Perguruan tingkat menara berada di depan, sementara kultus putih berada di belakang menara pada bagian puncak bukit. Sementara asrama khusus yang diperuntukkan untuk murid-murid berada di sebelah menara.
Dari asrama itu, Hao Yun dan Wu Shi pergi keluar menggunakan chi pedang untuk mencapai suatu wilayah terlarang, hutan."Kau serius ingin melakukannya di sini, Hao Yun?" tanya Wu Shi."Kalau tidak serius, lalu untuk apa kita ke sini?""Kalau kita kena hukuman, kau yang tanggung jawab sepenuhnya.""Paling-paling hanya satu minggu. Itu tidak membuatmu kerepotan 'kan? Apalagi kau itu murid tersantai."Hao Yun benar, satu minggu adalah masa hukuman mereka usai pertarungan ini."Ya terserah saja."Tanpa alasan yang jelas, Hao Yun meminta untuk bertarung dengannya. Meski tidak sampai mati, nyatanya pertarungan antara ahli Taichi akan membuat mereka cedera parah nantinya.Ilmu masa depan akan sangat berguna, bagi Wu Shi pertarungan ini akan mudah ia selesaikan tapi ia tidak berniat untuk memenangkan pertarungan.Seperti Hao Yun yang mengajaknya bertarung di luar ruangan, Hao Yun pula lah yang mengambil langkah pertama nan cepat. Dalam sekejap, ia sudah berada di depan mata Wu Shi.Wu Shi pun segera menundukkan kepalanya demi menghindari ujung pedang itu, dengan kedua tumit kaki yang menahan tubuhnya, Wu Shi mengambil kesempatan untuk menyerang titik buta atau kelengahan Hao Yun saat menyerang.BUAKKK!Tanpa pedang, Wu Shi memukul bagian perut Hao Yun sekuat tenaga lantas ia kembali mundur sementara pria dengan tatapan culas duduk tak berdaya."Kau pandai sekali memanfaatkan celahnya. Yah, siapa pun akan melakukan itu tapi kenapa kau tidak menggunakan pedang?""Saat ini aku hanya membawa pedang pemberian, berbeda sepertimu yang sering turun kelas karena suka mengajak orang bertarung, aku belum diperbolehkan membawa pedang.""Oh ya, lalu apa itu?"Hao Yun kembali bangkit sembari menunjuk ke arah pinggang Wu Shi. Sesaat situasi menghening. Wu Shi memang membawa pedang pemberian secara diam-diam."Kau benar. Aku masih membawa pedang ini, dan kupikir semua orang mengacuhkannya karena tahu aku bukan murid biasa sepertimu.""Kau tukang bolos di perguruan tingkat rendah, 'kan!""Rupanya kau tahu ya. Duh, aku jadi malu nih."Wu Shi berpikir dalam batin, 'Yang sebenarnya, aku membawa pedang dari ruangan guru Ming Hao, tapi sekarang berbeda, aku memiliki pedang pemberian Raja Pengembara. Tapi entahlah, kupikir takkan ada bedanya. Karena aku dikalahkan di masa sebelumnya, maka di sini juga.'Klang!!!!Suara di antara kedua pedang yang saling menghentak, bilah tajam mengiris kulit yang begitu dekat dengannya. Mereka yang saling beradu kekuatan chi, mulai merasakan tekanan masing-masing hingga kaki pun terperosok masuk ke dalam tanah."Apa kau mulai serius?""Tentu saja!"Selang beberapa detik, keduanya saling menghempaskan satu sama lain yang kemudian mereka sama-sama terdorong ke pohon besar. Napas tersengal-sengal berat, tampaknya baik Wu Shi maupun Hao Yun terluka di bagian dalam."Persis seperti sebelumnya. Dengan serangan terakhir setelah ini, semua akan berakhir. Aku bisa saja menghindarinya namun takkan aku lakukan agar persis seperti sebelumnya."Tidak ada niat menang ataupun kalah, Wu Shi bahkan tak berniat mengubah kejadian ini karena takut akan berdampak pada masa depan yang akan datang."Kemarilah, Hao Yun!" teriak Wu Shi kembali berdiri."Rasanya semakin menyenangkan! Aku beruntung bisa menguji kekuatanku padamu, Wu Shi!" pekik Hao Yun bersemangat, tatapan mata itu tidak berubah, selain ia tersenyum lebar.Berlangsung selama setengah jam, diakhiri dengan sabetan pedang menyayat pundak ke bawah Wu Shi. Pertarungan ini berakhir tidak seimbang, itulah yang dirasakan Hao Yun."Aku merasa kau bisa menghindari seranganku. Tapi kenapa kau tidak menghindar?""Tidak, aku tidak bisa.""Kupikir akan menarik. Dari auramu, kau sudah jauh berada di atasku.""Apa yang kau maksud? Aku tidak bisa menghindar serangan tipuanmu tahu."Wu Shi menggelengkan kepala lalu kembali berdiri setelah jatuh. Hao Yun menarik pedangnya. Wajah yang merasa bosan itu terlihat sangat jelas. Wu Shi bingung harus menjelaskan apa dan bagaimana."Aku tanya, apa kau mengalah?"'Tak kusangka dia akan jadi securiga ini. Dia terlalu peka dan paham saat melihat chi.' Wu Shi membatin, semakin bingung bagaimana jawabnya."Hei, Wu Shi! Jawab!""Tidak, kok. Aku hanya sedikit lengah, makanya kau bisa menang. Tapi aku takkan meminta pengulangan, meski staminaku masih banyak.""Lengah ya? Jika dipikir itu masuk akal. Aku menggunakan gerakan tipuan agar kau fokus pada tangan kananku. Aku ini sebenarnya kidal."Wu Shi diam dengan mata terbelalak kaget. Fakta itu baru saja ia ketahui."Kalau kau kidal, lalu kenapa kekuatan tangan kanan dan kirimu itu sama?""Memang, aku kidal tapi bukan berarti aku tidak bisa menggunakan tangan kanan. Bisa dibilang, aku lebih bisa menggunakan tangan kiri daripada kanan," ungkap Hao Yun."Intinya kau bisa menggunakan kedua tanganmu dengan nyaman. Lalu, kau mau apa?""Apa? Aku sudah puas. Alasanku mengajakmu bertarung adalah karena ingin menguji kekuatanku," ucap Hao Yun seraya mengepalkan tangan."Menguji ya? Apa aku selayak itu untuk dijadikan lawanmu?""Kupikir layak saja. Tapi aku merasa tidak puas karena kau lengah."Tatapan itu kembali mengarah padanya, tatapan tajam dan culas itu benar-benar membuat orang tidak nyaman."Aku tidak menerima protesmu. Lagi pula aku datang ke Perguruan bukan untuk meladenimu." Namun Wu Shi berani menjawab dengan ketus, ia lantas berbalik badan dan pergi.Hao Yun, untuk saat ini Wu Shi masih belum mengetahui sifat atau latar belakang orang ini. Yang ia ketahui saat ini hanyalah pria yang memiliki kekuatan hampir setara dengannya. Usianya lebih muda dari Wu Shi. Selain itu ia tidak tahu apa-apa."Hao Yun, aku tidak pernah merasa ingin tahu sesuatu tentangnya. Lagi pula ini akan jadi pertemuan akhirku, tak lama lagi aku akan naik ke lantai atas dan Ming Hao akan menjadi guruku." Wu Shi bergumam.***Tapi, sebelum itu terjadi, Wu Shi harus menerima hukuman bersama Hao Yun atas pelanggaran,[Bertarung tanpa ijin dan keluar dari wilayah asrama.]Wu Shi dan Hao Yun duduk menekuk kedua kakinya di atas tanah. Keduanya menundukkan kepala sembari meminta maaf dengan tulus."Maafkan kami!""Selama dua minggu ke depan, kalian tidak boleh keluar dari asrama. Belajar pun dilakukan di dalam kamar kalian. Lalu, selama 24 jam kalian akan diawasi. Jangan harap kalian bisa melarikan diri!"Di sela-sela ocehan seorang pria tua selagi penanggung jawab murid lantai 5, Wu Shi mengajukan protes berat."Apa? 2 minggu? Jangan, guru! Tolong 1 minggu saja!" pinta Wu Shi kurang ajar."APA KATAMU?!" sahutnya dengan berteriak.2 minggu adalah waktu di mana Ming Hao akan menghilang. Itu waktu yang terlalu lama."Di masa itu, seharusnya 1 minggu adalah waktu hukuman, lalu 2 hari aku masuk ke lantai dua dan bertemu guru Ming Hao. Seharusnya begitu tapi—" gerutu Wu Shi seraya menggigit jari."Kau bilang apa barusan, Wu Shi? Sepertinya aku mendengar sesuatu," tanya seorang guru yang sedang menghukumnya."Ah, tidak, tidak!" Wu Shi melambaikan tangan dengan panik.Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta