Mawar Merah Sang CEO

Mawar Merah Sang CEO

last updateLast Updated : 2025-02-16
By:  Hanna AishaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
21Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Naomi Rosalina Mahuze terlahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang pengusaha properti yang sukses, sementara ibunya pemilik restoran ternama di kota. Namun, semua itu hilang saat satu per satu badai di kehidupannya melanda. Kehilangan orang tua, kehilangan harta benda, kehilangan kenikmatan hidup yang selama ini dia miliki. Pada akhirnya dia harus merelakan dirinya mengikuti sang Tante yang seorang wanita malam. * Alexander Darren Smith, seorang CEO dari perusahaan besar yang sukses di usianya yang relatif muda. Memiliki banyak properti, investasi di berbagai tempat, serta beragam barang-barang mewah bisa dia beli dengan mudah. Namun, satu yang tidak dia miliki, keluarga. Masa lalunya yang suram menjadikannya lelaki berhati dingin, sebelum dia bertemu dengan seseorang di masa lalu, yang perlahan-lahan berhasil meluluhkan gunung es hatinya yang selama ini beku. ***

View More

Chapter 1

Prolog

"Berapa harganya?" Seorang pria paruh baya berambut klimis bertanya kepada wanita yang berdiri di sampingku.

"Tujuh juta dolar, Tuan. Dia baru di sini. Masih segel," jawab wanita yang harus kupanggil Mami itu.

Pria tambun dengan jas yang terlihat tak mampu menutupi perut buncitnya itu memindaiku dari atas ke bawah. Matanya menyipit, seperti sedang menilai kelayakanku. Setelah menimbang beberapa saat, dia berujar.

"Baiklah, aku ingin dia malam ini." Kemudian, pria itu berlalu meninggalkanku dan Mami di sini.

Setelah kepergiannya, Mami menepuk bahuku dan berkata dengan penuh penekanan, "Rose, layani Tuan Rob dengan baik. Dia pelanggan tetap Mami."

Aku mengangguk ragu, meski dalam hati bertanya, bagaimana caranya melayani yang baik?

Mami mengajakku ke sebuah ruangan tempat para gadis sepertiku bersiap sebelum mulai bekerja. 

Aku mendudukkan diri di kursi depan meja rias, lalu tangan lentik Mami mulai menunjukkan keahliannya merias wajah. Eye shadow smokey eyes dan lipstik merah terang menghiasi wajahku setengah jam kemudian. Mami berdecak kagum, mungkin bangga melihat hasil kerjanya. Setelah menyuruhku mengganti baju dengan dress merah selutut yang bagian bahunya terbuka, Mami mengantarku ke tempat di mana laki-laki tadi menunggu.

Kami turun ke lantai satu, tempat manusia-manusia yang ingin menghilangkan penat berkumpul jadi satu. Mereka berjejal-jejalan di dance floor, melenggak-lenggok serempak menggerakkan tubuh mengikuti irama musik layaknya cacing dalam bejana. 

Beberapa orang terlihat duduk di sofa-sofa yang disediakan di sudut-sudut ruangan. Ada yang meracau tak jelas sembari mencekik leher botol, ada pula yang asik bercumbu dengan kekasihnya, atau selingkuhan—atau mungkin seseorang yang baru mereka temui malam ini? Entahlah.

Beberapa orang lebih memilih duduk di depan meja bar, bercengkrama dengan bartender sembari menikmati minuman di gelas masing-masing. Semua suara bercampur menjadi satu, memekakkan telinga. Lampu sorot redup warna-warni yang berkelap-kelip membuat kepalaku terasa pening.

Aku bahkan belum menginjakkan kaki di lantai satu, tapi melihat penampakan tempat itu dari balkon lantai dua saja sudah membuat kepalaku nyut-nyutan. Bagaimana jika aku sampai ke sana? Apa aku akan pingsan?

"Rose," tegur Mami saat melihatku mematung.

Aku menelan ludah. Lalu, dengan perlahan mengayunkan kaki mengikuti Mami yang telah terlebih dahulu menuruni satu-satu anak tangga.

Langkahku terseok, sementara jemariku mencengkeram erat railing tangga besi yang menjadi tumpuan tangan. Sepatu heels merah yang kupakai menjadi alasan mengapa aku kesusahan berjalan —selain degup jantung yang berpacu terlalu kencang, tentu saja.

"Rose, bergegaslah. Jangan buat tamu pertamamu menunggu lama!" tegas Mami. 

Aku terkesiap, lantas berusaha sebisa mungkin mempercepat langkah. Meski harus sesekali terpincang karena sepatu yang kugunakan, namun pada akhirnya aku sampai di bawah dengan selamat.

Sekali lagi, aku harus berhadapan dengan pria buncit di depanku ini. Kini, matanya tidak lagi memicing, tetapi justru melotot. Kurasa sebentar lagi kedua bola mata itu akan melompat keluar dari tempurungnya. Seringai di bibirnya yang hitam menambah kesan menyeramkan laki-laki itu di mataku.

"Polesanmu memang tidak pernah gagal." Pria itu mencolek dagu Mami. Aku bergidik melihatnya.

Anehnya, Mami justru tersipu malu. "Silakan, Tuan. Rose sudah siap."

Tuan Rob mengangguk setuju, dia merangkul bahuku. "Ayo, cantik."

"Ke mana?" tanyaku sembari menahan langkah.

Dia terlihat menautkan alis. "Aku tidak suka bermain di sini. Kita ke hotel langgananku saja." Dia melanjutkan langkah, tetapi detik berikutnya kembali berbalik. "Oh, iya, aku mengeluarkan biaya yang tidak murah untuk memesanmu. Jadi, kuharap pelayanan yang kau berikan juga sebanding dengan itu."

Tuan Rob kembali merangkul bahuku dan mengajakku keluar. Namun, belum sampai tiga langkah, seseorang telah terlebih dahulu menahan kami.

"Tunggu!" Suara serak dari laki-laki itu mengalahkan dentuman musik. Kami menoleh.

Dalam keremangan lampu disko, tubuh tegapnya terlihat mendekat ke arahku. Tangannya bergerak membuka kancing jas yang dia kenakan. Rahang kokoh yang membingkai wajahnya begitu tegas, memancarkan aura menyeramkan, sekaligus mempesona di waktu bersamaan.

Pria itu menghentikan langkah tepat di depanku. Tatapannya beradu pandang dengan manik kecoklatan milikku, membuat pipiku terasa menghangat. Aku menunduk demi menyembunyikan rona wajah, yang belum tentu bisa dia lihat.

"Aku ingin dia," ucapnya tanpa basa-basi. Membuatku mendongak.

"T-tapi ... dia sudah dipesan Tuan Rob." Mami mendekat dan berusaha menjelaskan.

"Berapa Anda membelinya?" tanya lelaki itu pada Tuan Rob.

"Tujuh juta dolar."

Lelaki tampan dengan bulu-bulu halus menghiasi rahangnya itu terlihat mengangguk-angguk. "Kalau begitu, aku akan membelinya darimu 10 juta."

"Tidak. Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh dia untuk menemaniku malam ini." Tuan Rob menoleh ke arahku sambil menyeringai, sekali lagi aku bergidik.

"Ma'am, aku akan membayarnya 10 juta, jadi serahkan dia padaku." Lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah Mami.

Mami terlihat berpikir. Aku tahu, baginya uang sebanyak itu pasti terasa sayang untuk dilewatkan.

"Kalau begitu, aku akan menambahkan transferanku menjadi 12 juta." Tuan Rob tak mau kalah.

"Aku akan membelinya 15 juta."

"Dariku 17 juta."

Lelaki di depanku menghela napas. "Penawaran terakhir, 50 juta dolar. Deal?" tanya lelaki tampan itu kepada Mami. Sedangkan, di sebelahku, Tuan Rob mematung.

"Bagaimana, Tuan? Apa kau mau menaikkan harganya lagi?" tanya Mami memecah keheningan di antara kami.

Tuan Rob melirikku sekilas. "Membuang uang 50 juta hanya untuk wanita ini, kurasa bukanlah keputusan yang bijak." Dia mendorongku pelan ke depan, ke arah lelaki yang sedari tadi tak berhenti menatapku. "Silakan ambil. Aku bisa cari wanita lain."

Tuan Rob melenggang pergi setelah mengatakan itu, sementara lelaki yang kini berdiri di sampingku tersenyum senang, merasa menang. Mami mengejar Tuan Rob yang keluar dari tempat ini sembari menghentakkan kaki, meninggalkan aku dan lelaki di sampingku, berdua.

Setelah bayangan Tuan Rob dan Mami menghilang di balik pintu kaca besar tempat mereka keluar, lelaki yang berdiri di sampingku menoleh. Dia membungkukkan badan, membuat wajahnya sejajar dengan wajahku, kemudian menarik kedua sudut bibir.

"Long time no see."

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zhu Phi
Aku mampir Kak ... semangat ya.
2024-02-27 11:05:27
1
user avatar
Mirielle
Bubble....... suka sama namanya. tetap semangat up kakk
2024-02-04 01:04:25
1
user avatar
Kurnia
bagus ceritanya
2024-02-03 20:10:57
1
user avatar
Putri Cahaya
Kasihan banget Naomi. Pasti berat buat dia. Ceritanya keren. Semangat up kak author
2024-02-03 11:06:34
1
user avatar
Reina Putri
Pasti berat banget buat Naomi yang harus jalani kehidupan di dunia malam. Semoga ia dapat bertemu dengan pria yang bisa mengeluarkannya dari dunia gelap tersebut. Semangat buat authornya! ceritanya seru.
2024-02-03 10:53:17
1
user avatar
Allyaalmahira
Sabar ya Naomi, tetap semangat. semangat juga buat othornya, up terus yaah ceritanya baguuuss
2024-02-02 22:08:18
1
21 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status