Suatu malam, Wu Shi yang merasa bosan, memilih untuk berjalan-jalan di luar sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Wu Shi merasa santai walau hanya sejenak saja. Tetapi ia tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sedang bersama dengan beberapa orang tak dikenal.
"Guru Lan San. Sedang apa di tempat begini?"Ia mengintip dari balik dinding, bermaksud untuk mencuri dengar percakapan mereka namun mereka telah pergi seakan mengetahui ada seseorang di sekitar mereka."Mereka pergi begitu saja. Ini aneh. Rasanya tidak mungkin aku diketahui, aku sudah menyembunyikan keberadaanku. Atau mungkin karena mereka ingin pergi ke suatu tempat?" pikir Wu Shi.Jatuh pada hari esok, hilangnya guru di perguruan bela diri tingkat rendah akan membuat semua orang geger. Tapi malam sebelum kejadian, guru telah dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tak jelas berasal dari mana."Tidak 'kan? Aku berpikir penyebab hilangnga guru bukan karena orang-orang itu. Karena kalau menurut masa yang sebenarnya, guru akan menghilang pada pagi hari."Tetapi tidak, hilangnya guru Lan San bukanlah keesokan harinya melainkan di malam saat itu juga. Keluarga guru sedang mencari keberadaanya tapi nihil. Dari pagi hingga senja tiba kembali, mereka tidak dapat menemukan guru."Maaf, guru sudah tidak ada dari kapan?""Dia menghilang pada malam hari. Katanya dia pamit untuk bertemu teman tapi sampai sekarang dia tidak pulang."Tak seorang pun tahu mengenai keberadaan guru Lan San. Wu Shi pun menjadi semakin yakin, bahwa malam kemarin adalah pertemuannya dengan guru yang terakhir kali."Tidak mungkin! Seharusnya baru hari ini, bukan kemarin! Cih, ini salahku! Kenapa aku tidak berpikir kalau bisa saja waktu kejadiannya tidak sama dengan yang sebelumnnya!" amuk Wu Shi, kecewa pada diri sendiri.Hilangnya guru membuat para muridnya mogok belajar. Dari hari ke hari tidak ada perubahan sama sekali, tidak ada petunjuk tentang gurunya sampai kemudian seseorang mendatangi Wu Shi namun sayang itu tidak berkaitan dengan hilangnya guru."Wu Shi, murid dari Perguruan bela diri tingkat rendah. Salah satu dari tingkat menara ingin berjumpa denganmu. Ikuti aku," ucap pria yang mengenakan penutup kepala."Di saat seperti ini, seseorang ingin bertemu denganku?""Kau diundang masuk ke Perguruan bela diri tingkat menara, tingkat tinggi tanpa pengujian.""Apa mungkin karena guruku sedang menghilang? Jadi aku dipindahkan sementara?""Tidak, orang itu ingin mengajarimu langsung."Persis seperti sebelumnya, tidak berubah. Namun hilangnya guru Lan San pada malam hari adalah kejadian tak terduga. Sampai sekarang hal itu masih menjanggal di pikiran dan hati Wu Shi.***Perguruan Bela Diri Tingkat Menara, tingkat tinggi. Tempat yang persis seperti menara bertingkat seperti pagoda. Di dalam ruangan, Wu Shi dipertemukan dengan seorang pria tua berjanggut putih, Ming Hao.'Dia adalah guru dari tingkat menara ke-2. Guru Ming Hao akan menghilang sama seperti guru Lan San,' batin Wu Shi menatap serius ke arahnya."Hahaha, jangan tegang begitu. Duduklah, Wu Shi." Ketegangan menjadi pecah saat ia tertawa.Sontak saja Wu Shi tersentak kaget, ia kemudian duduk di hadapannya. Untuk sesaat situasi di antara mereka masih canggung. Ming Hao pun tidak angkat bicara setelah Wu Shi duduk tanpa menatapnya lagi."Anda, adalah petinggi kultus lalu peringkat ke-2 dari tingkat menara, Ming Hao. Mengapa orang sepenting Anda memanggil saya?" tanya Wu Shi."Tidak ada alasan lain selain aku ingin mengajarimu langsung. Meskipun kau memiliki sedikit keunggulan, aku melihat ada potensi dalam dirimu."Ming Hao yang berwajah santai sebelumnya kini berubah menjadi sangat serius ketika membicarakan hal ini."Saya tidak mungkin ...,""Jangan merendah. Aku serius. Tapi sepertinya energi dalam milikmu telah meningkat drastis. Apa Lan San?" pikirnya."Saya bertemu seseorang di saat saya berada di ambang kematian. Maaf saya tidak bisa mengungkapnya saaf ini," ucap Wu Shi."Baiklah, tidak masalah."Ming Hao beranjak dari kursinya, lalu mendekati Wu Shi selagi berucap, "Sebelum aku mengajarimu langsung, aku perlu mengujimu di lantai 5 ini.""Ya?""Mulai sekarang, belajarlah di lantai 5. Baru aku akan menganggapmu layak atau tidaknya menjadi muridku," tutur Ming Hao.Kali kedua ia merasa ada banyak sekali guru yang bisa diandalkan. Wu Shi memang tidak mencolok karena keunggulannya dalam hal dasar dianggap remeh oleh orang lain. Tak hanya Lan San, bahkan Ming Hao berada di pihaknya.Tapi tidak hanya mereka, karena semua orang yang mengenal Wu Shi dengan baik, satu persatu dari mereka akan menghilang atau mati. Inilah yang Wu Shi takutkan.'Kali ini takkan aku biarkan Guru Ming Hao menghilang sama seperti guru Lan San. Aku tidak boleh gagal, sebisa mungkin aku harus terus berada di dekat guru! Dengan begitu aku akan tahu semuanya!' batin Wu Shi.Pagi ini, kelas telah dimulai. Wu Shi yang sejak awal tak berniat untuk mengikuti pelajaran dasar, tertidur di tengah-tengah jam pelajaran. Lantaran semua hal yang dipelajari sudah pernah ia ikuti dan sekarang ia mengantuk sekali.Tapi pada akhirnya, Wu Shi dikenai hukuman dengan kedua kaki di atas dan kedua tangan di bawah. Dalam posisi seperti itu, Wu Shi harus bertahan sampai pelajaran itu selesai.'Aku berpikir untuk tidur selagi bisa tapi aku malah kena hukuman, padahal seharusnya tidak.' Wu Shi menggerutu dalam batin.Sesaat setelah pelajaran pada jam pagi ini selesai, akhirnya Wu Shi bebas. Namun tak berselang lama kemudian, Ming Hao muncul dengan wajah marah."Uwah!! Mengagetkanku saja!" Reflek ia berteriak saking terkejutnya melihat wajah marah itu."Sepertinya kau bersenang-senang.""Apa.maksudnya ya?" tanya Wu Shi melirik ke arah lain."Kau jadi pemalas ketika tahu kau akan diajari oleh seseorang yang kuat. Kenapa bisa begitu?""Eh, aku tidak bermaksud ....untuk bermalas-malasan."Semakin lama Wu Shi mengalihkan pandangan darinya namun Ming Hao selalu menatap wajahnya seakan hendak menerkam."Hahahah! Sudah, sudah, lain kali jangan begiru ya!" Tapi, entan apa yang terjadi karena atmosfer di sekitar berubah menjadu ringan. Ming Hao tertawa sembari mengacak-ngacak rambut Wu Shi."Anda tidak memarahiku?!" Tanpa sadar ia meninggikan nada suara."Kenapa? Kau berharap dimarahi ya? Yah, tapi kau itu unik. Yang lain akan sangat serius menghadapi pelajaran karena apa yang dipelajari adalah suatu teknik bela diri. Ini masih tahap awal tapi kau sudah bersantai-santai."Tentu saja alasan Wu Shi bersantai-santai adalah karena ia sudah belajar bahkan ia juga memiliki jurus dasar. Walau pada akhirnya di masa sebelumnya, Wu Shi hanya mencapai itu saja sampai kemudian tubuhnya cacat sempurna akibat racun."Pergilah ke asmara, Wu Shi.""Baik, saya akan ke sana." Salam memberi hormat lalu pergi menuju ke asrama khusus laki-laki.Sesampainya Wu Shi di depan kamar yang ditunjukkan, ia perlahan mengetuk pintu."Masuk saja."Di balik kamar ini, Wu Shi akan berjumpa dengan seseorang. Sewaktu itu ia tak pernah sekalipun mengajak orang itu bicara dan berakhir tidak saling mengenal satu sama lain.Klak!Begitu pintu terbuka, dengan tanpa rasa terkejut Wu Shi terdiam mematung di depan orang itu yang saat ini mengacungkan senjatanya."Ayo bertarung denganku, murid baru. Jika kau menang kau boleh tidur dengan 2 selimut."Sejak awal Wu Shi tahu bahwa ini akan terjadi. Hao Yun, rambut pendek dan hitam dengan tatapan culas nan dingin, itulah ia.Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta