Share

60. Ahh! Ini Enak

last update Last Updated: 2025-06-26 09:34:27

Namun, keheningan dan ketenangan itu tak berlangsung lama. Pak Herman, wali kelas yang baru, tampak masuk ke dalam kelas bersama seorang gadis.

“Anak-anak, perhatikan sebentar,” ucap Pak Herman dengan suara tegas. “Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan memperkenalkan diri.”

Semua kepala serentak menoleh ke arah pintu. Seorang gadis melangkah masuk dengan percaya diri. Tapi suasana kelas mendadak berubah menjadi kehebohan.

“Wah, seriusan?” bisik seorang siswa di barisan belakang.

Nada ikut melihat ke depan, dan matanya membesar. Gadis itu mengenakan seragam sekolah, tapi terlihat sangat tidak pantas. Kemejanya begitu ketat hingga hampir tak mampu menutupi tubuhnya dengan layak. Kancing bagian atas dibiarkan terbuka, menampakkan tetek besarnya yang setara dengan milik Nada. Sementara roknya terbilang pendek dan punya panjang di atas lutut.

Seragam sekolah itu membentuk lekuk tubuh gadis itu dengan sempurna. Memperlihatkan pinggang ramping dan bokong super besar, membuat fantasi s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   75. Ahh, Susumu Masih Saja Besar

    Nada mendongak. Ia menatap wajah Daffa dengan mata yang basah dan penuh rasa sakit. “Tapi kamu bukan Nenek, Daffa…”Keheningan menyelimuti mereka sejenak. Hanya suara napas Nada yang terisak yang memenuhi ruangan. Daffa menatapnya dengan hati yang remuk. Ia tahu, tak ada yang bisa menggantikan sosok neNek Siti di hidup Nada. Tapi ia ingin melakukan apa pun yang bisa membuat gadis itu merasa tidak sendirian.“Aku tahu aku nggak bisa gantiin Nenek,” kata Daffa akhirnya. “Tapi aku akan selalu ada buat kamu, Nada. Kamu nggak perlu takut, karena aku di sini.”Nada terdiam, hanya menatapnya dengan bibir yang bergetar. Dalam keheningan itu, Daffa tiba-tiba mendekat dan mengecup keningnya.“Tidur, Nada,” bisiknya lembut.Nada terkejut. Ia memegang lengan Daffa, bibirnya mencoba mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar. Akhirnya, ia hanya menggenggam erat baju Daffa, seolah-olah jika ia melepaskan genggamannya, ia akan jatuh ke dalam jurang kesepian yang lebih dalam.Daffa memelu

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   74. Kamu Nggak Sendirian

    Di Ruang Rawat, ruang rawat itu hening, hanya terdengar suara detak jam yang menggema di dinding putih. Nada terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat dan mata tertutup rapat. Di kursi dekat ranjang, Daffa duduk dengan wajah cemas. Jemarinya menggenggam erat tangan Nada yang dingin, berharap sentuhannya bisa sedikit memberikan kehangatan.“Nada… kamu nggak sendirian,” bisiknya pelan, suaranya sarat dengan kepedulian.Waktu terasa berjalan lambat. Daffa tak tahu sudah berapa lama ia duduk di sana, menunggu gadis itu sadar. Ketika akhirnya Nada mengerjap pelan, membuka matanya yang sembab, Daffa langsung mendekat.“Nada?” panggilnya lembut.Nada diam beberapa saat, mencoba memahami di mana ia berada. Lalu seketika ia teringat sesuatu. “Nenek?” tanyanya, suaranya serak. Matanya bergerak cepat ke sekeliling ruangan, mencari sosok yang tak lagi ada. “Nenek di mana?”Daffa menarik napas dalam, lalu duduk di tepi ranjang. Ia meraih kedua bahu Nada, memandang matanya dengan lembut. “Nad

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   73. Jangan Pergi, Nek

    “Apa, Dok?”Nada tersentak dan langsung terdiam. Tubuhnya kini mendadak lemas, dan ia terjatuh terduduk di lantai. Tangannya memegangi kepalanya sambil menangis histeris.“Enggak! Kenapa harus nenek? Kenapa bukan aku saja?” isaknya, suaranya terdengar pilu di ruang tunggu yang sunyi itu.Daffa segera memegang kedua tangannya erat. Ia tarik gadis itu ke dalam pelukannya, kemudian didekapnya dengan erat. Matanya kini menatap Nada dengan penuh empati.“Nada, jangan bicara seperti itu. Nenek butuh kamu. Kamu harus kuat untuknya dan untuk dirimu sendiri.”Nada hanya menggeleng, air matanya semakin deras. “Aku nggak kuat, Daffa. Nenek satu-satunya keluargaku yang aku punya. Aku nggak tahu gimana hidup tanpa nenek …”Daffa menenangkan Nada dengan sabar, tangannya mengusap punggung gadis itu perlahan.“Kamu nggak sendiri, Nada. Aku di sini. Aku janji bakal selalu ada buat kamu.”Namun, suara isak tangis Nada masih terdengar pilu memenuhi ruangan tersebut.Beberapa waktu kemudian, seorang pera

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   72. Kondisi Nenek

    “Terima kasih untuk malam ini, Nada. Aku benar-benar puas dengan tubuh kamu. Dan juga, dengan susu kamu yang sangat segar ini,” ucap Daffa sambil meremas pelan payudara Nada, membuat gadis itu mendesah tertahan.“Daffa, jangan gitu ah. Ntar gimana kalau ada yang lihat?”“Nggak masalah. Mereka nggak akan berani berbuat apa-apa meskipun mereka melihat kita.” Daffa mengedipkan sebelah matanya dengan sangat menggoda.Setelah cukup lama berduaan dan melakukan pergumulan panasnya malam ini, Daffa dan Nada bersama-sama keluar dari lift setelah dari kamar Daffa. Wajah mereka tampak penuh kepuasan setelah melakukan percintaan panas yang membuat keduanya lemas berulang kali.Nada tampak tersenyum kecil sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Ia mencoba untuk menyembunyikan rasa malunya. Pipinya memerah, namun tatapan matanya tampak berbinar-binar. Dengan senyum lebar di wajahnya, Daffa mendekatkan dirinya, sedangkan matanya tak bisa lepas dari wajah cantik Nada.“Nada,” bisiknya lembut, sua

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   71. Kenapa Daffa Minta Jatah?

    “Papa jahat banget! Aku nggak nyangka sosok panutanku selama ini malah sebrengsek itu.” Ayu berlari keluar dari hotel, masuk ke mobil di basement dengan wajah penuh air mata.Pak Agus yang melihatnya menangis segera membukakan pintu. “Non Ayu baik-baik saja?”“Enggak. Ayo pulang,” jawab Ayu singkat, menyeka air matanya.Mobil melaju meninggalkan hotel. Ayu terisak di kursi belakang, bayangan papanya bersama Alya terus menghantuinya. “Papa tega banget,” isaknya sambil menutup wajah.Pak Agus melirik ke kaca, khawatir. “Ingin saya percepat, Non?”Ayu mengangguk. “Iya, Pak. Aku mau cepat sampai rumah.”Beberapa menit kemudian, mereka tiba di rumah besar yang kini terasa sunyi. Ayu turun dengan langkah lemah, Pak Agus hanya bisa menatapnya penuh kasihan.Begitu membuka pintu, Sinta langsung menyambutnya. “Ayu, kamu kenapa? Kok baru pulang?”Ayu mencoba tersenyum, tapi air matanya masih mengalir. “Aku baik-baik saja, Ma.”“Kamu bohong. Ada apa sebenarnya?” desak Sinta.Ayu menarik napas pa

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   70. Terbongkar

    Hendra datang mendekati Daffa, bersama dengan Ira yang tampak menundukkan wajah di belakang Hendra. Ia juga sangat pucat, terlebih saat matanya bertemu dengan para pelayan di rumah Daffa.“Ada apa kau menelfon papa ke sini, Daffa?” tanya Hendra sambil menepuk bahu Daffa perlahan.“Ira, Wina, ke hadapanku sekarang!” perintah Daffa tanpa basa basi lagi.Dengan wajah pucat, Ira dan Wina saling pandang. Langkah mereka gemetar saat maju ke hadapan Daffa.“A … ada apa, Tuan Muda?” tanya mereka takut-takut.Daffa menatap keduanya secara bergantian. Nafasnya naik turun, teringat akan cerita Nada barusan. Tiba-tiba Daffa mengulurkan tangannya.“Berikan ponsel kalian!”“Apa?” Ira dan Wina refleks mengangkat wajah.“Tapi untuk apa, Tuan Muda?”“Cepat berikan!” bentak Daffa yang mulai tak sabar.“I … ini, Tuan,” kata Ira dengan suara gemetar. Tangan kirinya terulur dengan ragu, menyerahkan ponselnya. Wina mengikuti dengan gerakan yang sama, matanya tertunduk.Daffa mengambil kedua ponsel itu deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status