Home / Romansa / Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku / Bab 2. Awal Mula Petaka

Share

Bab 2. Awal Mula Petaka

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:39:31

Nina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.

*

Sebelum kejadian…

Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.

Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada sopir yang membukakan pintu untuknya.

“Sama-sama, Tuan Muda.”

Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.

“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya itu tidak digubris sama sekali oleh Fredrinn (Papa Bryan).

Pria berusia 49 tahun itu pun bergegas masuk ke dalam mobil Porsche edisi terbatas miliknya dan melaju ke rumah sakit, tempat sang istri dirawat. Rosalina, ibu Bryan mengidap penyakit kanker hati dan diharuskan menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Bryan membuang napas kasar. Lagi-lagi papanya selalu saja menganggap dirinya tidak ada. Bryan pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan langsung disambut oleh empat orang pelayan, termasuk Nina.

Bryan menatap lekat-lekat Nina. Wajah baru di rumahnya. Nina baru semingguan bekerja di rumah itu. Tentu saja Bryan tidak mengenalnya.

“Selamat datang kembali, Tuan Muda. Apa Tuan mau makan?” tanya Bi Lastri, asisten rumah tangga yang sudah berusia senja. Ia telah bekerja di rumah itu kira-kira lima belas tahun lamanya.

“Gak usah, Bi. Aku sudah makan di perjalanan tadi,” jawab Bryan dingin. Keempat pembantunya sudah kembali dalam pekerjaan mereka masing-masing. Hanya Bi Lastri yang masih berdiri di sisi Bryan. Bi Lastri sudah mengenal karakter Bryan yang manja. Dia tidak akan pergi sebelum Bryan mengucapkan sesuatu yang dibutuhkannya.

“Apa Tuan Muda mau dibikinkan es kopi susu?” tawar Bi Lastri.

“Boleh deh, Bi.” Segera Bi Lastri melangkah ke dapur untuk menyiapkan es kopi susu favorit Bryan.

Bryan berjalan menuju ruang keluarga sembari mengibas-ngibaskan tangannya karena gerah. “Jakarta makin hari makin panas saja!” keluhnya. Bryan lalu membuang badannya ke sofa empuk yang ada di ruangan itu untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba seorang pelayan, tak lain adalah Nina berjalan melewati ruangan tersebut untuk mengambil sesuatu.

“Hey kau!” pekik Bryan memanggil Nina. “Kau pembantu baru di sini ya?”

Nina menunduk kemudian menghampiri Bryan. “Iya, Tuan Muda. Ada yang bisa saya bantu?”

“Kau tidak lihat aku sangat keringatan di sini?!”

Nina terdiam. Tidak paham dengan kalimat Bryan. Sesaat kemudian, Nina akhirnya paham maksud tuannya. Nina mengambil remote control untuk menyalakan AC di ruangan tersebut.

“Aku tidak menyuruhmu menyalakan AC itu!”

“M-maaf, Tuan Muda. Jadi apa yang harus saya lakukan, ya?” tanya Nina kebingungan.

“Kemari. Buka bajuku dan lap keringatku.”

Nina sempat diam beberapa detik dan membatin, ‘Apa dia tidak bisa melakukannya sendiri, ya? Kenapa harus menyuruh aku segala?’

“Heh, cepat!”

“B-baik, Tuan Muda.” Mau tidak mau, Nina membuka kemeja Bryan yang sedikit basah akibat keringat dan mengelapnya menggunakan handuk kecil yang tersedia di ruangan itu.

Setelah Nina menyelesaikan tugasnya, Bryan menyuruhnya untuk pergi. Tidak lama, Bi Lastri pun datang membawakan segelas es kopi susu kesukaannya. Sangat nikmat diminum ketika cuaca terik seperti sekarang.

“Bi, kenapa Papa menambah pembantu lagi?” tanya Bryan kebingungan. Bi Lastri yang tau segala sesuatunya pun menjawab.

“Hum, iya, Tuan Muda. Tuan Fredrinn sengaja mempekerjakan pembantu baru, soalnya Mbak Inem kan sudah resign. Pulang kampung, katanya mau ikut suaminya aja kerja di Indramayu,” jelas Bi Lastri dibalas dengan anggukan kecil dari Bryan.

“Tapi kok kayaknya dia masih muda banget ya, Bi?”

“Ya jelas, Tuan. Wong umurnya aja masih 18 tahun, Tuan.”

Bryan tampak terkejut. Sebab selama ini, jika papanya mencari seorang pekerja rumah tangga haruslah yang berusia 30 tahun ke atas atau yang sudah berkeluarga. Semua itu adalah permintaan dari Rosalina (ibu Bryan) agar meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dalam rumah tangga mereka.

“Tumben Papa nyari pembantu yang muda,” sahut Bryan.

“Ya, Tuan Muda. Si Nina itu baru aja lulus SMA. Dia jauh-jauh dari kampung sengaja merantau ke Jakarta buat cari kerja, tambahan biaya kuliah. Kata dia, sengaja jadi pembantu yang tinggal di dalam, jadi bisa hemat, gak perlu keluar biaya buat bayar kosan dan makan pun ditanggung kalau jadi ART. Makanya Tuan Fredrinn rada kasian sama anak itu. Jadi diterima kerja di sini deh, walaupun masih muda banget.”

Bryan mengelus dagunya sambil tersenyum licik. ‘Oh jadi anak itu kepengen kuliah, ya. Sepertinya aku bisa membantunya,’ batinnya.

FLASHBACK OFF

*

Bryan langsung terbangun ketika ia merasa Nina sudah pergi dari kamarnya. Dengan cepat Bryan menyusuli Nina yang sudah berada beberapa langkah dari pintu kamarnya. Bryan langsung menarik lengan Nina agar gadis itu kembali masuk ke dalam ruangan.

“Tuan mau berbuat apa lagi ke saya, huh?!!” tanya Nina pasrah diiringi tangisan.

Bryan pun mengunci pintu kamarnya agar tidak ada orang yang bisa melihat mereka. “Ssstt!! Diam kamu, Nina! Jangan berisik, nanti yang lain terbangun kayak mana?”

“Saya salah apa sama Tuan? Kenapa tega sekali membuat saya sengsara. Huhuhu.” Nina berbicara dengan bibir bergetar sembari sesekali memegangi dadanya yang sesak.

Bryan segera menutup mulut Nina menggunakan tangannya. “Jangan menangis lagi, bodoh! Dikasih yang enak-enak kok hebohnya minta ampun! Justru aku lihatnya kamu yang keenakan banget.”

Nina kembali berbicara setelah Bryan menjauhkan tangannya dari mulutnya. “Tuan yang maksa saya! Saya gak mau melakukan ini!” protes Nina. Air mata gadis itu mulai berhenti dan mengering. Justru saat ini Nina merasa sangat kesal terhadap Bryan.

“Tapi kamu juga menikmati, kan?” tanya Bryan. Bryan mulai panas, kembali ia memegangi leher Nina dan merabanya. Nina langsung menahan tangan sang majikan dan membuangnya dengan kasar.

“Sudahlah, Tuan! Jangan lakukan ini lagi! Atau saya akan melaporkan ini ke polisi!” ancam Nina tegas. Berusaha sok kuat dan berani di depan Bryan, walaupun sebenarnya ia sangat takut apabila Bryan melakukan hal itu lagi kepadanya.

Bryan tertawa sumbang terdengar mengejek. “Hahaha. Seorang sepertimu? Mau melapor ke polisi? Apa aku gak salah dengar? Polisi pasti hanya menertawakanmu! Apa kau punya bukti kuat bahwa aku yang memaksamu? Apa kau punya rekaman peristiwa tadi? Tidak ada, Sayang! Tidak ada!”

Hati Nina kembali menciut. Benar juga apa kata Bryan. Dia tidak punya bukti apa pun soal kejadian ini. Terlebih lagi dirinya bukan orang yang berkuasa, bahkan tidak punya uang untuk menyelesaikan kasus ini di ranah hukum.

“Aku akan melapor ke Tuan Fredrinn!” kata Nina lagi.

“Coba saja lapor kalau kau berani! Ingat ya, kau bekerja di rumah siapa? Yang mempekerjakanmu itu adalah papaku sendiri! Tidak mungkin dia percaya omongan dari seorang pembantu sepertimu! Baginya kau hanyalah sampah yang harus dibuang!”

Nina tertegun. Kali ini dia kalah telak dengan tuan mudanya.

“Aku punya penawaran baik untukmu,” ucap Bryan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Nur Muslihah
suka jalan crtanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 52. Kamu Pergi? Aku Ikut!

    POV NinaAku berubah seperti ini bukan tanpa alasan. Aku tenggelam dalam keputusasaan. Aku dipenuhi kebingungan. Semenjak kejadian itu, kejadian di mana harga diriku telah direnggut banyak orang. Aku sangat terpukul. Begitu dalamnya rasa trauma yang ditanamkannya dalam benakku. Kini, aku merasa tidak pantas untuk siapa pun. Aku tidak berhak untuk mendapatkan cinta dari siapa pun.Di pikiran orang, mungkin aku telah pulih sepenuhnya. Mungkin traumaku telah menghilang seutuhnya. Perlu ku akui, sebenarnya itu salah. Sehebat-hebatnya terapis yang mengobatiku, tidak akan bisa menyembuhkan trauma yang ku alami. Namun, setidaknya aku bisa menyembunyikannya. Memendamnya seorang diri.Kemarin, ku keluarkan sejenak keluhan di hatiku. Aku meminta Mas Bryan agar berhenti memperlakukanku sebagai orang yang butuh perlindungan. Aku melarangnya agar tidak menyentuhku lagi. Kataku, urus saja dirimu sendiri dan aku pun akan mengurus diriku sendiri. Bukan tanpa alasan aku bersikap

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 51. Jangan Cintai Aku!

    Bryan bingung saat mendapati Nina yang ternyata sedang duduk di kursi teras. Istrinya itu menundukkan kepala dan menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya.“Sayang, kamu ngapain malam-malam gini malah duduk di teras?” tanya Bryan bingung.Sedetik kemudian, Bryan menyadari bahwa istrinya itu sedang tersedu-sedu. Bisa dilihat dari bahunya yang berguncang dan suara napas yang terputus-putus.Bryan menghampiri Nina dan mencolek bahunya. “Hei, kamu menangis?”Nina yang sadar akan kehadiran Bryan di sampingnya langsung berhenti menangis. Dia mendongak lalu menyeka air matanya dengan cepat. Nina pun menoleh setelah itu. “Kok kamu terbangun, Mas?”Bryan melihat mata Nina yang sembab dan hidungnya yang tampak merah. “Kamu kenapa menangis?”“Aku tidak apa-apa kok. Kamu masuk saja lagi, Mas. Lanjutin tidur kamu. Jangan peduliin aku.”“Bagaimana bisa aku tidur kalau kamu sendiri malah duduk sendirian di sini? Kamu cerita ke aku, kamu ada masalah apa? Kenapa kamu menangis tiba-tiba? Tadi juga ka

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 50. Melepas Rindu

    Singkat cerita, Bryan dan yang lainnya telah tiba di rumah Paul. Mereka menyantap makan siang bersama dan saling menanyakan kabar masing-masing. Sekian lama, Jenna baru sempat berkunjung lagi ke rumah orang tuanya. Dan inilah saatnya dia melepas rindu bersama kedua orangtuanya itu.Di saat Jenna dan Nina sedang asik mengobrol dengan Paul dan Zulaikah, Bryan justru pamit dari ruang makan, diikuti oleh Fredrinn.“Kamu langsung mau pulang ke Jakarta, Bry?” tanya Fredrinn saat melihat anaknya sibuk mengemas barang-barangnya.“Iya, Pa.”“Kok buru-buru sekali? Istrimu baru saja sampai loh. Dia pasti butuh waktu untuk istirahat sejenak.”“Mau bagaimana lagi, Pa? Kalau kami gak pulang sekarang, Nina mau tidur di mana nanti malam? Di sini gak ada kamar kosong lagi. Masa iya Nina harus tidur di ruang tamu juga kayak aku selama ini? Mau tidur di hotel pun susah, kami harus ke kota lagi dan jaraknya jauh. Mendingan sekalian pulang saja.”Fredrinn mengangguk paham. “Benar juga katamu. Di sini suda

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 49. Menjadi Binal (21+)

    Lima bulan kemudian…Ini hari yang ditunggu-tunggu oleh Bryan dan juga anak-anaknya. Hari kedatangan Nina ke Malaysia. Dan sore ini Bryan mengajak keempat anaknya untuk pergi ke kota, mereka ingin menyambut kedatangan Nina di bandara.Menempuh dua jam perjalanan, Bryan dan anak-anaknya sampai juga di bandara Kota Kinabalu. Mereka segera berlari masuk menuju terminal kedatangan sesuai dengan pesawat yang Nina tumpangi.Bryan mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang dinanti-nantikannya.Jonathan menarik-narik jari telunjuk Bryan. “Papa, itu Mama!” serunya sembari menunjuk ke arah depan.Bryan refleks melihat ke arah yang ditunjuk Jonathan. “Mana Mama? Yang mana?”“Itu, Pa! Yang pakai baju coklat.”Sorot mata Bryan mendadak berbinar-binar kala mendapati sosok wanita dengan memakai dress selutut berwarna coklat yang saat ini berdiri di tengah-tengah kerumunan orang. Wanita itu tidak sendiri,

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 48. Rencana Masa Depan

    Sebenarnya Bryan berniat menyusul Nina ke Amerika, tetapi berhubung anak-anaknya sudah terlanjur bersekolah di Malaysia, maka Fredrinn pun melarang Bryan untuk pergi.“Kalau kamu pergi ke Amerika, anak-anakmu ini bagaimana?” tanya Fredrinn.Bryan tampak berpikir keras. “Sepertinya aku bawa mereka sekalian ke sana. Daripada mereka aku tinggal, pasti mereka bakal menangis lagi.”“Berarti anak-anakmu bakal dipindahin lagi dong sekolahnya? Kamu pikir gampang apa ngurus-ngurus dokumen dan segala macamnya?”“Gak ada pilihan lain, Pa.”“Kenapa sih kamu tidak tinggal di sini saja dulu? Cuman lima bulan loh sampai istrimu menyelesaikan terapinya di Amerika.”“Aku gak betah loh, Pa.”“Tidak betah apanya, Bry?” Fredrinn heran. Padahal belum ada sehari Bryan di rumah ini.“Papa lihat kan tadi ada janda yang godain aku? Aku risih kalau ketemu dia tiap hari, Pa. Masa aku harus ngumpet di dalam rumah tiap hari sih, biar gak ketemu sama si tetangga genit itu.”Fredrinn menghela napas panjang. “Papa ki

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 47. Digoda Janda

    Betapa bahagianya Brianna, Cattleya, Khaylila, Jonathan, dan anak-anak tetangga yang lain melihat Bryan berada di rumah Paul Lawrence (nama kakek Bryan). Keempat anak kecil itu langsung memeluk sang ayah erat-erat.“Akhirnya Papa datang juga menemui kami. Kami capek tau nungguin Papa tiap hari! Kenapa Papa datangnya lama sekali?” celetuk Brianna.“Maafin Papa ya. Soalnya Papa banyak kerjaan di Jakarta, makanya Papa baru sempat berkunjung ke sini,” sahut Bryan sembari melepaskan pelukannya dari anak-anaknya.“Terus Mama mana, Pa? Kok Papa doang yang ke sini?” tanya Jonathan.Bryan tersenyum tipis kepada anak bungsunya. “Mama kamu gak bisa datang ke sini untuk sekarang. Maaf ya, sayang. Tapi Mama bakalan mengunjungi kalian juga kok.”“Mama emangnya ada di mana, Pa? Mama ada di rumah aja, kan?” timpal Cattleya ikut bertanya.Bryan mengangguk pelan. “Iya, sayang. Mama kamu ada di

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 46. Si Bucin Galau

    Berhubung hari sudah gelap dan cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan. Fredrinn dan Bryan akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Malaysia di hari esok.Sembari menghabiskan malam, Fredrinn mengajak Bryan mengunjungi sebuah coffe shop di pusat kota.“Huãn yíng. Nà nĭmen xiăng hé shénme ne?” tanya pelayan.“Wŏ diănle liăng bēi nóngsuõ kăfēi,” jawab Fredrinn.Bryan hanya diam. Tak paham dengan percakapan mereka. “Apa artinya, Pa?” tanyanya penasaran.“Papa memesan dua gelas kopi espresso,” jawab Fredrinn singkat.Bryan mengangguk pelan. “Ouhh. Kok Papa bisa bahasa Mandarin?”“Karena belajar, Bry! Papa sudah menguasai bahasa ini semenjak Papa kuliah. Papa bahkan menguasai bahasa yang lain, seperti Prancis, Rusia, Jepang, dan Korea.”“Woah! Daebak! Papa hebat sekali. Semenjak kuliah sudah mengu

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 45. Fredrinn Murka

    “Maaf mengganggu waktunya, Pak. Saya cuman mau ngasih tau kalau Tuan Bryan sudah lima hari tidak pulang-pulang ke rumah. Saya sudah coba menghubungi nomor Tuan Bryan tapi tidak aktif. Saya juga sudah nelpon ke kantor, tapi mereka juga bilangnya Tuan Bryan selama lima hari ini tidak pernah datang ke kantor.”Karena cemas Bryan tidak pulang-pulang dan tidak ada kabar, Bi Ilis memutuskan untuk menghubungi Fredrinn. Mungkin saja Fredrinn tau di mana keberadaan Bryan.Di seberang sana, Fredrinn terkejut. Seakan tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Bi Ilis. “Yang benar saja? Apa Bryan tidak meninggalkan pesan apa-apa ke orang rumah? Mungkin dia keluar kota untuk liburan atau apa gitu?”“Tidak, Pak Fredrinn. Tuan tidak berkabar sama sekali ke kami. Sebelum Tuan Bryan menghilang begini, sikap Tuan Bryan kelihatan seperti orang ketakutan. Tuan Bryan bahkan menyuruh kami agar mengunci pagar dan semua pintu di rumah. Tuan Bryan juga

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 44. Melarikan Diri

    Sampai malam tiba, Bryan masih belum berani keluar dari kamarnya. Dia begitu cemas seperti orang ketakutan. Rasa lapar yang dia rasakan sekarang tidak sebanding dengan rasa takutnya. Bryan berpikir keras agar dirinya tidak dicurigai oleh polisi. Bryan kembali mengingat-ingat saat dirinya melakukan pembunuhan brutal itu. Dia takut apabila ada saksi mata yang tak sengaja melihatnya, entah saat memotong tubuh Alex di gedung tua itu ataupun saat melemparkan potongan tubuh Alex dan Melissa di sungai.“Seingatku tidak ada yang melihat, karena saat itu langit masih gelap dan kondisi sekitar tampak sepi,” gumam Bryan, berusaha meyakinkan diri sendiri.Setelahnya, Bryan kembali diserang oleh rasa takut dan pikiran buruknya. “Tapi bagaimana dengan bukti yang lain? Aku masih tidak yakin apakah aku sudah menghilangkan jejakku sepenuhnya di lokasi pembunuhan itu? Lantai villa memang sudah ku bersihkan, begitupun dinding dan yang lainnya. Tapi bagaimana dengan sidi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status