**Kekuatan yang Tertinggal
Suasana yang sebelumnya tegang kini terbilang sunyi. Namun, meski bayangan yang menutupi dunia telah runtuh, Lian Tian tahu pertempuran ini belum berakhir. Wuying Sheng, meskipun terkalahkan, bukanlah satu-satunya kekuatan yang mengancam keberlangsungan dunia. Terdapat sisa-sisa energi yang tersisa, energi gelap yang menyebar, siap untuk bangkit kapan saja.Lian Tian, Yara, dan Jin Wu berdiri di tengah reruntuhan, di mana tanah masih bergetar lembut akibat guncangan besar yang baru saja terjadi. Setiap langkah mereka terasa lebih berat, seolah energi dari pertarungan itu menyelimuti tubuh mereka, menyisakan kelelahan yang menguras."Lian Tian," suara Yara terdengar, memecah keheningan. "Aku merasa ada sesuatu yang salah. Meski kita telah mengalahkan Wuying Sheng, rasanya... sesuatu tetap tertinggal di sini."Lian Tian mengangguk, menatap ke sekelilingnya dengan hati-hati. Bayangan gelap masih tampak melayang di🔥Begitu mereka memasuki portal, mereka disambut dengan gelombang energi yang luar biasa. Dunia yang mereka masuki terasa asing. Langit di atas mereka dipenuhi awan hitam pekat, dan tanah yang mereka pijak tampak seperti bekas kehancuran—kerangka kota yang lama terlupakan, reruntuhan bangunan yang sudah hancur, dan udara yang dipenuhi kabut tebal."Kita ada di mana ini?" Yara bertanya, suaranya penuh kebingungan dan ketakutan.Lian Tian memandang sekeliling dengan hati-hati. "Tempat ini... seperti dunia lain. Tidak ada yang familiar."Jin Wu mengangguk, tetapi ekspresinya semakin serius. "Dan itu artinya kita berada di dalam dunia yang terpisah dari dunia kita. Apa yang terjadi di sini bisa mempengaruhi realitas kita."Tiba-tiba, suara keras terdengar dari belakang mereka. Tiga sosok bayangan muncul dari kabut tebal, berjalan perlahan menuju mereka. Mata mereka bercahaya dengan warna merah darah, dan aura kekuatan jahat mengelilingi mere
☺️Lian Tian mengerutkan dahi, kebingungan semakin menggelayuti pikirannya. "Lalu, apa yang harus kami lakukan? Kami tidak bisa berhenti sekarang."Master Shun tersenyum tipis, matanya penuh dengan kebijaksanaan yang dalam. "Pergilah ke tempat yang lebih jauh, ke wilayah yang belum pernah kalian jelajahi. Di sana, kalian akan menemukan lebih banyak petunjuk, tetapi juga lebih banyak bahaya. Hanya mereka yang benar-benar siap yang dapat melewati jalan itu."Dengan itu, Master Shun berbalik dan menghilang dalam kegelapan hutan, meninggalkan tiga orang itu dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.Lian Tian menatap tempat Master Shun menghilang, perasaan cemas dan penasaran bercampur dalam hatinya. "Apa maksud semua itu? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"Yara menatap Lian Tian. "Kita lanjutkan pencarian ini. Kita tidak bisa mundur."Jin Wu mengangguk, tatapannya penuh tekad. "Ya, kita tidak akan berhenti. Kita harus menemukan K
Dua hari telah berlalu sejak pertemuan mereka dengan sosok misterius itu. Lian Tian, Yara, dan Jin Wu masih terperangkap dalam kebingungan dan ketegangan yang menyesakkan. Mereka bergegas meninggalkan tempat pertemuan, menelusuri jalanan yang semakin gelap dan penuh ancaman. Dengan petunjuk yang sangat sedikit tentang Kitab Seribu Bayangan, perjalanan mereka menjadi lebih berbahaya. Namun, Lian Tian merasa ada sesuatu yang menggerakkan jiwanya, seakan suara dalam hatinya terus mengingatkan bahwa mereka harus terus maju. Kitab itu bukan hanya kunci untuk mengalahkan musuh yang lebih besar, tapi juga mungkin menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. Di jalanan yang sunyi, Yara menatap ke depan, matanya tajam. "Kita harus hati-hati. Dunia ini sudah terlalu banyak yang berubah sejak terakhir kali kita berhadapan dengan bayangan itu." Jin Wu berjalan di samping Yara, melihat sekitar dengan waspada. "K
**: Menghadapi Bayangan Masa DepanLian Tian menatap reruntuhan yang ada di sekitarnya. Meskipun sosok yang menghantui mereka telah hilang, ada sesuatu yang menggelayuti pikiran mereka. Sesuatu yang lebih besar, lebih mengerikan, yang belum bisa mereka pahami sepenuhnya. Suara desiran angin yang membawa aroma aneh mengalir lewat telinga mereka, dan suasana yang tadinya penuh dengan ketegangan mulai terlepas sedikit demi sedikit, meski masih terasa ada kekosongan yang menghantui.Yara dan Jin Wu berdiri di sisi Lian Tian, sama-sama merenung. Tak ada yang bicara, namun mereka tahu. Ini bukan kemenangan yang mereka harapkan. Ini hanyalah sebuah fase awal dari perjalanan yang lebih gelap. "Apa yang sebenarnya kita hadapi?" tanya Yara, suaranya lirih, lebih pada dirinya sendiri daripada kepada orang lain. "Apa yang membuat sosok itu begitu kuat?"Lian Tian menghela napas panjang, matanya tetap tertuju pada reruntuhan di sekelilingnya. "Kekua
**Kekuatan yang TertinggalSuasana yang sebelumnya tegang kini terbilang sunyi. Namun, meski bayangan yang menutupi dunia telah runtuh, Lian Tian tahu pertempuran ini belum berakhir. Wuying Sheng, meskipun terkalahkan, bukanlah satu-satunya kekuatan yang mengancam keberlangsungan dunia. Terdapat sisa-sisa energi yang tersisa, energi gelap yang menyebar, siap untuk bangkit kapan saja.Lian Tian, Yara, dan Jin Wu berdiri di tengah reruntuhan, di mana tanah masih bergetar lembut akibat guncangan besar yang baru saja terjadi. Setiap langkah mereka terasa lebih berat, seolah energi dari pertarungan itu menyelimuti tubuh mereka, menyisakan kelelahan yang menguras."Lian Tian," suara Yara terdengar, memecah keheningan. "Aku merasa ada sesuatu yang salah. Meski kita telah mengalahkan Wuying Sheng, rasanya... sesuatu tetap tertinggal di sini."Lian Tian mengangguk, menatap ke sekelilingnya dengan hati-hati. Bayangan gelap masih tampak melayang di
Wuying Sheng tertawa dengan suara yang menggelegar, seolah mengabaikan pertanyaan itu. “Mengendalikan? Tidak, Lian Tian. Aku tidak mengendalikan siapa pun. Aku hanya menjaga keseimbangan. Apa yang kau hancurkan adalah bagian dari alam semesta ini. Dan sekarang, aku akan mengembalikannya.”Jin Wu menatap Lian Tian dengan tatapan waspada. “Tian, ini bukan hanya tentang kita lagi. Ini tentang seluruh dunia.”Lian Tian mengangguk, menyadari bahwa pertempuran ini lebih dari sekadar untuk dirinya sendiri. Ini adalah tentang menghentikan kekuatan yang telah membelenggu dunia mereka selama bertahun-tahun. “Keseimbangan?” Lian Tian mengulang kata-kata itu. “Keseimbangan yang bagaimana? Dengan mengorbankan kehidupan dan membiarkan dunia terperangkap dalam bayangan selama ini?”Wuying Sheng mengangkat tangannya, dan seketika, tanah di sekitar mereka mulai bergerak. Batu-batu besar terangkat, membentuk dinding bayangan yang semakin menjulang t
*** Jalan Baru, Luka LamaBayangan-bayangan itu mulai mengepung mereka. Jin Wu mengangkat senjatanya meski tubuhnya gemetar.“Kalau ini ujian… kita lawan saja!” Yara mencabut dua belatinya. “Aku tak akan biarkan mereka menyentuhmu, Lian!”Lian Tian mengatupkan rahangnya, lalu maju selangkah ke depan. Ia membuka kedua tangannya, dan aura hitam langsung menyembur dari tubuhnya. Tanah di bawahnya retak, udara di sekitarnya mendesis seperti dibakar oleh energi tak kasat mata. “AKU LIAN TIAN! AKU ADALAH BAYANGAN TERAKHIR! JIKA INI DOSA LELUHURKU—MAKA BIAR AKU YANG MENYUDAHKANNYA!”Ia menghantamkan telapak tangannya ke tanah.Ledakan cahaya hitam menyebar ke seluruh arah.Bayangan-bayangan itu menjerit, sebagian memudar, sebagian melawan, melemparkan serangan berupa bayangan tajam yang beterbangan seperti anak panah.Lian Tian menangkis satu per satu dengan lengannya yang kini
** Jejak Topeng Kupu-Kupu “Itu ratapan dari darah-darah yang dikorbankan,” bisik Lian Tian, tubuhnya bergetar. “Dan hanya keturunan pengkhianat yang bisa menebusnya.” Yara mencibir. “Kedengarannya tidak adil.” “Memang tidak,” jawab Lian Tian pendek.Ia melompat ke tepi sumur, berdiri di atas bibirnya. Lalu, ia menggigit jarinya hingga darah mengucur deras. Dengan suara lirih, ia membaca mantra kuno: “Dari darah yang mengikat, kepada bayangan yang terbelenggu. Bangkitkan ingatan, buka segelmu.”Darahnya menetes masuk ke dalam sumur.Tiba-tiba, sumur itu menyala merah menyilaukan. Angin kencang menyapu mereka. Lian Tian hampir terjatuh—tapi Jin Wu segera menariknya mundur. “Tutup mata!” teriaknya.Tapi Lian Tian tetap menatap ke dalam sumur. Di dalamnya, ia melihat sosok-sosok bayangan berenang di antara darah. Di antaranya—seorang pria
**: Gerbang Darah SelatanMalam turun dengan cepat. Langit berubah pekat, dan hujan mulai turun seperti tirai tipis yang mengaburkan pandangan. Di kaki Pegunungan Lang Biang, tiga bayangan berjalan perlahan menuju gerbang batu merah besar yang menjorok ke dalam tebing: Gerbang Darah Selatan, gerbang terlarang yang konon hanya bisa dibuka dengan darah keturunan murni Wuying. “Kita sudah di ambang neraka,” gumam Jin Wu sambil mengusap wajahnya yang basah oleh hujan.Lian Tian berdiri tepat di depan ukiran naga terbelah di gerbang itu. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh pahatan yang terasa dingin dan kasar.Yara menoleh waspada. “Kau yakin ini jalannya? Tak ada jalan kembali kalau kita buka itu.”“Aku yakin,” sahut Lian Tian mantap. “Lu Yuan menyembunyikan tubuh ayahku di dalam sini. Dan jawaban atas semuanya ada di dalam.”Ia menggigit jempolnya, meneteskan darah ke rongga kecil di tengah u