Share

Bab 0006

Belle tersenyum sinis. Tamparan itu tidak akan dia balas dengan tamparan juga. Dia akan berusaha sebaik mungkin menahan diri, berusaha untuk tenang dan akan membalas dengan cara yang menyakitkan nanti. Akan dia habisi, tanpa ada yang tersisa selama dia memiliki kekuatan yang di pinjamkan Jelios padanya.

"Apa sudah cukup, Ibu tiri? Sudah bertahun-tahun, anda masih saja memiliki hobi menamparku dan juga Ibuku. Aku benar-benar bingung, bagaimana bisa seorang wanita simpanan begitu berani hingga keluarga sah bisa di tindas?" ujar Belle kesal.

Tuan Bram mengeraskan rahangnya, dia bingung tidak tahu harus bagaimana. Rasanya, dia juga ingin memukul wajah Belle agar membuat mulut Belle diam, dan tidak banyak protes. Akan tetapi, dia juga tidak boleh melukai wajah Belle dan membuat rencananya menjadi gagal total.

Nyonya Kelly sudah bersiap akan memukul lagi wajah Belle, tapi Tuan Bram dengan segera menahan tangan Nyonya Kelly dan menatapnya dengan tatapan tegas. Nyonya Kelly kesal, tapi dia juga bisa mengerti kenapa suaminya menatapnya dan mencegahnya.

"Kendalikan dirimu, kita tidak bisa sembarangan!" Ucap Tuan Bram.

Belle tersenyum, entah mengapa dia seperti merasakan ada hal yang disembunyikan jadi, dia akan coba untuk mencari tahu agar bisa mendapatkan kelemahan keluarga tirinya.

"Sudahlah, Ibu, Ayah. Semua yang terjadi ini sudah telanjur bukan? Masalah Mike, mana aku tahu kalau Mike akan begitu gila mengejarku? Mike bahkan, tidak pikir panjang untuk menikah denganku meski kami beri saja lulus sekolah menengah atas," Ujar Jenie yang ikut bergabung setelah diam dan mendengarkan saja ucapan kedua orang tuanya sembari menikmati salad buahnya.

Belle mengeryit bingung, tunggu dulu! Kenapa Jenie begtu berbeda hari ini? Beberapa hari yang lalu, dia nampak segar, kenapa dia pucat? Apa karena tidak menggunakan make-up? Tapi, mungkinkah bisa sepucat itu tanpa sapuan Make-up?

Jenie berdiri di sebelah Ayahnya, memeluk lengan Ayahnya seolah ingin berpegangan disana.

"Semalaman tidak pulang, apa yang baru saja kau lakukan?" Tanya Jenie sembari menyipitkan matanya, mencari tahu apa yang terjadi semalam. Tetapi, melihat noda merah samar-samar terlihat di leher bagian samping yang sebagian tertutup rambut, Jenie menjadi begitu penasaran dan menyibakkan rambut Belle.

"Wah!" Ucap Jenie yang terkejut.

Dia juga seolah ingin tertawa karena bisa dengan paham apa yang baru saja di lakukan oleh Belle saat malam tidak pulang.

Tuan Bram melotot kaget, begitu juga dengan Tuan Kelly.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya mereka berdua kompak dengan tatapan marah dan intonasi yang tinggi.

Belle menghela nafasnya, dia tersenyum tapi tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Kenapa? Tentu saja dia tahu, Tuan Feto bersedia menikahi Belle karena Belle masih perawan sebelumnya. Sekarang, sudah tidak ada keperawanan itu lagi yang bisa di sodorkan kepada Tuan Feto. Jadi, mereka pasti kesal karena rencana mereka pasti akan gagal kan?

"Pria liar mana yang kau tiduri semalam?" Tanya Jenie dengan tatapan matanya yang terlihat mencemooh.

Belle masih tidak ingin menjawab, biarkan saja mereka menebak sesuka hati, karena sekarang masih terlalu awal mereka tahu siapa yang telah menidurinya.

Belle mengabaikan mereka, memilih untuk berkelana melenggang menuju kamar dan mengemas pakaiannya sendiri.

"Bellerien!" Bentak Tuan Bram seraya melangkahkan kaki menyusul Belle.

Belle mempercepat langkah kakinya, segera meraih handle pintu, membuka dan langsung masuk serta tidak lupa untuk mengunci pintu kamarnya.

Belle menghela nafas lega karena sukses menghindari amukan Ayahnya.

Belle mengeluarkan ponselnya, mengirimkan pesan kepada seseorang yang akan menjemputnya nanti. Yah, kalau tidak ada orang dari Jelios, tentu saja dia tidak akan bisa keluar dari rumah Ayahnya.

Segera, Belle mengambil beberapa barang penting termasuk dokumen pribadi dan lainnya. Setelah itu, Belle duduk di pinggiran tempat tidur sembari menunggu orang yang akan membawanya pergi dari sana datang.

Beberapa saat kemudian.

"Siapa kau?" Tanya Tuan Bram seraya menatap seorang pria dewasa yang kini berdiri dengan tegap di hadapannya.

"Jhon Ebneer. Saya datang untuk menjemput Nona Belle." Jawab Jhon dengan cara bicaranya yang begitu sopan.

Tuan Brian memijat pelipisnya, hari ini dia benar-benar kesal sekali sehingga tidak dapat berpikir dengan baik. Bahkan, dia juga tidak jadi berangkat bekerja karena ulah Belle. Sekarang, ada lagi orang yang tidak dikenal datang ingin menjemput Belle. Namun, entah mengapa Tuan Bram merasa agak tidak asing saat melihat wajah Jhon.

"Jangan gila, aku tidak sedang ingin main-main sekarang! Pergilah sana, Belle tidak bisa dijemput oleh orang asing yang tidak jelas asal usulnya. Sebentar lagi, Belle akan menikah dengan orang kaya, kau yang hanya menggunakan pakaian serba rapih seperti ini, tidak akan membohongi mataku!" Ucap Tuan Bram dengan tatapan matanya yang sinis.

Jhon tersenyum. Dia membatin di dalam hati, tentu saja Belle begitu membenci Ayahnya, ternyata Ayahnya adalah orag yang sangat amat tidak tahu diri, tidak tahu malu!

"Orang tua yang anda maksudkan itu, sepertinya sedang kelimpungan sekarang, Tuan. Apakah anda tidak ingin datang menemui beliau dan menghiburnya?"

Tuan Bram mengeryitkan dahinya bingung. Kelimpungan?

"Apa maksudnya ucapanmu barusan?" Tanya Tuan Bram yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Jhon tersenyum, dia menghela nafasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Tuan Bram.

"Maaf sekali, saya hanya suruhan saja. Akan bahaya jika saya asal bicara. Mohon jangan menanyakan hal itu lagi, saya sudah harus bersiap karena Nona Belle sudah mengirimkan pesan sekitar beberapa menit lalu bahwa Nona Belle akan turun setelah saya datang."

Belle menghela nafasnya, dia tersenyum melihat Ayahnya yang terlihat semakin bingung dan frustasi. Belle sudah bersiap untuk melangkahkan kakinya untuk menghampiri Jhon, tapi ucapan Ayahnya benar-benar sukses membuat Belle membeku.

"Tidak bisa! Kalau memang kau memaksa, setidaknya kau harus mengganti uang mahar yang di janjikan Tuan Feto kepada kami! Berikan padaku, 500 JT!" Ucap Tuan Bram dengan tatapan matanya yang mengancam. Satu tangannya mengadah dengan tidak tahu malu.

Belle menggigit bibir bawahnya menahan kepedihan karena sikap sang Ayah yang sangat jelas menganggapnya sebagai barang dagangan demi keuntungan dirinya saja.

Jhon sedikit mengeryit, namun matanya benar-benar tidak bisa bohong kalau dia sangat terlihat muak.

"Jadi, harga putri anda hanya segitu saja?" Tanya Jhon dengan tatapan menghina.

Tuan Bram menarik kembali tangannya, bertolak pinggang dengan tatapan matanya yang nyinyir.

"Kau memiliki lebih? Berikan saja padaku, dan ambilah Belle!" tegasnya juga acuh.

Jhon kembali tersenyum lalu berkata, "Sungguh sayang sekali, Nona Belle sudah menjual dirinya dengan harga berkali-kali lipat dari yang anda ucapkan. Benar-benar menyesal sekali, andai saja kita bertemu lebih awal untuk Transaksi jual beli putri anda, iya kan Tuan?"

Jhon mengakhiri ucapannya dengan senyum smirik dan tatapan yang begitu mencemooh.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
kasihan banget Belle
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status