Share

-22-

Bojonegoro, September 1898

“Jullie dieven en rebellen verdienen een zware straf!”[1]

Seorang opas indo mendorong dan menendang sebaris pria berpakaian lusuh yang tangannya terikat tambang. Pada kaki mereka terdapat belenggu dari besi. Pria-pria itu digelandang dan dibariskan di halaman penjara.

Mendengar keributan tak jauh dari selnya, Suro dan Endaru segera terbangun.

Salah seorang tahanan itu menatap tajam pada opas yang memperlakukan mereka dengan kasar, “Kowe wong Walanda maling ing tanah kita, cuih!”[2]

Pukulan dan tendangan dari para opas yang lain turut bersarang di tubuh petani kurus berambut gimbal itu.

“Siapa mereka, Paman?”

“Jika melihat dari cara mereka melawan, tak lain adalah Wong Sikep para pengikut Samin. Mereka menolak membayar pajak, menolak mblandang[3], dan selalu berbicara kasar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status