Dua minggu, adalah masa hukumannya. Jujur saja Wu Shi ingin protes tapi ia tak berdaya. Sekalipun tingkat kedua menara meliriknya, ini akan sama saja karena dirinya telah melanggar hukuman meski masih dicap sebagai murid baru di Perguruan ini.
"Ha, ya ampun. Apanya yang satu minggu, ini bahkan lebih dari 10 hari. Ini keterlaluan," ucapnya protes namun hanya didengar oleh Hao Yun saja."Sudahlah, mengeluh tidak akan ada yang berubah. Duduk saja sampa waktu hukuman selesai," sahut Hao Yun sembari melakukan sesuatu."Kau ini seperti tidak punya agenda lain saja. Tapi, apa yang kau lakukan sejak tadi?" tanya Wu Shi penasaran.Hao Yun tampak seperti memukuli sesuatu dengan suatu benda di tangannya. Terlihat menumbuk dan mengaduk secara bergantian. Baunya sedikit menyengat, entah apa yang ia coba buat namun Wu Shi merasa bau ini pernah ia ketahui sebelumnya."Bau itu, mirip sekali dengan bau yang kucium di tubuh Wang Ji. Sebenarnya apa itu?""Oh, ini? Racun," jawab Hao Yun dengan mudah.Sontak saja Wu Shi terkejut, ia terdiam sejenak sembari memikirkan sesuatu dalam benaknya."Racun, jangan-jangan kau membuat racun yang hampir membuatku cacat?""Apa maksudmu?" tanya Hao Yun tak mengerti."Racun ini, baunya mirip yang ada di Wang Ji. Meskipun aku tak tahu apakah bau racunnya memang begitu," jelas Wu Shi."Aku memang membuat racun yang ini akan membuat seseorang cacat. Hanya saja efeknya terlalu lambat. Sekitar beberapa tahun baru akan terasa dan orang itu takkan sadar mengalami keracunan," ungkap Hao Yun."Kau menjualnya atau untuk sendiri?""Baru-baru ini aku diminta membuat racun ini. Mungkin sekitar satu bulan atau beberapa minggu yang lalu. Kenapa?""Seseorang mencoba membutku cacat dengn racun ini. Bau racun yang khas ini mirip dengan apa yang kucium di sekitar tubuhnya. Wang Ji, dialah orangnya.""Maaf, orang yang membeli racunku tidak memberitahukan identitasnya. Tapi aku hanya menjual, jangan salahkan aku.""Tetap saja! Kau mungkin hanya menjualnya tapi kau tetaplah pembuat racun itu! Kau sinting ya?! Mau membuat cacat itu sama saja mengakhiri hidupku sebagai ahli bela diri taichi!" pekik Wu Shi, ia menarik kerah pakaian Hao Yun dengan marah."Aku mengerti. Tapi ini pekerjaanku di luar sebagai murid perguruan.""Hao Yun, kau ini ...,""Tunggu sebentar! Kalau kau sudah diracuni dengan racun itu, lalu kenapa kau bisa bergerak saat ini?""Eh?"Sudah lebih 3 minggu, sejak Wu Shi diracuni lalu dibuang ke laut oleh Wang Ji sampai terdampar. Seharusnya efek dari racun sudah mulai terasa lebih berat di tubuhnya, itulah yang seharusnya terjadi. Hao Yun bertanya lantaran Wu Shi terlihat baik-baik saja bahkan masih bisa bertarung."Itu ....kenapa kau menanyakan itu?""Itu racunku. Wajar aku tanya, dan bagaimana efeknya? Apa yang kau rasakan saat ini?" Hao Yun kembali bertanya.Wu Shi melepaskan cengkramannya lalu berkata, "Saat aku sadar telah diracuni, tubuhku terasa merinding dan jari-jemariku sulit digerakkan.""Lalu bagaimana bisa setelah beberapa hari kau baik-baik saja?""Aku tidak akan beritahu. Ayahku memang pedagang obat, tapi dia tidak tahu aku kena racun," ujar Wu Shi."Itu aneh, apakah racunnya tidak berfungsi? Seharusnya itu berfungsi. Paling tidak, setelah tiga mingguan kau akan sulit menggerakkan kedua kaki. Staminamu akan berkurang drastis."Kenyataannya itulah yang terjadi di masa sebelumnya. Wu Shi tidak menjawab sebab dirinya bingung harus menjawab apa dan bagaimana, terlebih pembuat racun itu sekarang ada di hadapannya.Tentu saja Wu Shi sangat marah, tapi orang yang berniat membuatnya cacat bukanlah Hao Yun melainkan Wang Ji."Tak kusangka bahwa kau lah yang membuat racun itu. Pekerjaanmu mengerikan sebagai murid ahli bela diri," cetus Wu Shi.Srat!Tiba-tiba saja Hao Yun menyayat lengan Wu Shi dengan pisau kecil."Hei, apa yang kau lakukan?!" pekik Wu Shi. Sebelumnya ia sudah tenang tapi sekarang tidak lagi."Kau bilang kau hanya merasakan efek itu, setelahnya tidak. Lalu jika dilihat saat ini kau terlihat baik-baik saja. Itu artinya kau tidak mempan pada racunku," ujar Hao Yun."Lalu apa maksudmu melukaiku?" tanyanya geram."Aku mengambil darahmu untuk kujadikan uji coba. Aku penasaran racun apa yang mempan untukmu," tuturnya selagi menyeringai."Ternyata benar, kau sinting!"Hao Yun itu sangat misterius, itulah kesan pertama Wu Shi kepadanya. Karena itu juga, di masa sebelumnya Wu Shi tidak mencoba akrab dengan Hao Yun. Namun sekarang berbeda drastis, ia dengannya saling berbincang dan mengetahui fakta tentang asal racun tersebut.Perlu diketahui saja, sifat asli Hao Yun tidaklah semisterius yang pernah Wu Shi ketahui. Sebab inilah sifat aslinya, di mana ia merasa girang ketika ada hal yang menarik. Orang yang suka mencoba hal baru, orang yang sadis dan tidak waras."Bisa-bisanya orang ini....,""Wu Shi, coba minum ini."Dan betapa bodohnya Wu Shi yang langsung meminum apa yang dipinta Hao Yun itu. Tepat setelah ia menenggak suatu minuman itu, Wu Shi baru sadar apa yang barusan ia minum tadi."Huwekk! Busuk sekali! Dadaku terasa terbakar, jangan bilang ini—!" pekiknya, ia tak lagi melanjutkan kalimat karena rasa sakit di dalam tubuh."Ya, racun." Hao Yun menjawab santai sambil tersenyum. Orang ini memang tidak waras."Bisa-bisanya kau menggunakan racun pada teman sekamarmu. Hao Yun, berikan penawarnya!" teriak Wu Shi."Iya, aku tahu. Ini aku berikan padamu."Sesaat sebelum Hao Yun memberikannya, Wu Shi tidak mengalami rasa sakit lagi. Hao Yun tahu betul kondisi seseorang yang diracuni dan tidak itu jelas berbeda. Namun akan tetapi, Wu Shi yang sedang diracuni justru terlihat seperti orang sehat."Sepertinya penawar itu tidak kau butuhkan," kata Hao Yun sembari membawa kembali penawarnya.Wu Shi pun terdiam, ia tak bisa menjawab lantaran ia juga kebingungan dengan kondisi tubuh yang abnormal ini."Aku tidak merasa sakit lagi.""Tubuhmu sepertinya kebal terhadap racun. Aku jadi semakin penasaran racun apa yang akan mempan untukmu.""Memangnya kau menggunakan racun apa? Dadaku sempat terasa terbakar tadi," tanya Wu Shi penasaran."Ini racun dari hewan berkaki empat dan berbuntut tajam. Sengatnya akan membuatmu mati seketika. Aku sama sekali tidak mengolah racun dari hewan itu, sehingga efeknya akan sangat fatal."Hao Yun menyodorkan sebuah tempat berisikan racun tersebut. Berwarna ungu gelap dan berbau sedikit tapi tidak menyebar."Ini racunnya. Jika aku tidak menggunakan sarung tangan, maka aku akan mati.""Ah, aku kehabisan kata-kata. Kalau aku tidak kebal maka kau pasti akan dikurung," ucap Wu Shi pasrah terhadap keadaan.Hao Yun melirik sinis padanya, melihat Wu Shi yang begitu dibodohi ia merasa memanfaatkannya aka menguntungkan. Setelah beberapa detik ia menatap beberapa tanaman yang bisa diracik menjadi racun di dalam genggamannya, Hao Yun memejamkan mata."Hei!" panggil Hao Yun dengan sedikit berteriak.Wu Shi yang sibuk mengoceh sendiri itu akhirnya menoleh dan bertanya padanya."Ada apa?""Jangan pernah percaya siapa pun, termasuk aku," ungkap pria itu tiba-tiba. Ia mengurungkan niat jahatnya dalam sekejap saat melihat wajah konyol Wu Shi.Mungkin Hao Yun berpikir, tidak menguntungkan jika mengusik orang yang tidak bisa apa-apa.Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta