orang itu segera mematuhi perintah, kembali memenuhi gerbong dengan suara gema pistol, ketiganya jadi saling adu tembak, Nerisa menyeret steward wanita yang menjerit histeris, mendorong punggungnya agar berlari dan bersembunyi di balik bar counter.Steward wanita itu berlari melewati Heavenly yang tengah menjentikan telunjuk, mengaktifkan titik stela 'S' pada telapak kanannya sebelum kedua netranya bersinar sekilas, tanda kemampuan 'seek'nya aktif.Heavenly mengedarkan pandangan ke seluruh gerbong, melihat apakah ada yang terlewat dari kemampuan melihat normalnya dengan 'seek' yang dapat melihat sesuatu tersembunyi.Namun nihil.Pria berjubah cokelat dekil itu tidak ada di gerbong ini, hanya ada steward wanita yang meringkuk ketakutan di balik bar counter.Perasaannya gusar dengan jantung berdebar dalam arti buruk. Apa Heavenly melewatkan sesuatu? Meskipun disebut legendaris tapi tetap saja dia sudah kepala tiga, lupa dan terlewat adalah hal norma
Suara mesin kereta dan bagaimana efek getaran pada gerbongnya tidak serta merta membuat Ricadh tenang. Pria pendek dengan rambut cokelat itu meneguk birnya dengan jari gemetar dan keringat membasahi pelipis. Raut wajahnya pias dengan jantung berdebar kencang dalam artian buruk.Ini gawat.Padahal dirinya adalah pembunuh bayaran.Tapi dia tidak bisa menekan rasa takutnya sendiri tatkala aura dari Heavenly yang duduk membelakangi dirinya di depan bar counter menguar sampai terasa memenuhi udara di dalam gerbong kereta restorasi ini. Menghantarkan kekeringan pada kerongkongan Ricadh dengan bulu kuduk berdiri."Gila." Komentar Ricadh pelan. Padahal Heavenly hanya duduk meminum bir sambil menunggu target bernama Raze mati karena racunnya, namun aura kuat dan hawa membunuhnya membuat jiwa Ricadh terguncang.Ricadh baru terjun ke dunia gelap ini setahun yang lalu, karena keluarganya kaya raya maka berhubungan dengan dunia bawah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk kepentingan bisnis bagian i