Seperti biasa dokter memberikan obat-obatan kepada Azalea agar drama mereka tidak dicurigai.Selain memberi obat, Dokter juga melakukan pemeriksaan keseluruhan. Azalea mengangguk kecil mengkode Dokter agar segera bicara pada Grey. “Pak Grey ada kabar baik,” kata dokter.Grey segera menatap Dokter, “Apa penyebaran kankernya dapat dikendalikan Dok?” Dengan mata berbinar. “Kankernya benar-benar hilang Pak Grey.” Jawabnya. Mendengar ucapan dokter Grey terperangah “Apa Dok!” Teriaknya. Dokter menunjukkan hasil pemeriksaan Azalea dan juga hasil rontgen. “Kanker dalam tubuh istri anda benar-benar menghilang, selamat Pak Grey, Bu Azalea.” ujar dokter sambil menatap Azalea. Dokter tersebut menghela nafas, akhirnya masalah ini selesai juga. “Sayang kamu sembuh.” Grey yang sangat senang langsung memeluk istrinya. Dia benar-benar bersyukur karena akhirnya Tuhan mengabulkan doanya. “Aku harus memanggil yang lain.” Saking senangnya Grey keluar memanggil keluarga besarnya. “Ma Pa, Azalea
Lama tidak melakukan adegan ranjang membuat Azalea dan Grey menggila, keduanya saling memburu, suara desahan mereka juga menggema di seisi kamar. “Kak.” sambil menarik rambut suaminya. “Terus Kak,” pintanya sambil menggigit bibir bawahnya. Melihat ekspresi istrinya Grey semakin liar hasratnya semakin memuncak ketika melihat Azalea seperti itu. Tak cukup disini saja bibirnya juga menyambar sesuatu yang bisa disambar dia terus memainkannya membuat Azalea semakin mendesah kuat-kuat. Beberapa saat kemudian keduanya telah sampai di puncak kenikmatan. “Kak kamu liar sekali.” Tangan Azalea memainkan dada suaminya. Sontak Grey menatap istrinya, “Apa ada yang sakit?” Dia menjadi panik takut jika penyakit Azalea kambuh. Azalea menggeleng hanya saja bagian bawah perutnya sedikit ngilu. “Sayang kamu baik-baik saja kan?” tanya pria itu. “Baik kak.” Setelah mendapatkan pelepasannya Azalea menjadi mengantuk dia memejamkan mata sambil memeluk suaminya. Pagi cepat menyapa, saat Azalea mem
“Sudahlah.” Tak ingin ribet lagi Azalea mengambil kartu sumbangan dan mentransfer uang sebesar 30 juta. “Sudah aku transfer dua kali lipat,” ujarnya lalu membawa Arsen pulang. Semua Mama mencaci Azalea, bahkan netranya terus memperhatikan ibu dan anak itu. “Sok-sokan kaya padahal keadaan lagi susah!” Ujar salah satu dari mereka. “Lihat! pulang saja jalan kaki sok-sokan memberi sumbangan 30 juta,” sahut lainnya. Karena belum waktunya pulang jadi Azaela memutuskan menunggu jemputan di kafe seberang kelas bayi Arsen. Esok harinya mobil-mobil mewah parkir di depan kelas bayi. Azalea rencananya datang sendiri tanpa memberitahu Grey. Nanti dia akan meminta sopir mendampinginya jika diperlukan. Melihat Azalea yang didampingi sopirnya membuat para mama semakin mencacinya. “Kelihatannya pria itu suaminya,” ujar salah satu mama. “Benar, tapi kenapa agak tua seperti itu? Tampangnya juga biasa tapi anaknya kenapa tampan sekali?” semua berisik membicarakan Azalea. Azalea yang tahu kalau
Niat Azalea untuk sembuh kini menguat membuat semua orang senang melihatnya.Secerca harapan muncul ketika semua orang sedih memikirkan Azalea. “Nona apa yang anda rasakan?” Tanya Dokter ketika memegang perut Azalea. “Tidak merasakan apa-apa Dok.” Dokter itu menekan perut Azalea kembali namun jawaban Azalea tetap sama yaitu tidak merasakan apa-apa. Dokter nampak heran, wanita paruh baya itu hanya mengangguk lalu mengurungkan niatnya menyuntikkan obat.“Karena istri anda tidak merasakan sakit jadi saya tidak jadi memberinya obat pereda nyeri.” Jelasnya. Dokter hanya memberikan obat saja. Dia juga menjadwalkan pemeriksaan lebih lanjut esok harinya.“Kalau ada niatan untuk sembuh pasti ada jalan,” ujar Grey sambil mengecup kening istrinya. Dokter meminta Azalea untuk banyak istirahat dan meminum obatnya secara teratur.Keluar dari kamar itu, Azalea langsung ke kamar Arsen. Dia ingin mengajak anaknya bermain. Saat masuk dia mendengar anaknya berhitung. “Mbak, dia sudah bisa berhitu
Karena terus memaksa mereka semua akhirnya setuju kalau Azalea menjalani rawat jalan di rumah. Di dalam mobil Grey terus memeluk istrinya pikirannya sudah kacau yang dia pikirkan kini hanya sang istri. Semua menuntut dokter untuk melakukan pengobatan terbaik bila perlu rumah sakit dipindahkan ke rumah. Sesampainya di rumah Azalea pergi ke kamar Arsen, wanita itu sangat merindukan anaknya. Jika kelak dia sudah tidak ada minimal di sisa hari terakhirnya sudah dihabiskan dengan Arsen. “Malam ini biarkan dia tidur bersamaku,” pinta Azalea sambil menggendong arisan. Grey menatap istrinya menggeleng tidak setuju. “Sebaiknya jangan sayang, besok pagi saja kamu bawa Arsen ke kamar sekarang biarkan dia bersama baby sitternya,” ujar Grey. “Nggak Kak waktuku nggak banyak bersamanya!” Grey segera memeluk Azalea, dia kembali menitikkan air mata. Ucapan Azalea benar-benar membuatnya ketakutan setengah mati. “Berikan saja sakitmu padaku, tetaplah hidup bersama anak kita.” Bisiknya. “Tidak
Semua mata membola, Alea yang mendengar kabar itu pingsan seketika. Dia tak sanggup mendengar kabar yang begitu mengejutkan itu. “Ma.” Grey segera mengangkat tubuh Alea dan meletakkannya di bed pengunjung. “Apa yang terjadi Grey?” Aira menatap sang anak yang kini masih menangis. “Azalea Ma.” Grey kini menjatuhkan pelukan di bahu sang mama dia tidak sanggup jika istrinya mengidap penyakit separah ini. Adrian berjalan mendekat ke bangsal sang anak, dia menggenggam tangan anaknya. “Azalea ini Papa.” Dia juga menangis tak rela jika anaknya mengidap penyakit ini. “Sayang berikan saja sakitmu pada papa.” Sambungnya. Arya turut mendekat dia juga menangis melihat adik yang begitu sangat dia sayangi lemah tak berdaya seperti ini. “Azalea ini kakak kamu harus kuat kamu harus bisa melawan sakit ini,” katanya sembari mengelus rambut Azalea. Aiden juga meneteskan air mata kemudian dia keluar entah apa yang ingin dia lakukan. Pria itu berjalan menuju ruangannya yang terletak di lantai pa