Compartilhar

BAB 194

Autor: Kak Upe
last update Última atualização: 2025-10-28 09:42:18

Pagi itu masih berbalut kabut tipis ketika Gilea mendengar langkah Bumi bersiap di kamar. Dengan cepat ia masuk ke kamar mandi, mengunci pintu, dan membiarkan air keran mengalir. Dari balik pintu, ia mendengar Bumi memanggil namanya dengan lembut.

"Gilea? Sayang, aku berangkat." ujar Bumi, penuh rasa sayang.

Gilea menahan napas, membiarkan suara air menjawab untuknya. Beberapa detik kemudian, ia mendengar pintu kamar tertutup perlahan.

Rasa bersalah menusuk dadanya, tapi segera digantikan oleh kenangan akan lembaran berkas kuning yang tersembunyi di laci rahasia. Tanda tangan Bumi di surat persetujuan itu membakar ingatannya lebih dari segalanya.

Setelah memastikan Bumi telah pergi, Gilea berganti pakaian sederhana dan menyelinap keluar melalui pintu samping yang jarang digunakan. Hari ini, misinya jelas: menemukan Daniel. Dan pencarian itu akan ia mulai dari rumah sakit. Tempat dimana dia bertemu dengan Daniel terakhir kalinya.

***

Di rumah sakit, ia berdiri di lorong yang sama diman
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 196

    Rene membanting pintu kamarnya. Dadanya masih naik turun oleh nafsu yang tertahan dan amarah yang menyala-nyala. Tubuhnya masih basah oleh wine dan keringat, dengan kulitnya masih merinding mengingat setiap sentuhan Bumi. Dengan gerakan kasar, ia melepas sisa-sisa pakaian yang masih menempel dan menjatuhkan diri di atas kasur.Tangannya langsung meraba tubuhnya sendiri, membayangkan itu adalah tangan Bumi. Matanya terpejam, membayangkan Bumi masih berada di atasnya, dengan mulutnya yang sensual masih menjilati setiap inci kulitnya."Tuan Bumi..." erangnya pelan, jari-jarinya memainkan putingnya yang masih keras.Dalam bayangannya, Bumi tak berhenti pada payudaranya. Lidah pria itu bergerak ke bawah, menjilati perutnya yang rata, lalu terus turun hingga mencapai antara pahanya. Rene membayangkan Bumi menyebarkan pahanya lebar-lebar, lalu menunduk untuk menjilati bagian paling sensitifnya."Ah! Ya... seperti itu..." rintih Rene sementara jari tengahnya menemukan klitorisnya yang sudah b

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   (21+) BAB 195

    Pintu kamar terkunci dengan bunyi klik lembut. Senyum hangat yang baru saja menghias wajah Bumi segera luruh, digantikan oleh kerutan kekhawatiran di dahinya. Langkahnya berat menuju ruang kerja di lantai bawah, jari-jemarinya sudah menekan nomor Max sebelum ia sempat duduk."Max," suaranya rendah dan tegas, "Selidiki apa yang dilakukan Gilea di luar rumah hari ini. Kemana saja dan dengan siapa dia bertemu."Dia memutuskan sambungan tanpa menunggu balasan. Matanya tertuju pada layar laptop yang menampilkan rekaman CCTV. Di sana, terlihat Gilea menyelinap keluar lewat pintu samping, berjalan cepat dengan kepala tertunduk. Ini bukan pertama kalinya. Sejak beberapa pekan terakhir, istrinya itu seperti bayangan yang menghilang di siang bolong, selalu pulang tepat sebelum jam makan siang dengan wajah lelah dan alasan yang samar.Bumi menjatuhkan diri di kursi kerjanya, kedua tangannya menekan pelipis yang berdenyut-denyut. Pikirannya kacau, diterpa badai prasangka yang membuat dadanya sesa

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 194

    Pagi itu masih berbalut kabut tipis ketika Gilea mendengar langkah Bumi bersiap di kamar. Dengan cepat ia masuk ke kamar mandi, mengunci pintu, dan membiarkan air keran mengalir. Dari balik pintu, ia mendengar Bumi memanggil namanya dengan lembut."Gilea? Sayang, aku berangkat." ujar Bumi, penuh rasa sayang.Gilea menahan napas, membiarkan suara air menjawab untuknya. Beberapa detik kemudian, ia mendengar pintu kamar tertutup perlahan.Rasa bersalah menusuk dadanya, tapi segera digantikan oleh kenangan akan lembaran berkas kuning yang tersembunyi di laci rahasia. Tanda tangan Bumi di surat persetujuan itu membakar ingatannya lebih dari segalanya.Setelah memastikan Bumi telah pergi, Gilea berganti pakaian sederhana dan menyelinap keluar melalui pintu samping yang jarang digunakan. Hari ini, misinya jelas: menemukan Daniel. Dan pencarian itu akan ia mulai dari rumah sakit. Tempat dimana dia bertemu dengan Daniel terakhir kalinya.***Di rumah sakit, ia berdiri di lorong yang sama diman

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 193

    Pagi menjelang dengan kabut tipis menutupi taman belakang. Burung-burung terdengar sayup, tapi Gilea tak benar-benar mendengarnya. Sejak fajar, ia duduk di kursi tepi jendela, menatap kosong ke arah kebun mawar yang mulai layu. Wajahnya tenang—terlalu tenang.Ketika Bumi berangkat kerja, ia masih sempat mencium keningnya seperti biasa. Gilea tersenyum lembut, seperti istri penyayang yang bersyukur atas perhatian suaminya. Tapi begitu pintu utama tertutup, senyum itu lenyap seolah terhapus angin.Ia berdiri perlahan, mengganti gaun rumahnya dengan dress panjang berwarna krem muda. Tidak ada perhiasan mencolok, hanya syal tipis yang melingkar di lehernya. Penampilannya rapi, sederhana—tapi di balik keanggunan itu, ada rencana yang dingin.“Rane,” panggilnya pelan.Kepala pelayan itu segera muncul. “Ya, Nyonya?”“Aku ingin pergi ke rumah sakit pagi ini. Hanya kontrol ringan.”“Apakah saya perlu mengabari Tuan Bumi?”“Tidak perlu.” Tatapan Gilea naik perlahan menatap Rane. “Kau tahu bagai

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 192

    Setelah Maria dan Maghdalena pergi, Gilea berdiri di depan jendela kamar nya dengan pandangan tajam. Semua ingatannya telah kembali—setiap penghinaan, setiap paksaan, dan yang paling menyakitkan, pengakuan Bumi bahwa dialah yang memerintahkan pengakhiran kehamilan pertama nya. Semua ingatan itu kita melekat erat diingatan nya, bersama wajah dingin Bumi yang tanpa penyesalanm saat meminta dokter mengakhiri nyawa putri mereka.Bumi yang mendapat kabar dari kepala pelayan di mansion nya langsungbergegas pulang setelah mendapat laporan dari Rane, bahwa Gilea tadi sempat pusing dan hampir pingsan."Sayang, katanya tadi kau tidak enak badan?" Bumi menghampiri dengan wajah penuh kepedulian yang kini terasa sangat munafik di mata Gilea.Dia memeluk Gilea dari belakang, tapi tubuh Gilea tetap kaku. "Aku baik-baik saja, Bee. Hanya lelah." Suaranya datar, terkontrol.Masih dalam kecemasan yang mendalam, Bumi meraba perut Gilea dengan tangan nya. "Bagaimana calon bayi kita? Apa dia baik-baik saja

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 190

    Keesokan harinya, saat matahari sudah tinggi dan Bumi kebetulan tidak pulang untuk makan siang seperti biasa sebab ia ada pertemuan penting dengan klien, dua orang tamu tak terduga datang ke mansion Gilea dan Bumi. Mereka adalah Maria dan Maghdalena."Kita beruntung sekali, Maria," bisik Maghdalena saat mereka menunggu di ruang tamu. "Bumi tidak ada di rumah. Jadi kita bisa mencuci otak si bodoh Gilea." Tawa kecilnya segera dipotong Maria yang melempar pandangan peringatan."Diam, mami," desak Maria. "Jangan asal bicara. Ini mansion keluarga Wicaksono, siapa saja mungkin bisa mendengar apa yang mami katakan."Di tengah obrolan Maria dan Maghdalena yang lebih mirip bisikan itu, Gilea muncul dari tangga dengan senyum ramah. Dia sangat ingat dua orang ini. Syukurnya ingatannya yang hilang tidak membawa serta ingatan tentang betapa jahat dan kejamnya dahulu dua orang ini dengannya."Kakak, Ibu... apa kabar?" Sapa Gilea sehangat mungkin. Dia tidak ingin dua orang ini mencium aroma-aroma

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status