Share

bab 14

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 23:34:25

Bab 14Pengepungan di Lorong

-----

Tiiba-tiba, lorong yang dilewatinya bercabang menjadi dua jalur. Di kanan, udara terasa lebih hangat, sementara di kiri, hawa dingin menusuk tulang.

Lei Tian mengingat sesuatu yang pernah dikatakan gurunya di masa lalu.

"Ketika berada di tempat asing, selalu ikuti hawa angin. Itu akan membawamu ke jalan keluar."

Ia memilih jalur kanan.

Saat Lei Tian berlari lebih dalam, suara langkah kaki terdengar bergema di belakangnya.

"Dia menuju ke arah kanan! Kejar!"

Mereka masih mengejarnya.

"Sial! Mereka lebih cepat dari yang kuduga!"

Lei Tian mempercepat langkahnya, tapi kemudian—

"HENTIKAN!"

Suara menggelegar itu membuatnya terhenti sejenak. Suara itu… terdengar asing, tapi sekaligus familiar.

Dari kegelapan di depannya, muncul sesosok pria bertopeng dengan jubah hitam berhiaskan corak perak.

Lei Tian menegang.

"Siapa kau?"

Pria itu tak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya perlahan, dan dalam sekejap, bayangan di sekitar mereka bergerak seperti makhluk h
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 15

    Bab 15Rahasia Klan Bayangan----Seketika, bayangan itu menerjang Lei Tian dengan kecepatan luar biasa!Lei Tian nyaris tak sempat bereaksi. Bayangan hitam itu melesat seperti kilat, mencakar udara di sekelilingnya. Dengan refleks cepat, ia berguling ke samping, tapi serangan itu tetap menggores pundaknya."Ugh!"Rasa nyeri menyebar di tubuhnya, tapi Lei Tian tidak bisa berhenti. Ia harus bertarung.Bayangan itu melayang di depannya, membentuk sosok samar yang menyerupai dirinya sendiri—tetapi dengan mata merah menyala dan senyum penuh ejekan."Kau bilang kau pewaris Sekte Bayangan?" suara itu bergema, dingin dan menusuk. "Tapi kau bahkan tidak bisa mengendalikan ketakutanmu sendiri."Lei Tian mengepalkan tinjunya."Aku tidak takut padamu!"Ia menyerang, melancarkan pukulan lurus yang seharusnya mengenai wajah sosok itu. Tapi tinjunya hanya menembus bayangan kosong—dan dalam sekejap, sosok itu muncul di belakangnya."Cepat sekali—"Sebuah tendangan menghantam punggungnya, membuatnya t

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 16

    Bab 16Duel di Malam Tanpa Bulan Angin berhembus dingin di lembah, membawa suara gemerisik daun yang bergoyang tertiup malam. Langit gelap tanpa bulan, seolah alam ikut berkonspirasi dalam pertempuran yang akan terjadi. Lei Tian berdiri tegak, jantungnya berdegup kencang. Bayangannya masih berkeliaran di sekitarnya, mengikuti gerakannya dengan kesadaran baru. Di hadapannya, pemimpin Sekte Iblis Langit mengangkat tangannya, menciptakan bayangan raksasa yang bergelombang seperti kabut hitam. "Bocah, kau menguasai teknik bayangan lebih cepat dari yang kuduga. Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkanku!" suara pemimpin itu bergema, penuh kesombongan. Bai Zhen memperingatkan dengan suara tegas, "Lei Tian, hati-hati. Ini adalah teknik Bayangan Neraka, salah satu seni tertinggi dalam ilmu kegelapan. Jika kau lengah, jiwamu bisa tersedot ke dalamnya!" Lei Tian menelan ludah. Ia tidak bisa mundur sekarang. "Kalau begitu, aku akan menghadapinya dengan caraku sendiri!" Ia mengalirkan energi

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 17

    Bab 17Rahasia yang Tersembunyi Pintu batu itu bergeser perlahan, mengeluarkan suara gemuruh yang menggema di dalam gua. Lei Tian dan Bai Zhen berdiri tegak, bersiap menghadapi apa pun yang menanti mereka di baliknya. Ketika pintu terbuka sepenuhnya, yang terlihat adalah sebuah ruangan luas dengan dinding yang dihiasi ukiran kuno. Di tengahnya, terdapat sebuah altar batu yang di atasnya tergeletak gulungan kitab tua berwarna hitam. Cahaya redup dari lentera batu menerangi simbol-simbol aneh yang terpahat di sekitar altar. Lei Tian melangkah maju dengan hati-hati. "Kitab ini .…" Bai Zhen memperhatikannya dengan waspada. "Hati-hati, ini pasti bukan sekadar kitab biasa." Saat Lei Tian hendak menyentuhnya, suara berat terdengar memenuhi ruangan. "Hanya pewaris sejati yang bisa mengambil kitab ini." Tiba-tiba, bayangan hitam berkumpul di depan mereka, membentuk sosok pria tua berjubah gelap dengan tatapan tajam. "Siapa kau?" tanya Lei Tian, tangannya sudah bersiap menggenggam pedangn

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 18

    : Bab 18Pertempuran Melawan Tiga Pendekar Legenda----Saat tiga sosok baru muncul dari bayangan, tekanan di ruangan itu berubah drastis. Aura membunuh mereka begitu kuat hingga Bai Zhen dan Wu Yuan tanpa sadar mundur beberapa langkah.Lei Tian merasakan hawa dingin menjalari punggungnya. "Ini berbeda .… Mereka bukan bayangan biasa."Wu Yuan mengangguk. "Mereka adalah tiga pendekar legenda Sekte Bayangan yang pernah menguasai dunia persilatan. Kini, mereka akan menguji apakah kau layak menerima warisan sejati."Tiga bayangan itu pun maju.Sosok Pertama: Mo Lang, Dewa Seribu TebasanPendekar pertama, Mo Lang, adalah seorang pria berbadan besar dengan pedang panjang di tangannya. Dengan gerakan sekilas, ia sudah berada di depan Lei Tian."Serangan seperti tadi tak akan berguna padaku!"Mo Lang mengayunkan pedangnya ke arah Lei Tian.CLANG!Lei Tian menangkis, tapi kekuatan serangan itu luar biasa. Tubuhnya terdorong ke belakang sejauh tiga langkah."Cepat sekali ... dan kuat!"Mo Lang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 19

    Bab 19Rahasia dalam Gulunga----Lei Tian menggenggam gulungan kuno itu dengan erat. Energinya masih terasa berdenyut di telapak tangannya, seolah benda ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar tulisan.Bai Zhen dan Wu Yuan berdiri di sisinya, menatap dengan ekspresi penuh keingintahuan."Buka saja, Lei Tian," ujar Bai Zhen dengan suara pelan.Lei Tian mengangguk. Dengan hati-hati, ia membuka gulungan itu. Begitu kertas kuno itu terbuka sepenuhnya, karakter-karakter hitam berkilauan muncul di permukaannya, seolah hidup dan bergerak sendiri.Tiba-tiba, energi kuat meledak dari gulungan itu!"HATI-HATI!" Wu Yuan berteriak, tapi semuanya sudah terlambat.Kilatan cahaya bayangan menelan Lei Tian sepenuhnya. Bai Zhen dan Wu Yuan terlempar ke belakang, terbatuk-batuk akibat gelombang energi yang luar biasa.Ketika Lei Tian membuka matanya lagi, ia berada di dunia yang berbeda.Dimensi Bayangan!Lei Tian berdiri di atas tanah hitam pekat, dengan langit yang dipenuhi pusaran bayangan ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 20

    Bab 20 Duel Bayangan di Gua Hitam-----Bayangan-bayangan bergerak cepat di dalam gua yang gelap. Lei Tian dan pemimpin Sekte Darah Surgawi saling mengukur pergerakan satu sama lain, masing-masing menunggu celah untuk menyerang."Kau pikir hanya kau yang menguasai seni bayangan?" Pemimpin itu menyeringai. "Aku, Mo Tianhai, telah mempelajarinya selama bertahun-tahun!"Lei Tian tidak menjawab. Ia merapatkan kuda-kudanya, merasakan energi bayangan yang mengalir di tubuhnya. Dalam sekejap, ia mengaktifkan Langkah Bayangan Tiga Lapis!SWOOSH!Tiga bayangan Lei Tian berhamburan ke berbagai arah, menyerang Mo Tianhai secara bersamaan.CLANG! CLANG!Tapi yang mengejutkan, Mo Tianhai juga menggunakan teknik serupa. Bayangannya bergerak dengan pola yang tak kalah cepat."Hmph, sepertinya kau belum tahu betapa hebatnya seni bayangan yang sebenarnya," katanya sambil mengayunkan pedangnya.Lei Tian menghindar dengan gesit, tapi tiba-tiba, sebuah bayangan hitam muncul dari belakangnya dan menyerang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 21 Rahasia Bayangan Sejati

    Lei Tian merasakan ketegangan di sekelilingnya, napasnya semakin terengah. Setiap serangan bayangan yang datang semakin cepat dan tidak terduga. Ia bisa merasakan bayangan-bayangan itu bergerak lebih cerdas daripada klon-klonnya sendiri. Tidak hanya itu, bayangan-bayangan itu tampaknya punya kendali penuh atas dunia sekitar mereka, membuat ruang terasa semakin sempit."Kau harus lebih cepat, Lei Tian!" Bai Zhen berteriak dari luar lingkaran pertarungan, meski jelas ia tak bisa membantu. "Cari kelemahannya!"Dengan langkah cepat, Lei Tian berputar, menebas satu bayangan yang mencoba menyelinap di belakangnya. Namun pedangnya hanya menembus kabut hitam, tanpa ada jejak luka yang terlihat."Tidak mungkin...!" Lei Tian menggeram. Ia bisa merasakan energi dari bayangan-bayangan itu—semakin kuat, semakin mematikan.Mo Tianhai yang terdiam di tempat, masih terjebak dalam pengaruh Hei Luo, mulai bergumam. "Bayangan sejati... mereka terbuat dari jiwa yang hilang."Lei Tian menoleh, matanya men

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 22: Darah dan Dendam di Balik Bayangan

    Langkah kaki Hei Luo menggema dalam kegelapan, mengiringi munculnya puluhan bayangan baru yang jauh lebih besar dan lebih buas daripada sebelumnya. Setiap bayangan adalah roh pendendam yang telah dikorbankan demi ambisi gila Hei Luo untuk membangkitkan kekuatan terlarang Sekte Darah Hitam. Wajah-wajah mereka berlumur penderitaan, suara-suara mereka meringkik dalam bisikan yang bisa membuat bulu kuduk berdiri.Lei Tian berdiri di tengah, tubuhnya penuh luka, napasnya memburu. Namun, di matanya tidak ada lagi keraguan. Hanya amarah yang membara—amarah kepada mereka yang telah menyiksa rakyat, menghancurkan keluarganya, dan mempermainkan dunia persilatan seperti panggung sandiwara."Kau ingin menguasai dunia, Hei Luo? Dengan darah dan mayat orang tak bersalah?" Suara Lei Tian dalam dan parau, tetapi setiap kata mengandung kekuatan batin yang tidak bisa dipatahkan.Hei Luo menyeringai, matanya yang merah menyala menatap Lei Tian seperti seorang jagal menikmati jeritan korbannya. "Tidak se

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 55:

    Lei Tian mencengkeram gagang pedangnya. Matanya berkilat. “Bayangan sudah mulai bergerak.”Dari balik celah bebatuan, sesosok tubuh samar muncul—tingginya hampir dua meter, wajahnya tanpa mata, hanya lubang hitam dengan suara dengung mengerikan keluar dari mulutnya. Makhluk itu melayang di atas tanah, tangan-tangannya seperti ranting kering menggapai. “Bayangan luka,” gumam Jin Wu. “Ini yang terbentuk dari jiwa-jiwa yang menolak diampuni.”Lei Tian maju tanpa ragu. “Biarkan aku yang hadapi. Kalian terus naik.” “Jangan bodoh,” seru Yara. “Kita bertiga!”Lei Tian menoleh, tatapannya tajam namun ada ketulusan di sana. “Yara. Aku butuh kau menjaga Jin Wu. Di atas sana… hanya satu dari kita yang boleh membaca mantra.” “Apa maksudmu?!” Jin Wu memutar tubuhnya. “Kau bilang kita bertiga—” “Aku bohong.”Hening. Hanya desau angin dan suara napas tercekat Yara

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 52:

    Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya. “Hei… masih hidup, pahlawan?”Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar. “Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.” “Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.Yara kemudian berj

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 51:

    “Aku hanya ingin... dikenang.”Lei Tian menyentuh kepala anak itu. Cahaya menyebar dari telapak tangannya.“Kalau begitu, biarkan aku... mengakhirinya dengan tenang.”Dan dalam sekejap, dunia dalam kesadaran itu hancur—bukan karena kebencian, tapi karena penerimaan.-Kabut itu menjerit.Begitu kesadaran Lei Tian masuk lebih dalam dan menyentuh inti Raja Chaos, dunia bayangan mulai retak seperti cermin dihantam palu. Retakan itu menyebar cepat, memecah lapisan demi lapisan dimensi yang melilit makhluk purba itu selama ribuan tahun.Tubuh raksasa Raja Chaos menggeliat liar di dunia luar. Dari setiap pori tubuhnya, semburan bayangan keluar bagaikan darah kotor. Jin Wu dan Yara terus bertahan, tapi napas mereka kini berat, gerakan mereka tersendat. Luka mulai menghiasi tubuh keduanya.“Dia... dia sekarat!” teriak Yara, sembari mengayunkan tongkatnya yang berpendar makin redup.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 50: Raja Chaos dari Dalam Gerbang

    Langkah kaki Lei Tian terhenti saat tanah di bawahnya menggeliat seperti makhluk hidup. Setiap jejak yang ia tinggalkan mengeluarkan suara lengket dan basah. Dunia di dalam Gerbang Ketiga ini bukan hanya gelap—ia hidup, dan ia menolak kehadiran cahaya.Yara menggenggam tongkatnya erat. Ujungnya menyala redup, mengusir sebagian kabut kelabu yang menggantung. Jin Wu berada di belakang mereka, sorot matanya tajam, tapi ada kegamangan yang tak biasa di wajahnya.“Ini… bukan dunia,” bisik Yara. “Ini... kesadaran.”Lei Tian mengangguk perlahan. “Kesadaran Raja Chaos. Inilah bentuk pikirannya… sebelum ia terperangkap ribuan tahun lalu.”Langit di atas mereka terus berdenyut seperti dinding jantung, dan dari segala arah terdengar bisikan tak berujung.“Kembali… kembali… darahmu adalah milik kami…”Tiba-tiba, tanah di depan mereka membelah, dan dari celah itu muncul sosok yang begitu tinggi hingga menyentuh l

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 49:Gerbang Ketiga dan Kelahiran Kegelapan Baru

    Hening.Setelah ledakan cahaya yang menyelimuti puncak altar, dunia seolah menahan napas. Debu masih berjatuhan perlahan. Angin berhenti berhembus. Burung-burung bayangan yang biasa berputar di atas langit Bayangan Timur menghilang—lenyap ke celah realitas.Lei Tian berdiri pelan dari reruntuhan. Napasnya berat. Luka-luka di tubuhnya menghitam dan pulih sendiri—bukti bahwa kekuatan Raja Bayangan masih mengalir dalam nadinya.“Kau menang, untuk saat ini,” bisik suara bayangan dalam benaknya. Bukan dari Raja Bayangan, tapi dari warisan kekuatan yang kini menyatu dengannya.Lei Tian menatap tangannya. Urat-uratnya tampak seperti aliran tinta hitam di atas kulit. Sesekali berkilat samar keemasan. Cahaya dan kegelapan itu belum sepenuhnya berdamai. Tapi untuk saat ini, dia bisa mengendalikannya.Tiba-tiba…DUM!Suara guntur meledak dari langit. Tapi bukan suara biasa—melainkan gema dari dimensi lain. Langit di atas altar mulai menghitam, lalu robek perlahan seperti kain tua. Retakan bercah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 48:Warisan Bayangan dan Pertarungan Jiwa

    : Langkah kaki Lei Tian terdengar berat di tengah kehancuran altar. Debu dan sisa-sisa segel beterbangan ditiup angin malam yang tajam. Matanya tak lepas dari sosok Raja Bayangan yang berdiri gagah di tengah pusaran energi hitam yang terus tumbuh dan meliuk-liuk seperti ular lapar.Raja Bayangan membuka kedua lengannya, seolah menyambut sesuatu. “Akhirnya, darahku dan darah mereka yang mengkhianatiku... bertemu dalam satu tubuh.”Lei Tian menggertakkan giginya. Nafasnya memburu, dan tangan kirinya sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi karena hawa jahat yang menyerang pikirannya, mencoba menyusup masuk ke dalam batinnya.“Aku bukan penerusmu!” seru Lei Tian lantang.Raja Bayangan tertawa. Suaranya berat dan bergema, membuat tanah bergetar pelan. “Oh, kau salah, anak muda. Kau adalah jelmaan sempurna antara terang dan gelap. Dilema abadi yang kubutuhkan untuk membuka Gerbang Ketiga.”Lei Tian melangkah maju dengan mata menyala. “Gerbang Ketiga itu akan menghancurkan dunia nyata.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 47:Kilas Balik — Asal Usul Raja Bayangan

    Gelap.Namun bukan gelap biasa. Ini adalah gelap yang terasa hidup. Gelap yang bernapas.Lei Tian mendadak kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Saat dia membuka matanya, dunia di sekeliling telah berubah. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya menghitam seperti arang, dan udara terasa berat seperti ditarik ke dalam pusaran waktu.“Apa ini…?” gumamnya, berdiri dengan langkah limbung.Sebuah suara menggema dari langit—serak, tua, dan berlapis gema aneh.“Kau dipanggil… oleh ingatan yang terikat darah. Karena kau adalah garis terakhir dari mereka yang memenjarakan Raja Bayangan.”Kata-kata itu terulang-ulang dan suaranya menggema.Dunia sekitar bergerak. Tanah bergetar dan terbuka, menampilkan sepotong kenangan: sebuah medan perang purba. Ribuan pasukan berjubah gelap berdiri melawan cahaya—pasukan bayangan melawan serdadu kerajaan langit. Suara pedang, teriakan, dan sihir memecah langit.Lei Tian terdiam, tubuhnya gemetar. “Ini… perang dimensi kuno…”Seseorang berdiri di tengah medan t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status