Beberapa saat, sebelum kejadian, di pagi hari …
Cittt!
Taksi berhenti, tepat di depan gedung rumah sakit.
“Nih, pak, uangnya. Terima kasih.” kata William, sembari memberikan uang untuk supir taksi itu.
“Tidak, tuan William. Saya lah, yang harusnya berterima kasih kepada anda.” kata supir taksi itu.
Mendengar itu, William awalnya sedikit merasa kaget. Namun, dia tak mengambil pusing, karena, ada yang lebih penting, daripada perkataan supir taksi itu. Lalu, William, bersama dengan Komandan Bradley, keluar dari taksi itu, dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit.
Sesampainya di dalam rumah sakit, William dan Komandan Bradley, awalnya kesulitan, untuk mencari ruangan Joe dan Cassey. Namun, setelah mencari-cari sekitar 3 menit lamanya, akhirnya, William dan Komandan Bradley, berhasil menemukan ruangan mereka.
Jeglek!
Pintu ruangan, baru saja di buka oleh William. Lalu, William langsung bergegas
Langkah Fanny, seketika terhenti. Lalu, Fanny menoleh kearah belakang, dan ternyata, orang yang ada di belakangnya, adalah Samuel.“Sayang, kamu mau pergi kemana?” tanya Samuel, yang tadi sempat menguping pembicaraan Fanny.“Aku ingin pergi ke Bank, sayang. Ada hal yang harus aku selesaikan, sekarang. Aku duluan, ya.” jawab Fanny.“Tunggu, kita pergi bersama.”“Ah, tidak perlu, sayang. Aku bisa pergi sendirian. Lagipula, tidak enak dengan tuan William, dan yang lain, kalau kamu pergi bersamaku, sedangkan mereka, sedang pusing, memikirkan caranya, menyelamatkan Angel. Iya, kan?”“Nggak tuh. Yasudah, ayo kita berangkat. Nanti, aku bisa mengirimkan pesan ke tuan William, kalau aku pergi bersama dengan kamu sebentar.”Mendengar itu, Fanny menganggukkan kepala, dan mengiyakan perkataan Samuel, tanpa berkata sepatah katapun. Beberapa menit kemudian, taksi tiba di hadapan mereka. Lalu, Sam
Mendengar itu, Samuel langsung memalingkan pandangannya, kembali ke Fanny.“Maaf ya, sayang, hehe” kata Samuel, sembari mengelus-elus rambutnya Fanny.“Hikss … Iya, sayang, tidak apa-apa, kok…”“Nah, sampai dimana kita tadi?”“Hikss … Ha? Apanya, sayang?” tanya Fanny, dengan raut wajah yang masih sedih, bercampur bingung.“Itu tadi loh, sayang. Kita tadi bahas tentang apa, sebelum mereka ini datang, loh …”“Emm … Tadi itu, emm … Tidak ada, kamu hanya menyuruhku nangis, sambil teriak-teriak. Udah, itu doang.”“Oh iya, aku lupa, hehe … Jadi bagaimana? Mau di ulang teriak-teriaknya, atau bagaimana?”“Hah? Di ulang? Maksudnya gimana, sayang?”“Ya … Itu deh pokoknya, hihi …” kata Samuel, sembari menggaruk kepalanya.“Apaan sih, sayang … A
“Loh, Jor? Kamu kok bisa tahu, tentang Fanny, yang ingin mengirimkan uang itu?” tanya Samuel, dengan raut wajah yang sedikit jengkel pada Jordi. ‘Mengapa Jordi tahu, sedangkan aku, pacarnya sendiri, bahkan tidak tahu sama sekali.’ Begitulah pikir Samuel, sembari menoleh kearah Fanny, dengan perasaan sedikit jengkel pada Fanny.“Iya, Jor, kok kamu bisa tahu? Sedangkan kami saja, yang merupakan sahabat baiknya Fanny, tidak tahu tentang itu.” kata Chelsea.“Eh? Kok … Kok, jadi itu? Eh, maksud saya bukan itu, loh …” jawab Jordi, dengan raut wajah yang sedikit kebingungan, bercampur takut.“Hah? Bukan itu? Maksudnya? Maksudnya bagaimana? Sayang, bagaimana maksudnya?” tanya Samuel pada Jordi, sembari melemparkan pertanyaan juga pada Fanny.“Ah, jadi begini, sayang. Kemarin kan, kita semua mengantarkan tuan William, ke pantai Hotel Mendez. Nah, setibanya kita di Hotel, itu kan, kalia
“Jadi begini, ketika anda dan nona Angel, berjalan bersama menuju lantai 1, nona Fanny, langsung masuk ke kamarnya, untuk mengganti pakaiannya. Itu lah yang di katakannya, kepada anda, dan juga nona Angel. Benar kan, tuan?” tanya Jordi pada William.“Ah, iya Jordi, tepat sekali.” jawab William.“Nah, kemudian, nona Fanny mengatakan, kalau dia ingin mengganti pakaiannya, tapi nyatanya? Dia sama sekali tidak mengganti pakaiannya. Dan, apa yang dilakukan nona Fanny, ketika di kamar? Oke, saya bongkar saja semuanya ya, nona Fanny, hehe … Ini, demi keselematannya nona Angel. Jadi, nona Fanny, mengirimkan pesan kepada seseorang menggunakan ponsel, pesannya berisi seperti ini, ‘Rencana terbongkar. Aku sempat mendengar pembicaraan Angel dengan William, dia mengatakan kalau William harus berhati-hati, ketika sampai di pantai nanti. Tidak tahu bagaimana caranya, tapi, rencana kamu terbongkar. Untuk rencana selanjutnya, nanti akan ku kab
Sesampainya di lokasi, tempat Angel berada, yang tak lain, bangunan lama, bekas perusahaan milik tuan Ford, William langsung memerintahkan Komandan Bradley, untuk mengumpulkan pasukannya.“Komandan, segera perintahkan ke seluruh pasukan, untuk bergegas berkumpul kesini!”“Baik, tuan.” kata Komandan Bradley.“Emm … Bagaimana bisa, masyarakat yang tinggal di sekitar bangunan ini, tidak menyadari kalau ada segerombolan penjahat, di dalam bangunan ini, ya? Atau, mereka sebenarnya sudah tahu, tapi sengaja berpura-pura tidak tahu?” kata William.Jordi memarkirkan mobil, di tepi jalan, dengan jarak sekitar 20 meter sebelum bangunan. Rumor mengatakan, kalau gedung itu dibakar oleh masyarakat sekitar. Harusnya, perusahaan milik tuan Ford, memiliki pagar besi yang mengelilingi bangunan perusahaannya. Namun, karena amukan masyarakat, pagar-pagar yang harus nya mengelilingi bangunan, kini tidak ada lagi. Jadi, jika ingin mas
“Jadi, kak Angel dimana, Sam?” tanya William pada Samuel.“Eh!? Oh iya, tuan, saya sampai lupa! Nona Angel, berada di lantai paling atas, di ruangan pertama, tuan.” jawab Samuel, sembari menepuk jidatnya.“Issshhh … Kamu ini! Komandan Bradley, ayo!” kata William.“Baik, tuan!”William, bersama dengan Komandan Bradley, langsung bergegas naik ke lantai 4, menuju ruangan, yang dikatakan oleh Samuel tadi.“2 orang, ikut dengan saya! Kita akan ikut bersama dengan tuan William.” kata Samuel pada pasukan milliter itu.Lalu, Samuel, bersama dengan 2 orang pasukan, langsung berlari naik, menyusul William, dan Komandan Bradley.***Sesampainya di lantai 4,“Tuan, ini ruangan yang di maksud oleh Samuel tadi.” kata Komandan Bradley pada William.“Kamu yakin, ini ruangannya, Komandan?” tanya William.“Sangat yakin, tuan. Beb
Keesokan harinya …Tit-tit … Tit-tit …“Huaaahhhh … Hmm? Sudah pagi,ya?” kata Angel, baru saja terbangun dari tidurnya, sambil melihat kearah Alarm yang tengah berbunyi.Setelah mematikan Alarm, Angel duduk di tempat tidurnya terlebih dahulu, sambil merenung.‘William sudah kembali ke kota asalnya. Ace, tuan Ford, dan Mike, sudah masuk ke penjara. Besok, aku juga sudah masuk ke kampus. Ingatanku, juga sudah kembali. Tapi … Kok, bosen, ya?’ gumam Angel, sambil merenung, memandang kearah pintu.Lalu, Angel berdiri, dan berjalan keluar kamar, dan langsung menuju dapur, yang ada di lantai 1.Jeglek!Baru saja Angel sampai di lantai 2, pintu kamar Chelsea, tiba-tiba terbuka.“Huaaaahhhh … Perasaan, baru aja tidur? Kok, sudah pagi saja, ya?” kata Chelsea, baru saja keluar kamar. Lalu, Chelsea, menoleh kearah Angel, yang sedang berdiri di dekat tangga, sambi
“Apaan sih, dia … Hanya 200 ribu dolar saja, marahnya sampai sebegitunya. Bagaimana kalau harganya, mencapai berjuta-juta dolar, ya, Chel? Emm … Mungkin, dia langsung pingsan kali, ya?” bisik Angel pada Chelsea, memandang pria itu, yang tengah berdiri, di pinggir jalan, sambil menenteng bungkusan makanan di kedua tangannya.“Hahaha … Mungkin sih, Ngel. Padahal kan, kalau seandainya makanannya tumpahpun, kan kamu bisa menggantinya, mungkin bisa yang lebih mahal lagi kan ya?” kata Chelsea.“Hahaha … Eh, tidak boleh begitu ah. Mungkin, dia di perintahkan oleh atasannya, untuk membelikan makanan, dan membawanya kembali ke kantor, dalam kondisi utuh, tanpa rusak sedikitpun. Emm … Entahlah.” kata Angel.Lalu, saat Angel dan Chelsea sedang asik membahas pria itu, sambil memandanginya yang tengah berdiri di luar restaurant, tiba-tiba,“Selamat pagi , nona-nona. Ada yang bisa saya bantu?&