Share

Bab 0005

Dilarang untuk menuntut apapun di luar kesepakatan, tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi, juga tidak boleh menuntut untuk sebuah hubungan atau status resmi.

Seperti itulah, perjanjian yang dibuat oleh Jelios untuk Belle.

Belle tak merasa keberatan. Baginya, yang paling penting adalah mengambil apa yang memang milik Ibunya dan membatalkan pernikahan dengan orang tua yang genit itu. Memang, kalau dipikir-pikir sama saja artinya. Dia hanya akan menjadi budak nafsu pamannya sendiri, dan hidup seolah tidak memiliki arti di bawah nama pamannya. Akan tetapi, bagi Belle itu jauh lebih baik karena setidaknya, dia tidak akan bisa di manfaatkan oleh Ayah dan Ibu tirinya.

Belle meraih sebuah pena untuk membubuhkan tanda tangan dalam surat perjanjian, lalu menyerahkannya kepada Jelios.

Jelios menatap surat perjanjian itu, dia tersenyum tipis sembari menatap Belle sebentar. Entahlah, dia merasa sedikit senang karena mulai dari hari ini, dia bisa terus merasakan betapa nikmatnya tubuh Belle yang benar-benar di luar dugaannya.

Jelios menghela nafas seraya menjauhkan surat perjanjian itu dari tangannya.

"Baiklah, kita bisa mulai semuanya besok." ujar Jelios.

Belle tersenyum terpaksa, tapi tidak akan membiarkan Jelios mengambil bagiannya.

"Tidak! Biarkan aku bergerak sendiri, tugas paman hanyalah melindungiku. Aku akan melakukan semuanya sendiri tentang keluargaku, tapi aku juga butuh dukungan dan perlindungan paman jadi, bantu aku sesuai dengan yang aku butuhkan, Paman!"

Jelios tersenyum tipis. Sungguh dia tidak menyangka kalau gadis 21 tahun itu memiliki sikap yang berani dan terlihat licik.

Baiklah, sepertinya ini akan menarik!

"Baik, kau bisa dapatkan bantuan seperti yang kau minta, selama itu berada di batas kewajaranku,'' Jawab Jelios seraya bangkit dari duduknya.

Belle mengangguk dengan semangat, dia akan melakukannya sendiri dan menghancurkan kelurga Ayahnya yang super jahat padanya. Belle kembali menatap Jelios lalu berkata, "Baik, aku juga akan berusaha semaksimal mungkin mengerahkan tenagaku. Aku benar-benar akan membuat diriku berguna bagi paman. Ah, mulai hari ini aku juga akan belajar memasak!"

Jelios tersenyum miring, dia tidak akan melarang apa yang akan di lakukan Belle tentunya. Tetapi, dia benar-benar tidak yakin kalau Belle bisa benar-benar menepati janjinya sendiri.

Entah dari mana gadis itu belajar untuk menyenangkan orang lain dengan cara bicaranya yang seolah dia begitu bersungguh-sungguh. Pastinya, Jelios sendiri tidak akan pernah membiarkan uang serta tenaganya terbuang dengan sia-sia.

Setelah pembicaraan hari itu, mereka menjalani hari-hari seperti biasanya. Hanya saja, yang paling tidak biasa adalah, Jelios meminta Belle untuk tidur satu ranjang dengannya.

Seperti malam ini, Jelios lagi-lagi memintanya untuk datang ke kamarnya. Ah, kemarin sudah beralasan datang bulan, makanya dia bisa selamat. Jelios sudah pasti tahu kan kalau datang bulan itu tidak mungkin hanya sehari saja?

Belle membuang nafasnya sebelum dia menggerakkan handle pintu dan masuk. Sebentar dia bergumam karena rasanya dia masih belum siap untuk masuk ke dalam, "Ya Tuhan, semoga saja Paman Jelios tidak banyak tingkah."

Setelah mengatakan itu, pada akhirnya Belle masuk kedalam kamar. Tentu saja detak jantungnya tidak bisa berdegup dengan sangat cepat, tapi kalau dia menolak permintaan si paman mesum yang kalau sudah menyetubuhinya tidak ingat waktu.

Setelah malam mereka melakukan hubungan seksual pertama kali, besoknya Belle benar-benar di hajar habis-habisan sampai sulit bangun dan berjalan dia harus merasakan kedua kakinya gemetaran.

Jelios tersenyum dengan mimik wajahnya yang dingin dan sinis. Tentu saja dia mengerti benar apa yang dipikirkan oleh Belle.

"Kau takut apa? Semua wanita yang biasa aku tiduri selalu menjaga kesehatan dan kebersihan mereka, aku juga sama. Walaupun aku tidak meniduri mereka, aku masih tetap memberikan mereka uang untuk merawat bagian inti mereka. Juga, memberikan laporan kesehatan padaku agar tidak memberikan penyakit padaku." Ucap Jelios yang terlihat serius.

Benar-benar menggelikan sekali! memang siapa yang sedang menginginkan itu semua? Batin Belle kesal.

Ah, tapi kalau dipikirkan lagi memang ada bagusnya Jelios memberitahu hal itu padanya.

Belle memaksakan senyumnya, tentu saja dia tetap menyayangi tubuhnya. Bagaimanapun, menyerahkan diri seperti wanita tidak memiliki harga diri kepada Jelios bukanlah hal yang dia inginkan apalagi kalau sampai terkena penyakit.

"Paman, Seingatku aku sudah mengatakan kalau aku sedang datang bulan kan?Ngomong-ngomong, apa aku harus pindah ke kamar lain, paman?" Tanya Belle saat matanya tak sengaja melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 22:10.

Jelios menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dari Belle lalu berkata, "Kalau begitu, biarkan aku melihat dengan mataku sendiri benar atau tidaknya kau sedang datang bulan."

Belle menelan salivanya sendiri. Sungguh, dia benar-benar tidak tahu kalau Jelios adalah orang yang sangat mesum dan memalukan seperti itu!

"Aku tidak mau! Itu jelas memalukan!" Ucap Belle yang kini terlihat takut.

Jelios menyeringai. Dia bangkit dari duduknya, dengan cepat dia melangkahkan kaki meraih pergelangan tangan Belle, lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

"Paman!" Teriak Belle kesal juga takut.

Jelios benar-benar mengacuhkan Belle, dia mengunci tubuh Belle dengan caranya lalu menyentuh milik Belle dengan begitu mudah karena saat itu Belle tengah menggunakan dress tidur.

Jelios kembali menyeringai sembari menatap Belle lalu berkata, "belum apa-apa kau Sudah berani membohongiku? sepertinya aku harus memberikan pelajaran yang sedikit membekas untukmu."

Malam itu, Jelios benar-benar melakukan apa yang dengan ingin lakukan kepada Bellerien. Entah kapan mereka berhenti, hingga pada akhirnya mereka tertidur karena kelelahan.

Besok paginya.

Belle tersenyum senang karena, pakaian yang di belikan oleh pelayan Jelios benar-benar sangat pas dengan ukuran tubuhnya. Belle sangat bisa dengan bebas mengagumi indahnya dress yang dia gunakan saat ini, apalagi Jelios sudah berangkat pagi-pagi sekali jadi hanya ada dia saja di dalam kamar itu.

Setelah puas mengagumi indahnya dress, Belle memilih untuk segera meraih tasnya, dan beranjak pergi. Begitu sampai di luar kamar, Belle menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Kali ini, dia benar-benar tidak akan melepaskan satupun orang-orang yang telah membuat Ibunya menderita dan meninggal dalam keadaan yang begitu pilu dan meningal dalam keadaan yang menyedihkan.

Beberapa saat kemudian.

Belle sudah sampai di rumah Ayahnya, dia sebentar berhenti untuk memantapkan niatnya dan membulatkan tekadnya. Belle mengepalkan tangannya, menatap dengan sungguh-sungguh lalu berkata, "Majulah, Belle! Jangan menyerah karena harga dirimu tidak boleh di injak orang sialan itu!"

Belle menjalankan kakinya, dia menuju pintu utama dan membuka pintu dengan cepat.

"Kau masih ingat pulang? Kau masih tahu untuk kembali?!" Tanya Tuan Bram seraya menatap Belle dengan tatapan kesal.

Sejak kemarin, dia mencoba untuk menghubungi Belle tetapi, jangankan mendapatkan jawaban, bahkan Belle sama sekali tidak bisa dihubungi. Tentu saja mereka menganggap Belle sengaja mematikan ponselnya!

Belle menatap Ayahnya yang sudah rapih dengan setelah kantor, penampilan yang necis itu bisa dia lakukan setelah menguras semua harta Ibunya Belle kan? Belle mengepalkan tangannya erat-erat karena kekesalan yang mulai timbul di hatinya.

"Kenapa memangnya? Pulang atau tidak, itu adalah urusanku kan?" Belle tersenyum miring dengan tatapan matanya yang terlihat berani.

Tuan Bram menatap Belle dengan tatapan kesal, dia ingin memukul Belle sekuat tenaga agar kekesalan yang dia rasakan berkurang akan tetapi, dia juga tidak boleh melukai wajah Belle karena Tuan Feto bisa urung menikahi Belle.

"Dasar anak tidak tahu di untung! Sudah tahu salah, tapi cara bicaranya seolah kau pemilik dunia yang maha benar," Sindir Nyonya Kelly yang adalah Ibu tirinya Belle.

Belle menghela nafasnya, melihat wajah Nyonya Kelly, rasanya dia benar-benar sangat kesal dan bisa dengan jelas mengingat bagaimana Ibu kandungnya menangis sedih memikirkan hubungannya dengan Tuan Bram.

"Dari pada terus menilai bagiamana sikap tidak baikku, bagaimana kalau kau nilai anakmu yang kedapatan tidur dengan mantan pacarku. Padahal, saat itu dia jelas tahu kalau kami sedang menjalin hubungan. Wah, aku jadi penasaran sekali deh! Jenie sangat pintar mengerakkan badannya di atas tubuh Mike, dia pasti mewarisi sifat jalang dari Ibunya," Ucap Belle dengan tatapan menghina yang dengan jelas dia tunjukan.

Nyonya Kelly tak tahan mendengarnya, dia segera berjalan mendekati Belle dan menamparnya dengan kuat.

Plak!

Belle menoleh karena tamparan itu, lalu memegangi pipinya yang terasa sakit panas dan perih.

"Dasar anak dari wanita tidak berguna, Ibumu pasti tidak tahu mendidik anak sehingga anaknya jadi begini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status