Share

Bab 3. Guru yang Menghilang

Suatu malam, Wu Shi yang merasa bosan, memilih untuk berjalan-jalan di luar sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Wu Shi merasa santai walau hanya sejenak saja. Tetapi ia tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sedang bersama dengan beberapa orang tak dikenal.

"Guru Lan San. Sedang apa di tempat begini?"

Ia mengintip dari balik dinding, bermaksud untuk mencuri dengar percakapan mereka namun mereka telah pergi seakan mengetahui ada seseorang di sekitar mereka.

"Mereka pergi begitu saja. Ini aneh. Rasanya tidak mungkin aku diketahui, aku sudah menyembunyikan keberadaanku. Atau mungkin karena mereka ingin pergi ke suatu tempat?" pikir Wu Shi.

Jatuh pada hari esok, hilangnya guru di perguruan bela diri tingkat rendah akan membuat semua orang geger. Tapi malam sebelum kejadian, guru telah dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tak jelas berasal dari mana.

"Tidak 'kan? Aku berpikir penyebab hilangnga guru bukan karena orang-orang itu. Karena kalau menurut masa yang sebenarnya, guru akan menghilang pada pagi hari."

Tetapi tidak, hilangnya guru Lan San bukanlah keesokan harinya melainkan di malam saat itu juga. Keluarga guru sedang mencari keberadaanya tapi nihil. Dari pagi hingga senja tiba kembali, mereka tidak dapat menemukan guru.

"Maaf, guru sudah tidak ada dari kapan?"

"Dia menghilang pada malam hari. Katanya dia pamit untuk bertemu teman tapi sampai sekarang dia tidak pulang."

Tak seorang pun tahu mengenai keberadaan guru Lan San. Wu Shi pun menjadi semakin yakin, bahwa malam kemarin adalah pertemuannya dengan guru yang terakhir kali.

"Tidak mungkin! Seharusnya baru hari ini, bukan kemarin! Cih, ini salahku! Kenapa aku tidak berpikir kalau bisa saja waktu kejadiannya tidak sama dengan yang sebelumnnya!" amuk Wu Shi, kecewa pada diri sendiri.

Hilangnya guru membuat para muridnya mogok belajar. Dari hari ke hari tidak ada perubahan sama sekali, tidak ada petunjuk tentang gurunya sampai kemudian seseorang mendatangi Wu Shi namun sayang itu tidak berkaitan dengan hilangnya guru.

"Wu Shi, murid dari Perguruan bela diri tingkat rendah. Salah satu dari tingkat menara ingin berjumpa denganmu. Ikuti aku," ucap pria yang mengenakan penutup kepala.

"Di saat seperti ini, seseorang ingin bertemu denganku?"

"Kau diundang masuk ke Perguruan bela diri tingkat menara, tingkat tinggi tanpa pengujian."

"Apa mungkin karena guruku sedang menghilang? Jadi aku dipindahkan sementara?"

"Tidak, orang itu ingin mengajarimu langsung."

Persis seperti sebelumnya, tidak berubah. Namun hilangnya guru Lan San pada malam hari adalah kejadian tak terduga. Sampai sekarang hal itu masih menjanggal di pikiran dan hati Wu Shi.

***

Perguruan Bela Diri Tingkat Menara, tingkat tinggi. Tempat yang persis seperti menara bertingkat seperti pagoda. Di dalam ruangan, Wu Shi dipertemukan dengan seorang pria tua berjanggut putih, Ming Hao.

'Dia adalah guru dari tingkat menara ke-2. Guru Ming Hao akan menghilang sama seperti guru Lan San,' batin Wu Shi menatap serius ke arahnya.

"Hahaha, jangan tegang begitu. Duduklah, Wu Shi." Ketegangan menjadi pecah saat ia tertawa.

Sontak saja Wu Shi tersentak kaget, ia kemudian duduk di hadapannya. Untuk sesaat situasi di antara mereka masih canggung. Ming Hao pun tidak angkat bicara setelah Wu Shi duduk tanpa menatapnya lagi.

"Anda, adalah petinggi kultus lalu peringkat ke-2 dari tingkat menara, Ming Hao. Mengapa orang sepenting Anda memanggil saya?" tanya Wu Shi.

"Tidak ada alasan lain selain aku ingin mengajarimu langsung. Meskipun kau memiliki sedikit keunggulan, aku melihat ada potensi dalam dirimu."

Ming Hao yang berwajah santai sebelumnya kini berubah menjadi sangat serius ketika membicarakan hal ini.

"Saya tidak mungkin ...,"

"Jangan merendah. Aku serius. Tapi sepertinya energi dalam milikmu telah meningkat drastis. Apa Lan San?" pikirnya.

"Saya bertemu seseorang di saat saya berada di ambang kematian. Maaf saya tidak bisa mengungkapnya saaf ini," ucap Wu Shi.

"Baiklah, tidak masalah."

Ming Hao beranjak dari kursinya, lalu mendekati Wu Shi selagi berucap, "Sebelum aku mengajarimu langsung, aku perlu mengujimu di lantai 5 ini."

"Ya?"

"Mulai sekarang, belajarlah di lantai 5. Baru aku akan menganggapmu layak atau tidaknya menjadi muridku," tutur Ming Hao.

Kali kedua ia merasa ada banyak sekali guru yang bisa diandalkan. Wu Shi memang tidak mencolok karena keunggulannya dalam hal dasar dianggap remeh oleh orang lain. Tak hanya Lan San, bahkan Ming Hao berada di pihaknya.

Tapi tidak hanya mereka, karena semua orang yang mengenal Wu Shi dengan baik, satu persatu dari mereka akan menghilang atau mati. Inilah yang Wu Shi takutkan.

'Kali ini takkan aku biarkan Guru Ming Hao menghilang sama seperti guru Lan San. Aku tidak boleh gagal, sebisa mungkin aku harus terus berada di dekat guru! Dengan begitu aku akan tahu semuanya!' batin Wu Shi.

Pagi ini, kelas telah dimulai. Wu Shi yang sejak awal tak berniat untuk mengikuti pelajaran dasar, tertidur di tengah-tengah jam pelajaran. Lantaran semua hal yang dipelajari sudah pernah ia ikuti dan sekarang ia mengantuk sekali.

Tapi pada akhirnya, Wu Shi dikenai hukuman dengan kedua kaki di atas dan kedua tangan di bawah. Dalam posisi seperti itu, Wu Shi harus bertahan sampai pelajaran itu selesai.

'Aku berpikir untuk tidur selagi bisa tapi aku malah kena hukuman, padahal seharusnya tidak.' Wu Shi menggerutu dalam batin.

Sesaat setelah pelajaran pada jam pagi ini selesai, akhirnya Wu Shi bebas. Namun tak berselang lama kemudian, Ming Hao muncul dengan wajah marah.

"Uwah!! Mengagetkanku saja!" Reflek ia berteriak saking terkejutnya melihat wajah marah itu.

"Sepertinya kau bersenang-senang."

"Apa.maksudnya ya?" tanya Wu Shi melirik ke arah lain.

"Kau jadi pemalas ketika tahu kau akan diajari oleh seseorang yang kuat. Kenapa bisa begitu?"

"Eh, aku tidak bermaksud ....untuk bermalas-malasan."

Semakin lama Wu Shi mengalihkan pandangan darinya namun Ming Hao selalu menatap wajahnya seakan hendak menerkam.

"Hahahah! Sudah, sudah, lain kali jangan begiru ya!" Tapi, entan apa yang terjadi karena atmosfer di sekitar berubah menjadu ringan. Ming Hao tertawa sembari mengacak-ngacak rambut Wu Shi.

"Anda tidak memarahiku?!" Tanpa sadar ia meninggikan nada suara.

"Kenapa? Kau berharap dimarahi ya? Yah, tapi kau itu unik. Yang lain akan sangat serius menghadapi pelajaran karena apa yang dipelajari adalah suatu teknik bela diri. Ini masih tahap awal tapi kau sudah bersantai-santai."

Tentu saja alasan Wu Shi bersantai-santai adalah karena ia sudah belajar bahkan ia juga memiliki jurus dasar. Walau pada akhirnya di masa sebelumnya, Wu Shi hanya mencapai itu saja sampai kemudian tubuhnya cacat sempurna akibat racun.

"Pergilah ke asmara, Wu Shi."

"Baik, saya akan ke sana." Salam memberi hormat lalu pergi menuju ke asrama khusus laki-laki.

Sesampainya Wu Shi di depan kamar yang ditunjukkan, ia perlahan mengetuk pintu.

"Masuk saja."

Di balik kamar ini, Wu Shi akan berjumpa dengan seseorang. Sewaktu itu ia tak pernah sekalipun mengajak orang itu bicara dan berakhir tidak saling mengenal satu sama lain.

Klak!

Begitu pintu terbuka, dengan tanpa rasa terkejut Wu Shi terdiam mematung di depan orang itu yang saat ini mengacungkan senjatanya.

"Ayo bertarung denganku, murid baru. Jika kau menang kau boleh tidur dengan 2 selimut."

Sejak awal Wu Shi tahu bahwa ini akan terjadi. Hao Yun, rambut pendek dan hitam dengan tatapan culas nan dingin, itulah ia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status