Home / Romansa / Pendamping Sang Alpha / Bab 8: Selamat Tinggal

Share

Bab 8: Selamat Tinggal

Author: Theresa Oliver
last update Last Updated: 2025-05-31 15:01:03
Malam semakin larut, Lacey telah mencoba untuk tidur, namun serigalanya terlalu gelisah. Tidak tahan lagi, dia bangkit dari kasur, mengenakan gaun malamnya yang bertali setebal spaghetti, dan berjalan menuju jendela. Suara-suara kemeriahan telah memudar dan bulan bersinar terang di atas sana, menciptakan semburat biru pada bumi.

Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan di pintu.

"Masuk," katanya parau, suaranya serak karena lama tidak digunakan.

Ketika pintu terbuka, dia terkejut melihat Julien berdiri di ambang pintu, bertelanjang dada, matanya diliputi kegundahan. "Bagaimana perasaanmu?"

Lacey mengangkat bahu, kembali menatap jendela. "Tidak baik, mengingat aku melewatkan pestaku sendiri."

Dia menghela napas, menyeberangi ruangan menuju Lacey. Kemudian dia meletakkan kedua tangannya di bahu Lacey. "Aku minta maaf soal itu." Lalu tangan pria itu merangkul tubuhnya sementara kepalanya bersandar di bahu Lacey, tidak mengatakan apa-apa selama dia mendekapnya.

Serigala Lacey nyaris mendengkur senang karena berada begitu dekat dengan pria itu dan Lacey telah memilihnya sebagai pasangannya. Setelah bertemu Julien, dia paham kenapa Wyatt telah memilih Calla alih-alih memilihnya. Belum pernah Lacey merasakan koneksi semacam ini dengan pria lain.

Tanpa berkata apa-apa, Julien menciumi leher hingga bahu Lacey, menggeser tali bahu Lacey yang tipis. Julien membalik tubuh Lacey, namun rasa sakit tampak mencolok di matanya.

Saat itu, yang Lacey inginkan hanyalah menghiburnya, untuk menghilangkan kepedihannya. Julien menatap dalam matanya, seolah-olah pria itu ingin memberi tahu sesuatu pada Lacey, namun tidak mampu.

"Ada apa?" bisik Lacey. "Kau bisa bercerita padaku."

Julien memegang pipi Lacey, kelemahan tampak pada matanya. Diterangi cahaya bulan, sebulir air mata berkilauan di pipinya. Lacey mengulurkan tangan untuk menghapusnya, namun Julien menangkap tangannya. Kemudian pria itu menjatuhkan tangannya dan bergegas keluar ruangan, meninggalkan Lacey yang bertanya-tanya apa yang terjadi pada pria itu.

Tidak bisa tidur, Lacey menatap keluar jendela hingga sinar pertama pagi menembus kegelapan. Lacey berpakaian dan mulai mengemas barang-barangnya, tetapi bayangan Julien yang diterangi sinar bulan terus menghantuinya.

Selagi dia berkemas, dia bertanya-tanya apakah dia sudah bisa mendengar Kawanan Bulan Panen di Pikiran Kawanan-nya, atau apakah dia masih berada dalam Pikiran Kawanan milik Kawanan Perak. Namun dia segera menyingkirkan pemikiran itu, mengingat Julien cukup posesif atas apa yang menjadi miliknya. Dan berhubung pria itu jelas-jelas telah menganggap Lacey sebagai miliknya, Lacey pasti berada di kawanannya. Dan ketika seorang manusia serigala meninggalkan kawanan lamanya untuk bergabung dengan kawanan yang baru, dia tidak dapat lagi mendengar kawanan yang mereka tinggalkan.

Pakaian-pakaian miliknya yang perlu dikemas hanyalah pakaian lungsuran. Kadang-kadang, ibunya akan membawakan gaun indah untuknya, tetapi kemudian salah satu dari saudari-saudarinya pasti akan mengetahuinya dan mengklaim gaun itu sebagai milik mereka. Lacey bisa saja merebut gaun itu, tetapi dia tidak ingin berselisih mengenai hal-hal material. Tidak, ada lebih banyak hal-hal penting untuk diperjuangkan. Dia memilih konflik dengan bijak. Dan ketika mengingat Julien saat datang kepadanya, betapa rentannya ia terlihat terlepas dari kekuatan serta kuasanya, Lacey memutuskan untuk melakukan hal yang sama juga pada Julien.

Ketika Lacey selesai, seluruh barang-barangnya masuk ke sebuah koper dan kotak, yang berisi kotak musik pemberian ibunya ketika dia masih kecil. Benda itu adalah barang miliknya yang paling berharga dan mustahil dia akan meninggalkannya di sini.

Tiba-tiba, pintu terbuka sedikit. Ketika ia menengadah, Julien berdiri di ambang pintu, tampak seksi dengan rambut hitam panjangnya yang dikuncir rendah, celana hitam pas badan dan sepatu bot, serta sebuah kemeja sutera. Pria itu menyeringai, kedua lengannya terlipat di dada, dengan ekspresi congkak di wajahnya, ekspresi rentannya telah hilang.

Sisi serigala Lacey praktis lompat dari dadanya, mengklaim serigala Julien sebagai pasangannya, merasakan koneksinya. Belum pernah serigala dalam jiwa Lacey bereaksi seperti ini sebelumnya.

"Pagi," kata Julien, satu alisnya terangkat.

"Pagi." Lacey menutup ritsleting kopernya. "Sudah waktunya kau datang mengunjungiku."

Julien menatap koper lusuh itu, bibirnya mengerut jijik, dan kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Di mana bawaanmu?" Julien memutar mata, menggeleng. "Seharusnya kau sudah bersiap untukku."

Lacey bersedekap. "Aku hanya perlu membawa koper ini dan sebuah kotak."

"Kau pasti bercanda." Julien menyeringai, menggeleng tak percaya. "Kau adalah putri seorang Alpha dan hanya ini barang-barangmu?"

Lacey mengangguk. "Kurang lebih."

Julien bersedekap. "Begitu kita sampai di griya-ku, aku akan memerintahkan asisten untuk mengukurmu kemudian memerintahkan desainerku untuk membuatkan beberapa pakaian untukmu."

Atau aku bisa pergi belanja saja, pikir Lacey, namun yang ia katakan adalah, "Itu tidak perlu."

"Sebagai pasangan dan calon Ratu Alpha, kau akan berpakaian dengan pantas dan tidak akan mempermalukanku."

Mata Lacey mendelik. "Aku akan berusaha keras untuk tidak membuatmu malu," dia berkata, suaranya dipenuhi sarkasme.

Julien menggeleng sambil memutar matanya. "Penjaga!" teriaknya ke arah lorong.

"Ya, Alpha Grey." Seorang pria yang tidak Lacey kenali - jelas sekali dari kawanan Julien - muncul di ambang pintu.

"Angkut... bawaan... Sang Putri menuju mobil. Kami akan menyusul sebentar lagi." Julien menghela napas. "Dan tutup pintunya ketika kau keluar."

"Ya, Alpha Grey." Manusia serigala muda itu melakukan apa yang disuruh tanpa pertanyaan. Lacey curiga semua yang ada di kawanan Julien mematuhi pria itu. Namun jika dia pikir Lacey akan tunduk kepadanya, dia akan terkejut.

"Kau akan bersikap baik selama perjalanan menuju griyaku. Paham?" Julien menginstruksikan.

"Aku bukan anak-anak." Lacey melotot padanya, mempertimbangkan untuk bertransformasi di griya itu dan menerima akibatnya.

"Ucapkan selamat tinggal pada keluargamu, dan aku akan menunggumu di mobil," perintahnya. "Dan jangan lama-lama."

Lacey menyeringai. "Kau yakin kau memercayaiku untuk pergi ke mobil sendirian?"

"Aku ragu-ragu." Kemudian pria itu berbalik dan keluar.

Lacey mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sekali lagi, berusaha mengingatnya, kemudian keluar. Satu-satunya orang yang menantinya di lorong adalah ibunya. Menurut Lacey, Camari selama ini terlalu pasif terhadap Thorn dan kini dia harus merasakan dampaknya. Anak-anaknya sendiri melihat Sang Alpha tidak menghargainya, jadi kenapa mereka harus menghargainya? Selama ini, Lacey adalah satu-satunya yang mencintai ibunya tanpa syarat di antara saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya yang lain egois dan suka menuntut, hanya bersikap baik pada ibu mereka ketika mereka butuh sesuatu.

"Lacey sayang ...." Dengan air mata di matanya, ibunya menggenggam kedua tangan Lacey, dan berbisik di bawah jangkauan pendengaran. "Aku sungguh menyesal Julien menguncimu semalam. Tidak ada yang bisa kami lakukan. Aku bilang pada Thorn, namun dia hanya tertawa. Tolong, maafkan aku."

"Ibu, itu bukan salahmu." Lacey mengangkat bahu, tersenyum tipis. "Tidak seburuk itu, kok."

Kedua alis Camari mengernyit khawatir. "Dia tidak menyakitimu, 'kan?"

Lacey menggeleng, memasang tampang berani. "Tidak, Ibu."

"Bagus," ibunya berkata sambil menghela napas lega. "Baiklah... kau tidak ingin membuat sang Alpha menunggu."

Sebuah kerutan terbentuk di antara mata Lacey. "Bukankah Ayah-lah Alpha dari kawanan ini?"

Ibunya melangkah mendekat, merendahkan suaranya. "Julien adalah Alpha dari semua Alpha, yang paling kuat di dunia." Kemudian ibunya mengecup kedua pipi Lacey. "Berjanjilah padaku kau akan berhati-hati."

Lacey mengangguk. "Aku akan berhati-hati." Setelah memeluk ibunya sekali lagi, Lacey menuruni tangga dan semua orang menatapnya. Beberapa menyeringai, beberapa berpaling atau berbisik-bisik. Ketika ia melewati Wyatt, Calla menundukkan pandangannya sementara Wyatt hanya menatapnya dengan tangan berkacak pinggang. Tanpa berkata apa-apa lagi pada siapa-siapa, Lacey keluar dari griya ayahnya dan pergi dari kawanannya untuk yang terakhir kalinya.

Di luar, dia terkejut melihat beberapa limosin berbaris menantinya. Mobil yang memimpin adalah limosin panjang berwarna putih dengan sopirnya yang menjaga pintunya tetap terbuka. Anggota kawanan yang lain berada di dalam limosin-limosin lain yang terparkir di belakangnya, menunggu.

"Nyonya." Sang sopir membungkuk dan membantunya memasuki mobil. "Selamat datang di Kawanan Bulan Panen."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 100: Belahan Jiwa

    Setahun kemudian ...."Siap?" Ibu Lacey bertanya sambil tersenyum bangga ketika menatap mata Lacey. Setelah Perang Antar Kawanan, Lacey telah menawarkan ibunya untuk tinggal bersamanya, tetapi karena sekarang Camari benar-benar bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, dia memutuskan untuk menjadi anggota Kawanan Bayangan, kawanan milik Arkin. Lacey bersyukur ibunya dan Arkin telah saling menemukan kembali ... setelah bertahun-tahun ini. Dan rasanya aneh. Thorn dan Camari selalu khawatir akan mati jika salah satu di antara mereka pergi, tetapi ketika berdiri di hadapannya sekarang, Camari tampak baik-baik saja. Lacey menebak itu karena Ikatan Pasangan di antara mereka telah memudar bertahun-tahun yang lalu. Ada begitu banyak hal yang telah terjadi di antara mereka sebelum Thorn wafat.Namun, Lacey menyingkirkan pikiran tersebut, bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun mengacaukan hari ini. Lacey mengangguk. "Ya. Aku siap."Salah satu sudut bibir Camari menyunggingkan senyum. "

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 99: Para Pengawal Ratu Alpha

    Malamnya setelah para Alpha dan keluarganya telah meninggalkan kastel atau beristirahat untuk malam itu, Lacey mempersiapkan diri untuk membicarakan kematian Thorn dan Lynessa pada ibunya."Apa kau ingin aku ikut denganmu?" tanya Julien ketika mereka menuruni tangga. Lacey menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin segera menyelesaikan ini."Julien menariknya hingga berhenti di landasan tangga menuju kamar mereka dan meletakkan kedua tangannya di bahu Lacey, menatap matanya. "Lacey, itu tidak dapat dihindari. Mereka menyerangmu. Ingat itu." Kemudian pria itu menghela napas panjang. "Kalau kau tidak melawan mereka, mereka akan membunuhmu. Itu adalah perlindungan diri."Lacey mengangguk. "Ya, aku tahu. Namun, itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah."Julien mengangguk paham. "Beri tahu aku kalau kau membutuhkanku."Namun, Lacey menarik pria itu mendekat. "Julien, aku bangga padamu malam ini. Kau adalah Alpha Tertinggi yang luar biasa. Kau bukan hanya memikirkan kawananmu, tapi jug

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 98: Keluarga, Bagian 2

    Lacey menghela napas, berpikir. "Julien, aku akan jujur padamu."Pria itu mengelus tangannya dengan ibu jarinya. "Ya, silakan."Lacey mengangguk, lalu menatap matanya. "Roth sangat jahat padaku ketika kami tumbuh bersama. Bukan hanya dia, tapi juga seluruh saudaraku dari Thorn dan ibuku. Kau sudah tahu itu." Dia menggigit bibir bawahnya lalu melepaskannya. "Namun, menurutku satu tahun bukanlah permintaan yang besar untuk membuktikan kesetiaannya padamu, dan padaku." Dia meletakkan tangannya di atas tangan Julien, menggenggamnya. "Setahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan loyalitas dan kesetiaannya. Lalu setelah setahun, jika dia terbukti tidak pantas, kau bisa mencabut jabatan itu darinya." Lacey menepuk tangan Julien dan menatap matanya. "Beri dia kesempatan. Menurutku dia akan menjadi Alpha yang kuat dan setia, jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Terutama karena sekarang Thorn telah tiada."Julien mengangguk dan mengecup tangannya juga. "Kau adalah wanita yang bi

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 97: Keluarga, Bagian 1

    "Terima kasih telah tinggal untuk berbicara denganku," kata Julien pada Roth, Arkin, Seth, dan Chris setelah Alpha-Alpha pergi. Lacey juga tetap tinggal. Sejak pertempuran itu, Julien selalu menyertakannya dalam semua keputusan kawanan, dan mereka telah memimpin Kawanan Bulan Panen bersama-sama sebagai tim. Mereka telah menjadi partner sejati, yang saling menghormati satu sama lain.Julien menghela napas dalam sambil mengambil tempat duduknya. "Aku tidak ingin Alpha-Alpha tahu, jadi aku memutuskan untuk melakukan ini secara pribadi." Kemudian dia menatap Roth. "Roth, aku tahu kau tidak membuat keputusan untuk berpihak pada para serigala rogue dan Rex melawan aku." Jelas sekali, Julien berusaha berprasangka baik kepadanya. "Thorn yang melakukan itu. Namun, kini kau punya kesempatan untuk melakukan hal yang benar."Roth mencondongkan tubuhnya, melipat tangannya di atas meja. "Dan bagaimana Anda ingin saya melakukannya?"Julien menghela napas, kemudian menatap matanya. "Kau harus

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 96: Majelis Para Alpha Kawanan

    Sekitar seminggu kemudian, setelah semuanya telah diatur, Julien mengadakan pertemuan majelis pertama bagi seluruh kawanan di area itu. Dan pertemuan itu mewajibkan seluruh Alpha hadir mengikutinya. Julien menyelenggarakannya di ruang makan kecil yang dihiasi lukisan-lukisan Julien. Meskipun ruang itu jauh lebih kecil daripada aula makan utama, ruangan itu akan cukup untuk pertemuan ini. Lacey telah memastikan bahwa menu makanannya telah disiapkan dengan layak untuk pertemuan itu dan seluruh kawanan diberi ruangan jika mereka memilih untuk menginap. Ketika Chris serta Seth berjalan masuk bersama Arkin, keduanya menjabat tangan Julien ketika pria itu dan Lacey menyambut para Alpha dan pemimpin kawanan di pintu."Julien, aku sangat senang kau melakukan ini," kata Arkin sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelompok yang berbeda-beda. "Sudah waktunya kita semua bekerja sama.""Tepat sekali," Julien menyetujui. "Aku benar-benar mengapresiasi kehadiranmu. Ada beberapa hal yan

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 95: Dampak

    Lacey menunggu di dalam bangunan bersama seluruh anggota Kawanan Bulan Panen yang lain, semuanya kelelahan akibat pertempuran. "Siapa pun yang memerlukan penanganan medis, segera pergi ke klinik!" "Siap!" teriak seluruh kawanan bersamaan. Mantel-mantel disodorkan ketika mereka berjalan masuk, dalam wujud manusia mereka, juga sebotol air."Biar aku yang menanganinya." Misty berdiri di pintu dan mengecek lengan seorang manusia serigala yang sedang masuk. "Kau. Pergilah ke klinik." Kemudian dia berhenti pada tiga orang manusia serigala muda. "Kalian bertiga terlihat sangat lelah. Apa kalian terluka?""Tidak, Bu," jawab ketiganya kompak. Misty mengangguk. "Bagus. Kalau begitu naiklah ke atas untuk mandi dan beristirahat. Makanan akan segera disajikan di aula makan.""Ya, Bu." Kemudian ketiganya menaiki tangga.Misty menghabiskan waktunya mengarahkan yang lain alih-alih mengurus dirinya sendiri. "Julien!" Lacey berteriak ketika pria itu berjalan memasuki pintu. Dia berda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status