Share

2. Svarga Bentala I

Keysa memilih untuk menggunakan dress berwarna hitam yang memamerkan pahatan indah tulang selangka dan kulit indahnya. Keysa mengikat rambut hitam lega yang menjuntai dengan indah dan membiarkan leher jenjangnya terkena terpaan angin malam. Keysa melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Gerakan tubuh Keysa yang mendayu, mengunci tatapan pengunjung club dan menatap kagum ke arahnya. Keysa menuju ke sebuah ruangan private yang sengaja dipesan Deas untuknya. Ketika seorang waiters membukakan pintu emas untuk Keysa, tampak seorang pria dengan tampilan setelan jas perlente menyambut kedatangan Keysa dan melingkarkan tangannya di pinggang Keysa. Keysa tidak menolak hal itu, dia menikmati perlakuan manis Deas, pria yang menjadi donatur terbesar di dalam hidup Kesya selama setahun terakhir.

Deas mengecup kening Keysa, meluapkan rasa rindu yang dia pendam selama ini.

"Aku merindukan kamu, Keysa..."

"Hm, aku juga," dusta Keysa,

"Apa kamu kesulitan menemukan tempat ini?" tanya Deas,

"Tidak," sahut Keysa yang kini berhasil digiring oleh Deas untuk duduk di pangkuannya.

"Aku dengar, kamu membutuhkan dana untuk memperluas cafe kamu. Berapa nominalnya? Aku akan menyiapkan dana untuk itu,"

Apa yang dikatakan Deas menjadi angin segar bagi Keysa. Siapa yang tidak ingin memiliki usaha yang berkembang dengan pesat? Benar, kan?

"1 M, aku membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pembangunan cafe dua lantai yang akan aku bangun."

"Hm, baiklah. Akan aku berikan setelah kita pulang dari sini,"

"Semudah itu?" tanya Keysa,

"Iya, kenapa Sayang?"

Keysa mengernyitkan dahinya. Bukankah ini terlalu mudah?

"Aku tidak ingin menjadi bulan-bulanan isteri kamu kalau dia tahu apa yang kamu lakukan untuk aku. Jangan membuat aku menjadi wanita yang jahat, Deas..."

"Tidak, uang yang aku berikan hasil dari tabunganku sendiri. Lagipula, Pelita tidak akan memperdulikan hal itu. Dia bukan isteri yang perhitungan," jelas Deas yang membujuk Keysa untuk menerima 'kebaikan' Deas.

"Baiklah, jika itu mau kamu," putus Keysa dengan hati yang berbunga-bunga.

Deas memberikan segelas wine di tangannya, membuat Keysa tersenyum dan meneguk wine favoritenya.

Deas menatap Keysa penuh arti. Dia sangat senang malam ini, karena penantian panjangnya untuk memiliki Keysa akan terwujud.

*

Sementara itu, Alsaki sedang menatap Kavi dan Jendra secara bergantian. Tatapan Alsaki sangat mematikan, membuat Kavi dan Jendra menghindari tatapan sahabatnya itu. Namun, Jendra yang jengah dengan tatapan Alsaki memberanikan diri untuk menegur sahabatnya,

"Apa kamu sedang sakit mata, Al?"

"Tidak,"

"Lalu? Kenapa kamu menatap kami berdua seperti itu? Apa kami berdua melakukan kesalahan?"

"Kalian berdua pura-pura bodoh? atau memang bodoh?" tanya Al yang membuat Jendra dan Kavi menelan ludah secara bersamaan,

"Kami berdua bukan orang bodoh yang hanyut dalam masa lalu." jawab Kavi yang kini menatap Al dengan tatapan yang mencemooh,

"Apa maksud kamu?"

"Al, kamu sampai kapan akan berdiam diri seperti ini? Apa kamu tidak ingin menyesap manisnya surga dunia?"

"Tsk, aku sudah melupakan hal itu,"

"Apa Citra membuat kamu tidak menginginkan wanita? tanya Jendra yang takut jika sahabatnya memiliki fantasi lain, namun enggan menceritakan keinginannya kepada dirinya.

"Kalian ingin aku pecat?"

"HEI!!!!" teriak Kavi yang membuat Jendra dan Alsaki terperanjat dan menatap ke arah Kavi,"jangan lontarkan kalimat keramat itu! Kami melakukan hal ini untuk kamu. Apa kamu tidak kasihan dengan kamar mandi yang menjadi saksi bisu kelakuan minus kamu?"

"Aku tidak seperti kamu!"

"Ckckckck, lalu apa?"

"Lupakan," pinta Alsaki yang membuang muka ke arah lain. Alsaki mulai lelah dengan perilaku dua sahabatnya yang berprofei sebagai sekretaris pribadi dan direktur keuangan di kantornya.

Kavi menyodorkan segelas wine ke depan Alsaki, Alsaki menolak wine yang diberikan Kavi.

"Why?"

"Aku gak mau mabuk," jawab Alsaki dengan santai.

Kavi yang menyadari perubahan mood sahabatnya mengangguk patuh, dia tersenyum sembari meletakkan gelas berisi winw yang ditolak Alsaki.

"Bagaimana kriteria wanita yang kamu sukai?" tanya Jendra on point,

"Apa?"

"Wa-nita? Apa kamu tidak mendengar dengan jelas apa yang aku tanyakan?"

"Wanita baik,"

"Tsk, bibi yang bekerja di rumah kamu juga seorang wanita baik. Dia sudah menjanda selama 10 tahun dan menghabiskan sisa hidupnya untuk merawat seorang pria bernama Alsaki Radeva," omel Jendra yang tidak puas dengan jawaban Alsaki, pria tampan yang kini berusia 30 tahun namun wajahnya seperti pria berusia 25 tahun,

"Kamu benar, Jendra. Semua yang ada di dalam diri Alsaki sangat sempurna, kecuali wanita. Istrinya saja menceraikan Alsaki karena dia seperti kanebo kering,"

"Ckckckck,"

Alsaki menatap kedua sahabatnya secara bergantian, dan meraih segelas wine yang telah dia tolak beberapa menit yang lalu.

Jendra dan Kavi tersenyum melihat Alsaki yang kini mulai hanyut dalam suasana panas buatan mereka berdua.

**

Alsaki masuk ke sebuah ruangan yang menjadi tempat Kavi dan Jendra sediakan untuk melepas rasa pening yang menguasai dirinya.

Alsaki tampak terkejut ketika dia melihat seorang wanita yang memejamkan kedua matanya di sebuah sofa. Ruangan yang disediakan Kavi juga Jendra, memiliki satu ranjang lebar yang menghadap ke cakrawala malam ibu kota.

"Tsk, mereka mulai berulah," gumam Alsaki yang melewati wanita cantik bergaun hitam begitu saja.

Alsaki mengabaikan wanita itu bukan karena dia tidak tertarik, tapi Alsaki tidak ingin merusak wanita yang tak jelas asal usulnya. Pantang bagi Alsaki untuk menyakiti seorang wanita.

"Hei, handsome, mau ke mana?" tanya wanita yang kini mendorong Alsaki ke atas ranjang dan membuat mereka berdua berbaring di ranjang.

"Nona, lebih baik anda tidak melakukan hal-hal diluar batas," kata Alsaki yang mencoba menyingkirkan wanita yang tampak tak asing di mata Alsaki, namun semua itu percuma, Alsaki malah merasakan sensasi yang lain. Sesuatu yang tak pernah terbangun ketika seorang wanita merayu-nya. Alsaki membelalakan kedua matanya, menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya.

"Apa yang kamu katakan? Bukankah kamu yang membawa aku ke sini? Kamu bilang akan membuat tubuhku tidak merasakan panas, jangan siksa aku," racau wanita itu sembari menatap Alsaki dengan tatapan yang tidak bisa ALsaki jabarkan dengan kata-kata. Bahkan tubuh mereka berdua sangat dekat dan terasa intens.

"Sepertinya kamu salah paham,"

"Akh!" teriak wanita itu sembari menyentuh tubuhnya sendiri, wanita itu merasakan tubuhnya panas. Dia mengerang kesakitan dan hal itu membuat Alsaki merasa iba. Alsaki terdiam, dia tidak tega melihat wanita itu mengerang dan menangis di hadapannya. Gaun yang dia kenakan nyaris saja terkoyak oleh kuku cantik wanita itu sendiri, dan tentu saja hal itu membuat Alsaki dapat melihat lekuk tubuh wanita itu dengan jelas. Alsaki meneguk ludahnya kasar. Siapa yang tidak terpesona dengan keindahan tubuh molek wanita yang kini nyaris tak berbusana di hadapannya.

"Aku tau ini tidak benar, jangan salahkan aku, jika kamu menyesal nanti, Nona" kata Alsaki yang kini menindih tubuh wanita yang tak asing bagi Alsaki.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status